NOVA.id – Memiliki suasana kantor, apartemen, atau rumah yang memiliki desain interior dan dekorasi yang menarik tentu akan membuat kita nyaman dan betah.
Para praktisi dan ahli desain interior dari LaSalle College Jakarta meminta para milenial untuk jangan takut berkreasi dalam menciptakan ruang yang nyaman dan out of the box.
Sebab dalam belajar interior, tak ada batasan usia.
(Baca juga: Makan di Restoran Jepang, Hotman Paris Emosi Gara-gara Hal Ini)
"Belajar interior bahkan ada juga yang baru mulai di usia 40an. Biasanya baru temukan passion desain interior setelah lulus dari bidang yang lain. Jadi enggak ada batasan umur," kata Senior Lecturer Program Desain Interior di Lasalle College Jakarta, Bayu Prastetyo.
Menurut Bayu, justru perkembangan sektor properti yang semakin maju di Indonesia, membuat bidang desain interior baru saja dimulai.
Milenial semakin kreatif dalam mengembangkan ruang perkantoran seperti co-working space, apartemen, hingga residensial.
(Baca juga: Sabet Emas, Kemenpora Janjikan Atlet Asian Games 2018 Jadi PNS Hingga Uang Miliaran?)
"Pasti milenial membutuhkan peran desainer interior. Apalagi saat ini mereka semakin butuh hunian apartemen ataupun residensial," ujarnya.
Dalam menata interior apartemen misalnya, Bayu menyarankan milenial harus mempertimbangkan luasan apartemen.
Salah satunya misalnya saat menata apartemen konsep mini studio.
(Baca juga: Alami Down Syndrome, Perempuan Ini Menang Kontes Kecantikan Global)
"Jika luasan mini studio paling 20 meter persegi. Milenial harus bijak dalam menentukan dekorasi dan warna. Jangan memaksakan warna-warna yang ramai nanti justru jadi terlihat sempit. Gunakan warna-warna tanah atau monokromatik yang membuat suasana lebih luas dan netral," jelas Bayu.
Desainer dan Pengajar di LaSalle College Jakarta, Iwan Sastrawiguna menjelaskan dalam menata residensial tentu memiliki gairah yang berbeda dengan menata apartemen dan perkantoran.
Ujung-ujungnya, desainer memiliki kesukaan sendiri di bidang masing-masing.
(Baca juga: Pakai Baju Muslim Ini saat Berhaji, Penampilan Nia Ramadhani Kembali Curi Perhatian!)
"Alhasil karena sudah sering menata residensial misalnya, itu akan terbawa terus dalam menyukai menata desain residensial. Akhirnya terbentuk kesukaan by order," ujarnya.
Dalam mengatur desain interior residensial untuk di rumah-rumah mewah tentunya berbeda dengan rumah minimalis ddalam bentuk perumahan atau cluster.
Rumah tipe besar di daerah mewah di Jakarta tentu memiliki tipe luasan yang besar dan biasanya lebih klasik.
(Baca juga: Kibarkan Bendera Robek, Nadine Chandrawinata Langgar Undang-Undang?)
Begitu juga untuk mendesain perkantoran.
Biasanya dipertimbangkan dalam urusan siapa pegawai yang menghuni perkantoran tersebut.
Jika kebanyakam milenial, maka pemilihan warna cat dinding dan dekorasi akan bermain.
Misalnya akan dipilih suasana modern minimalis atau klasik.
Atau jika perkantoran di pinggir pantai bisa juga dibuat dengan desain modern tropis.
"Lalu di perkantoran juga tentu mempertimbangkan sudut-sudut ramah lansia atau disabilitas. Misalnya ada jalan-jalan setapak untuk pegawai atau tamu dengan kursi roda. Hal itu juga menjadi pertimbangan," tutup Iwan. (*)
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR