NOVA.id - Gempa dengan kekuatan 7,4 SR yang mengguncang Palu dan Donggala turut merenggut korban dari atlet paralayang yang sedang berada di daerah tersebut.
Setidaknya ada 30 orang atlet yang berada di Palu saat gempa terjadi.
Mereka berada di sana untuk mengikuti kejuaraan paralayang dalam acara Festival Pesona Palu Nonomi 2018.
Baca Juga : Supaya Tak Celaka, Lakukan 3 Teknik Ini Saat Menyetir di Tanjakan atau Turunan, ya!
Sebanyak 20 orang atlet ditemukan dalam keadaan selamat, dua orang ditemukan meninggal dan beberapa lainnya belum ditemukan.
Seorang atlet paralayang yang selamat menuturkan kisahnya yang berhasil lolos saat gempa terjadi.
Gigih Iman, atlet asal Kota Batu tak dapat menyembunyikan kesedihannya saat menceritakan peristiwa mencekam itu terjadi.
Saat gempa terjadi Gigih ada di lantai 7 hotel Roa-Roa, Palu.
Mereka menyelamatkan diri dari gempa melalui tangga darurat dan guncangan yang besar sempat membuatnya tidak sadarkan diri.
Ketika dirinya sadar, ia berlari menuju hotel untuk menyelamatkan teman-teman yang ada di dalam tetapi dilarang oleh tim SAR.
Baca Juga : Ramalan Roy Kiyoshi tentang Gempa dan Tsunami di Palu: Saya Melihat akan Ada Air Besar
Gigih dan seorang temannya kembali ke kota Batu dengan bantuan pesawat Hercules milik TNI AU.
Rekannya saat ini masih dalam perawatan karena luka yang dialaminya.
Hotel Roa Roa yang menjadi tempat menginap beberapa atlet paralayang itu terlihat rata dengan tanah.
Baca Juga : Lahirkan Bayi Ganteng, Bella Shofie Ternyata Lakukan Hal Ini Selama Mengandung
Tim terus melakukan evakuasi untuk mencari para korban yang tertimbun bangunan.
2 atlet paralayang lainnya ditemukan tewas di reruntuhan hotel tersebut.
Mereka teridentifikasi bernama Petra Mandagi dan Gleen Mononutu.
Baca Juga : Usai Gempa dan Tsunami Palu, Kapal Naik ke Darat, Hingga Puing Rumah Terbawa Ke Laut
Jenazah Gleen ditemukan di bawah reruntuhan tangga darurat bersama dengan atlet asal Korea Selatan bernama Dong Jin, dan Petra Mandagi.
Turut berduka cita atas meninggalnya para korban, dan orang yang ditinggalkan diberi kekuatan. (*)
Source | : | Kompas TV |
Penulis | : | Hinggar |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR