NOVA.id - Memiliki beragam fungsi alias multifungsi dan biasa digunakan dalam kehidupan sehari-hari di Papua, tas noken menjadi salah satu mode atau tas yang selalu dibawa ke manapun.
Pada umumnya, noken digunakan kaum perempuan di sana sebagai alat angkut hasil berburu bahan makanan ketika usai bepergian ke hutan.
“Isi untuk barang ubi-kah atau sayuran apa saja. Barang apa saja bisa masuk dan dijamin kuat. Jadi, biasa itu yang dibawa ubi betatas (ubi jalar) baru di atasnya sayuran, setelah itu kayu bakar,” jelas Mama Dodo, salah satu penjual tas noken di Kota Jayapura.
Kepada NOVA, Mama Dodo menjelaskan bahwa kepiawaiannya dalam menganyam noken ternyata diturunkan langsung dari sang bunda sejak dirinya masih sangat belia.
Terbukti hanya dalam seminggu, Mama Dodo bisa menghasilkan 10 noken dengan berbagai model dan ukuran.
Baca juga: Gadis Ini Alami Luka Bakar Aneh pada Kakinya Setelah Berjalan di Pasir Panas
“Kalau belajar itu sudah dari kecil. Kalau untuk anyam, tiap hari kita anyam toh. Kalau tidak aktivitas pergi ke gereja, urus anak, belum yang lainlain lagi,” ceritanya.
Tentu noken bukan hanya sebagai alat yang bisa membantu mama-mama di Papua sana dalam beraktivitas.
Tapi, noken adalah bagian dari sejarah dan budaya yang sudah terpatri di dalam dirinya.
“Ini (Noken) budaya toh, dari nenek moyang sudah ada. Betul-betul budaya yang tidak boleh ditinggalkan,” kata Mama Dodo.
Kini, noken memang sudah diakui sebagai salah satu karya tradisional dan warisan budaya dunia oleh UNESCO (United Nations Educational Scientific and Cultural Organizational) sejak 4 Desember 2012 di Paris, Perancis.(*)
(Amanda Hanaria)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR