NOVA.id - Banyak kisah di dunia ini yang membuktikan perwujudan cinta sejati.
Seperti halnya penemuan dua kerangka manusia baru-baru ini di Ukraina yang saling berpautan seperti dilansir dari Thesun.co.uk pada 12 Juli 2018.
Para arkeolog mempercayai bahwa seorang perempuan telah merelakan diri dikubur bersama suaminya yang meninggal untuk tetap bersama di dunia berikutnya.
(Baca Juga : Ternyata Ini Bedanya Gaya Duduk Kate Middleton, Meghan Markle, dan Ratu)
Luar biasa, pada saat ditemukan, kedua kerangka ini tampak tengah berpegangan tangan.
Menurut penelitian, pasangan romantis ini berasal dari zaman prasejarah Vysotskaya atau Wysocko dan berlokasi di selatan kota Ternopil, Ukraina Barat.
Seorang profesor bernama Mykola Bandrivsky melakukan studi dari kerangka pasangan yang penuh cinta ini, memberikan penjelasan berikut,
"Ini adalah penguburan yang unik, seorang pria dan seorang perempuan terbaring di sana, saling berpelukan erat. Kedua wajah saling menatap, dahi mereka saling bersentuhan. Perempuan itu berbaring telentang, dengan lengan kanannya dia dengan lembut memeluk pria itu, pergelangan tangannya tergeletak di bahu kanannya. Kaki-kaki perempuan itu ditekuk di lutut, tergeletak di atas kaki pria yang terentang. Kedua manusia yang mati itu mengenakan hiasan perunggu, dan di dekat kepala ditempatkan beberapa barang tembikar, mangkuk, kendi dan tiga bailer," ungkap Profesor Bandrivsky dari Direktur Cabang Transcarpathian, Rescue Archaeological Service, Institute of Archaelogy of Ukraine.
(Baca Juga : Dokter : Anak yang Terlemah Mungkin Mati Jika Tidak Diselamatkan Sekarang!)
Namun, sebuah fakta mengejutkan dijelaskan para ahli bahwa diidentifikasi dari posisinya, perempuan ini mungkin memilih mati dan dikubur bersama pria yang dicintainya tersebut.
Tentu saja ini merupakan keputusan dari perempuan untuk memilih hidup atau mati bersama kekasih.
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
Source | : | thesun.co.uk |
Penulis | : | Tiur Kartikawati Renata Sari |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR