Dewasa ini, makin banyak orang tua yang memperkenalkan gadget pada anaknya yang masih balita.
Alasannya beragam. Mulai agar anak pintar dan mengenal teknologi hingga agar anteng.
Menurut mereka, gadget bisa meningkatkan kecerdasan dan menstimulasi perkembangan anak dengan berbagai aplikasi di dalamnya, seperti lagu, cerita pendek dan lain sebagainya.
Namun, dr. Gitayanti Hadisukanto, Sp. KJ, Psikiater Anak dan Remaja dari Rumah Sakit Pondok Indah meluruskan pemikiran orang tua modern yang sudah keliru.
Menurutnya, meningkatkan stimulasi anak harus dilakukan sedini mungkin dengan meningkatkan interaksi.
Pemberian stimulus pada anak memang harus intens saat anak berusia 3-4 tahun.
Sebaiknya hindari memberikan gadget. Apalagi kalau usia anak masih dibawah lima tahun.
"Gadget itu sebenarnya malah menghambat interaksi anak. Akibatnya, anak pun bisa mengalami keterlambatan bicara. Memang secara kognitif anak bisa pintar dengan gadget, tapi kemampuan emosional mereka tidak ada, malah anak akan jadi anti sosial,” jelasnya.
Dalam pemaparannya, dr. Gitayanti menyarankan kepada para orang tua untuk lebih sering mengajak anak bermain bersama bukan hanya menemaninya bermain.
“Bagusnya, orang tua itu harus megajak anak bermain bersama, bukan hanya menemani saja. Nanti malah jadi sibuk sendiri."
"Seperti main masak-masakan atau bermain hal-hal yang sifatnya pura-pura. Ini baik sekali untuk merangsang imajinasi dan ada interaksi dengan anak," jelasnya
Menurut dr. Gitayanti, bermain ‘pura-pura’ ini selain bisa menstimulus anak untuk cepat berbicara juga bisa meningkatkan perkembangan cara mereka berpikir.
Ajak saja mainan seperti masak-masakan. Di situ orang tua bisa sambil mengajari bagaimana cara berhitung.
Misal beli masakan bakso lima biji, ya ajak anak untuk berhitung bakso lima biji itu berapa dan lain sebagainya.
"Jadi, stimulus yang paling baik itu ya memang bermain bersama," tutup dr. Gitayanti.
Laili Ira Maslakhah / NOVA.id
KOMENTAR