NOVA.id - Sudah hampir dua dekade berlalu pasca tragedi gempa dasyat yang terjadi di kawasan Marmara, Turki yang menewaskan puluhan ribu jiwa itu.
Selma Demirelli, salah seorang yang harus merasakan dampak pahit akibat musibah tersebut.
Ya, suami dari Selma harus tewas dalam keadaan yang memprihatinkan akibat gempa yang terjadi selama 45 detik tersebut.
Seperti jutaan penyintas lain, kehidupan Selma tidak akan pernah sama lagi.
Baca juga: Inilah 8 Hal yang Jadi Tuntutan dalam Aksi Long March pada Women's March 2018 Besok!
Setelah melewati goncangan awal, Demirelli mencari ketenangan dengan membantu orang lain, bergabung untuk bekerja sebagai koordinator lapangan sebuah LSM, Foundation for the Support of Women’s Work.
Setelah itu, ia menyaksikan mulai banyaknya dan beragamnya masalah yang dialami penyintas gempa bumi.
Ia juga memahami bahwa trauma yang disebabkan oleh bencana alam secara teori tidak dipengaruhi oleh jenis kelamin.
Akan tetapi, trauma itu memang sering memengaruhi perempuan, anak-anak, dan penyandang disablilitas.
Baca juga: Menelusuri Lika-liku Perjalanan Karier di India
Ia beruntung memiliki nasib yang berbeda. Beberapa hari setelah pemakaman suaminya, kerabat suaminya meminta surat rumahnya yang telah rata akibat gempa bumi.
Turki memiliki hak setara terkait harta warisan, tetapi masih terdapat praktik hukum patriarki yang tidak memihak perempuan.
Penulis | : | Amanda Hanaria |
Editor | : | Amanda Hanaria |
KOMENTAR