NOVA.id – Pria dengan tingkat detak jantung rendah ternyata berisiko tinggi melakukan perilaku anti-sosial, misalnya menguntit.
Menurut sebuah penelitian menunjukan hasil jika pria yang detak jantungnya di bawah rata-rata normal atau rendah memiliki kemungkinan tiga kali lebih besar terlibat tindakan menguntit dibandingkan dengan mereka yang memiliki detak jantung normal.
Apa penyebabnya?
Baca juga: Tunjukkan Kepeduliannya, Gigi Hadid Kunjungi Pengungsi Rohingnya
Ternyata denyut jantung berhubungan dengan tingkat istirahat. Mereka yang tidak cukup memiliki waktu istirahat cenderung memiliki kemungkinan untuk menguntit.
"Temuan kami menunjukkan bahwa sementara denyut nadi umumnya ditemukan terkait dengan perilaku agresi dan anti-sosial di semua jenis kelamin," kata Danielle Boisvert dari Sam Houston State University di Texas, AS.
Menguntit atau stalking dikaitkan dengan agresi dan pelanggaran yang keras.
Baca juga: Yuk, Lakukan 4 Hal Sederhana Ini Bersama Pasangan agar Makin Langgeng!
Mengapa? sebab menguntit adalah tindakan dan perhatian yang tidak diinginkan atau obsesif oleh individu atau kelompok terhadap orang lain.
Tentu saja, hal ini menimbulkan efek psikologis, sosial dan ekonomi yang signifikan bagi korbannya.
Ketika dikelompokkan berdasarkan jenis kelamin, hubungan kecepatan denyut jantung ternyata signifikan pada pria, tetapi tidak untuk wanita, menurut peneliti dalam makalahnya Journal of Interpersonal Violence.
Baca juga: Catat! Ini 5 Gaya Musim Panas Putri Diana yang Bisa Jadi Inspirasi
Menurut American Heart Association yang dikutip dari Boldsky.com, detak jantung normal adalah antara 60 detak per menit dan 100 detak per menit.
Jika denyut kurang dari 60 detak per menit pada orang dewasa disebut dalam istilah medis adalah bradikardia.
Orang dewasa dan atlet yang aktif secara fisik sering memiliki detak jantung istirahat lebih lambat dari 60 BPM namun tidak menimbulkan masalah dan normal bagi mereka.
Baca juga: Cornelia Agatha Idap Arthritis, Begini Gejala Radang Sendi pada Tubuh!
Untuk penelitian tersebut, tim melakukan survei terhadap 384 mahasiswa. Dari jumlah tersebut, 32 (termasuk 15 perempuan dan 17 laki-laki) terlibat dalam perilaku menguntit, seperti mengikuti, mengawasi atau memata-matai seseorang. (*)
KOMENTAR