NOVA.id - Coba hitung, berapa banyak barang elektronik di rumah kita?
Terpikirkah kita bahwa gadget itu juga bisa menghasilkan sampah?
Ya, namanya sampah elektronik atau sering disebut-sebut sebagai e-waste.
Masalahnya, apakah sampah elektronik itu cukup berbahaya bagi kita dan keluarga?
Jika sampah elektronik ini tidak diolah dengan benar, justru bisa memberikan dampak negatif bagi manusia.
(Baca juga: Meghan Markle Jadi Pengiring Pengantin Priyanka Chopra, Bagaimana Aturan Istana?)
Baterai sebagai sumber utama barang elektronik menjadi sampah elektronik yang paling banyak dan menjadi ancaman serius bagi lingkungan dan kesehatan manusia.
Hal ini karena baterai mengandung Bahan Berbahaya Beracun (B3).
“Masih banyak orang tidak tahu bahwa racun di dalam baterai itu berdampak kepada lingkungan,” ujar Rafa Jafar, aktivis muda di bidang lingkungan.
Seperti kita tahu, ada dua jenis baterai yang umum digunakan, yaitu baterai primer (sekali pakai) dan baterai sekunder (baterai rechargable).
Baterai menggunakan logam berat seperti timbal, merkuri, mangan, nikel, lithium, dan kadmium yang dalam jumlah kecil pun bisa berbahaya.
Jika zat-zat di atas masuk ke dalam tubuh manusia, maka bisa menyebabkan gangguan
kesehatan yang sangat serius seperti dapat merusak otak dan sistem saraf.
(Baca juga: Bukan Penanda Kenikmatan, Ini 5 Hal yang Perlu Diketahui Tentang Orgasme)
Rilis Inclusivision Project, Honda Beri Wadah Teman Color Blind Ekspresikan Diri
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR