NOVA.id – Bagi kita yang perfeksionis, biasanya akan keras pada diri sendiri ketika terjadi hal-hal yang tak berjalan sesuai keinginan.
Sifat ini memang diperlukan pada beberapa hal, tapi jika standar kita terlalu tinggi lama kelamaan kita justru jadi depresi.
Menurut Jackie Chan, seorang psikolog dari The Hong Kong Psychological Counselling Centre, perfeksionisme adalah sikap atau keyakinan bahwa tidak boleh ada kekurangan dalam pekerjaan atau kemampuan seseorang.
(Baca juga: Mau Punya Kulit Wajah Bercahaya? Coba deh Konsumsi 6 Makanan Enak Ini)
Biasanya si perfeksionis menetapkan standar yang tinggi -kadang tidak realistis- bagi dirinya sendiri, dan menganggap diri gagal ketika tidak dapat memenuhi standar tersebut.
Seringkali pencarian kesempurnaan dimulai sejak usia muda , terutama ketika mereka memiliki orangtua atau figur otoritas lain seperti guru, yang menetapkan kesempurnaan sebagai standar yang diinginkan.
Kesalahan apa pun yang dibuat biasanya akan berbuah kritik, teriakan, bullying, atau bahkan hukuman fisik.
(Baca juga: Memang Segar, Tapi Terlalu Banyak Minum Air Tebu Bisa Bahaya loh, Berikut Efek Sampingnya)
Akibatnya mereka tumbuh dengan hasrat untuk menyenangkan dan menerima pujian dari orang lain.
Mereka juga percaya bahwa harga diri mereka terikat dengan prestasi mereka.
Media, masyarakat luas dan keyakinan budaya juga dapat berkontribusi pada keinginan untuk menjadi "sempurna".
(Baca juga: Selain Rasanya yang Segar, Ini loh Manfaat Buah Mangga untuk Ibu Hamil)
Atlet New Balance Triyaningsih Berhasil Taklukan Kompetisi TCS New York City Marathon 2024
Penulis | : | Dionysia Mayang Rintani |
Editor | : | Dionysia Mayang Rintani |
KOMENTAR