NOVA.id - Indonesia merupakan salah satu negara yang memiliki daratan dan pulau di garis khatulistiwa.
Berada di garis equator, otomatis Indonesia berada dalam cincin api dan gunung berapi di dunia.
Hal ini membuat Indonesia rentan sekali terkena gempa bumi dan bisa jadi berpotensi tsunami.
Seperti yang terjadi di Halmahera Senin pagi tadi (16/4).
Baca juga: Sudah Satu Bulan Menikah, Putri Marino Hamil Anak Pertama, Selamat!
Sebuah gempa bumi tektonik dengan magnitudo 6,0 mengguncang Kabupaten Halmahera Barat, Maluku Utara, Senin (16/4) dini hari pukul 04.30 WIT.
Kepala BMKG Kota Ternate, Kustoro Hariyatmoko mengatakan, hasil analisis BMKG menunjukkan bahwa pusat gempa berada di koordinat 1,36 LU dan 126,86 BT, atau tepatnya di laut pada jarak 80 km arah Barat Laut Kabupaten Halmahera Barat dengan kedalaman 53 kilometer.
Getaran gempa dirasakan di daerah Bitung, Provinsi Sulawesi Utara, pada skala II SIG-BMKG (III - IV MMI), Tondano dan Tidore pada skala II SIG-BMKG (III MMI).
“Hal ini sesuai dengan laporan dari masyarakat bahwa gempa bumi ini dirasakan di Ternate, Halmahera Barat II SIG-BMKG (III-IV MMI) dan Bitung I-II SIG BMKG (II-III MMI). Hasil pemodelan tsunami yang dilakukan BMKG menunjukkan bahwa gempa ini tidak berpotensi tsunami,” kata Kustoro.
Baca juga: Lagi-Lagi Miras Membawa Petaka Bagi Gadis Asal Surabaya Ini
Jika ditinjau dari kedalaman hiposenternya, gempa bumi yang terjadi diduga akibat adanya pergeseran pada lempeng laut Maluku.
Berdasarkan analisis mekanisme sumber menunjukkan bahwa gempa ini dipicu aktivitas sesar mendatar (strike slip).
“Hingga pukul 05.00 WIT, hasil monitoring BMKG belum menunjukkan adanya aktivitas gempa bumi susulan (aftershock). Kepada masyarakat diimbau agar tetap tenang dan tidak terpengaruh oleh isu yang tidak dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya,” kata Kustoro lagi.(*)
Fatimah Yamin / Kompas.com
Penulis | : | Healza Kurnia |
Editor | : | Healza Kurnia |
KOMENTAR