NOVA.id - Tumbuh menjadi keluarga kerajaan yang sangat disegani dan dikagumi oleh semua orang di berbagai belahan dunia, seperti apa kehidupan Elizabeth II sebelum menjadi seorang ratu?
Lahir dengan nama Elizabeth Alexandra Mary pada tanggal 21 April 1926, Elizabeth berada di urutan ketiga dalam tahta.
Elizabeth tumbuh di sebuah rumah yang nyaman dan bermain di taman bersama para putri pengusaha dan dokter, bukan sesama putri.
Elizabeth kecil adalah anak yang berhati-hati, patuh dan tertib.
(Baca juga: Gaya Busana Meghan Markle Saat Menyaksikan Pertandingan Polo Hampir Mirip Kate Middleton, Siapa Paling Cantik?)
Sepertinya kedua orang tua Elizabeth sangat membenci sekolah, mereka lebih memilih putri mereka menjalani masa kecil yang bahagia.
Ia menerima pelajaran dari jam 09.30 hingga 11 pagi, sisanya bermain di luar ruangan, menari, menyanyi, dan istirahat.
Meskipun begitu Elizabeth menyukai sejarah dan sastra walaupun tak banyak kesempatan untuk mempelajarinya.
Setelah menjadi pewaris tahta, Ratu Elizabeth mulai belajar dari wakil rektor Eton, Henry Marten.
(Baca juga: Ngeri, Ditemukan Kista Hampir 23 Kg Dalam Perut Seorang Perempuan)
Pada usia 16 tahun ia memohon pada ayahnya untuk bergabung dalam Bursa Tenaga Kerja yang membuat para wanita melakukan wajib militer.
Namun ia tak ditempatkan, dan hal ini cukup melegakan bagi raja.
Elizabeth menjalankan tugas kerajaan pada usia 18 tahun.
Menurut penulis buku 'Young Elizabeth', Profesor Kate Williams Ratu adalah orang yang sangat cerdas dan sangat ingin belajar serta memiliki memori yang tajam.
(Baca juga: Benarkah Pink Ajak Sang Anak ke Pasar Tradisional di Indonesia?)
"Kurangnya pendidikan formal bukan tidak membahayakannya karena dia secara alami analitis dan sesuatu yang autodidak, serta kerja keras," jelas Kate.
Bahkan ratu bertemu dengan politisi dan bintang film, dan fasih berbicara bahasa Perancis.
Ia juga masih mengendarai kuda di usia yang telah mencapai 91 tahun.
Source | : | Mirror,historyextra.com |
Penulis | : | Hinggar |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR