NOVA.id - Mungkin sebagian dari Sahabat NOVA sudah pernah mendengar istilah baby blues?
Atau mungkin justru sebagian dari kita pun sudah pernah mengalami yang namanya baby blues?
Apa, sih, baby blues itu? Apakah semua perempuan dapat mengidap baby blues setelah melahirkan?
Menurut Fonda Kuswandi, S.Psi., Praktisi Hypno-birthing, Hypnobreastfeeding, Hypnoparenting dari Pro V Clinic Holistic Health Care Jakarta, setelah melahirkan, hormon-hormon kehamilan menurun drastis.
Baca Juga : Garang saat Wawancara, Suami Najwa Shihab Bongkar Sifat Asli Istrinya di Rumah Hingga di Ranjang
Lalu, diganti dengan produksi hormon-hormon untuk menyusui.
Nah, fluktuasi atau perubahan hormonal dalam tubuh ini bisa menimbulkan efek kurang nyaman.
Alhasil, memicu perasaan-perasaan negatif.
Penyebab lain munculnya baby blues adalah kondisi psikologis ibu baru, misalnya ada rasa kecewa, rasa bersalah atas proses persalinan yang baru saja dilewati, mengalami kesulitan menyusui, khawatir dirinya tak bisa menjadi ibu yang baik bagi bayi, kelelahan kewalahan berperan sebagai ibu baru.
“Ya, dalam proses adaptasi menjadi seorang ibu baru, di minggu-minggu pertama terjadi perubahan hormonal dan psikis yang bisa saja menyebabkan terjadinya baby blues,” terang Fonda.
Lebih lanjut, Fonda memaparkan bahwa munculnya kendala psikis tersebut kemungkinan karena kurangnya persiapan mental dalam menghadapi berbagai kemungkinan ketika “berperan ganda”, baik itu mengurus suami, diri sendiri maupun merawat bayi.
Baca Juga : Kisah Pilu Najwa Shihab, 4 Bulan Dirawat di Rumah Sakit Hingga Kehilangan Buah Hati
Apalagi ia mendapati hal-hal yang belum pernah ia alami dalam mengasuh dan merawat si kecil.
Bagi sebagian ibu baru, ini tentunya dapat menimbulkan masalah.
Lantas, seperti apa ciri-ciri ibu yang mengalami baby blues? Berikut uraian selengkapnya.
Baca Juga : Terjerat Cinta Hilda Vitria, Almarhum Olga Syahputra Pernah Peringatkan Hal Ini pada Billy Sewaktu Hidup!
1. Merasa Bosan, Sedih, dan Lelah
Usai melahirkan, ibu merasa bosan karena yang dihadapinya sehari-hari hanyalah seputar merawat dan mengasuh bayi yang ternyata cukup merepotkan.
Apalagi jika tak ada siapa pun yang membantu.
Efeknya ibu mengalami kelelahan yang luar biasa, kurang istirahat, ingin tidur tapi tidak bisa tidur, bahkan insomnia.
Akibatnya ibu pun bisa mengalami penurunan konsentrasi.
Baca Juga : Saudara Ratu Menyimpan Dendam pada Putri Diana, Inilah yang Dilakukan saat Upacara Pemakamannya
Di sisi lain, bayi yang semula manis kini sering rewel dan menangis tiada henti.
Semua cara sudah dikerahkan, tapi si kecil tetap saja menangis.
Alhasil, ibu ikut-ikutan sedih bahkan menangis.
Rasa kecewa atau kesal bercampur aduk karena segala upaya yang sudah dilakukan ternyata tak membuahkan hasil seperti yang diharapkan.
Baca Juga : Cheongsam hingga Berkebaya, Ini Gaya Busana Berkelas Istri Dato Sri Tahir, Orang Terkaya di Indonesia!
2. Mudah Marah, Tersinggung, dan Lebih Sensitif
Kala melihat bayi sering menangis bahkan mengalami muntah, misalnya, dan sebagainya, ibu secara tak sadar malah memarahi atau membentak si kecil.
Di sisi lain, suami biasanya bingung kenapa istrinya jadi sensitif dan mudah tersinggung.
Sang ibu jadi tambah kesal karena suami tak berusaha membantu menyelesaikan problem yang dihadapinya.
Intinya, ibu menjadi tidak sabar, mudah marah, dan mudah terpancing emosinya.
Baca Juga : Berkebaya Hitam dan Lipstik Merah, Anggunnya Aliya Rajasa Menantu SBY Bak Putri Keraton
3. Merasa Terasing, Bersalah, dan Malu
Selama berada di RS, begitu usai melahirkan, ibu mendapatkan perhatian penuh dari keluarga, kerabat, teman dan lainnya.
Namun, begitu pulang ke rumah, kondisi bisa berubah 180 derajat.
Ibu kurang mendapat perhatian dari lingkungan terdekat dan harus mengurus bayi lebih intens dari siapa pun.
Masalah bisa makin bertumpuk tatkala ibu menemui kesulitan dalam memberikan ASI misalnya, sementara tuntutan mengurus kebutuhan suami dan diri sendiri harus tetap dipenuhi.
Baca Juga : Nggak Disangka, Diam-Diam Jokowi Minta Belajar Main Mobile Legends dari Kaesang
Bayangan semula yang terasa menyenangkan kini menyergap dalam bentuk aneka kerepotan.
Akibatnya, ibu merasa terasing.
Belum lagi bila orangtua atau mertua banyak memberi komentar atau terlalu ikut campur soal pengurusan anak hanya karena merasa lebih berpengalaman.
Hal-hal semacam ini gampang membuat ibu semakin bingung.
Dalam hati, muncul rasa bersalah sekaligus malu bila dikomentari kurang terampil mengurus anak dan sebagainya.(*)
(Hilman Hilmansyah)
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Winggi |
KOMENTAR