Yuk, Gali Inspirasi dari Kisah Sukses Pancasunu Puspitosari Bangun Batik Pratiwi Krajan!

By Jeanett Verica, Kamis, 6 Desember 2018 | 17:57 WIB
Inspirasi Bisnis Lewat Kisah Sukses Pancasunu Puspitosari Bangun Batik Pratiwi Krajan (Rosa Panggabean)

NOVA.id - Di sudut Kabupaten Blora, tepatnya di Kecamatan Cepu, Kelurahan Ngelo, kita barangkali bisa menemukan satu kelompok kerja batik kontemporer yang aktif memproduksi batik-batik dengan berbagai motif unik.

Namanya, Batik Pratiwi Krajan khas Cepu-Blora.

Adalah Pancasunu Puspitosari atau akrab disapa Nunu yang merupakan sosok pemilik di balik produk batik dengan sederet pilihan motif “ajaib” ini.

Baca Juga : Kerajaan Perempuan Suku Mosuo: Tak Kenal Konsep Pernikahan dan Perempuan Bebas Memerintah Laki-Laki

Berbagai motif yang dibuat oleh Klaster Batik Pratiwi Krajan adalah motif sate, Desa Ngelo, Cepu, Jawa Tengah. FOTO/Rosa Panggabean. (Rosa Panggabean)

Dibilang ajaib, karena hingga saat ini, Nunu bersama suaminya, Sulasno, telah menghasilkan lebih dari 200 motif batik yang cukup unik, mulai dari motif kambium, ganja, hingga motif pompa angguk kuno.

Kisah sukses Nunu membangun Batik Pratiwi Krajan sendiri dimulai sejak tahun 2012 silam, saat Nunu belajar menyanting untuk pertama kalinya dan langsung merasa jatuh cinta.

Kala itu, Nunu bersama para ibu di desanya diundang mengikuti pelatihan membatik yang diadakan di Kelurahan Ngelo.

Baca Juga : Uniknya Motif-Motif Batik Pratiwi Krajan Khas Cepu Ini, Koleksi yuk!

“Menyanting itu mirip dengan mengarsir gambar. Kegiatan ini membuat saya fokus sampai lupa dengan waktu,” kisah Nunu.

Ketika itu, Nunu sudah bisa membayangkan membatik sebagai kegiatan yang akan ia lakukan untuk mengisi masa pensiunnya.

Alhasil, hal ini jugalah yang membuat Nunu semangat mengembangkan kerja kelompok batiknya.

Baca Juga : Ini Dia 3 Rekomendasi Liburan di Lombok Utara yang Bikin Betah

Tentu, perjalanan yang Nunu tempuh tidak semulus hasil yang bisa kita lihat saat ini.

Di tahun pertama, perjalanan kelompok batik yang terletak di RT5/RW1 ini terbilang berat, karena tim awal Batik Pratiwi Krajan yang terdiri atas lima orang sempat menyusut jadi tiga orang lantaran sama sekali tidak ada pemasukan.

Berbeda dari kondisi itu, sekarang mereka sudah memiliki 17 orang pekerja dengan honor per bulan sekitar Rp400.000-Rp600.000 untuk 36 jam per 6 hari kerja.

Baca Juga : Ditinggalkan Koneng, Gempi Sempat Tolak Bersama Pengasuh yang Baru

Dengan pasar mencakup seluruh Indonesia, omzet Batik Pratiwi Krajan saat ini sukses mencapai sekitar 15 juta per bulan.

Pemasaran batiknya dilakukan secara langsung di lokasi maupun via media sosial, seperti WhatsApp, akun Instagram, dan akun personal Facebook.

Meski demikian, Nunu mengaku belum optimal dalam memasarkan batiknya secara digital melalui media sosial ataupun marketplace.

Baca Juga : Jadi Napi, Suami Inneke Koesherawati Sewakan Bilik Asmara di Lapas, Sekali Pakai Rp650 Ribu

Hanya kira-kira, bagaimana Batik Pratiwi Krajan akhirnya dapat bertahan pasca menghadapi krisis di awal-awal perkembangannya?

Rupanya, perkembangan pesat usaha Batik Pratiwi Krajan ini tidak lepas dari program CSR yang dilakukan PT Pertamina EP (PEP) Asset 4 Field, Cepu.

Sejak 2014, PEP sudah melihat potensi Batik Pratiwi Krajan untuk mengembangkan ekonomi masyarakat sekitar.

Baca Juga : Saling Bawa Hoki, Peramal Ini Terawang Hubungan Ivan Gunawan dan Ayu Ting Ting akan Serius!

Sebagai apresiasi, PEP memberikan bantuan dari hulu ke hilir, mulai dari teknik membatik, penyediaan alat membatik, sampai pelatihan pemasarannya.

Nunu pun mengaku beruntung bisa mendapatkan pembinaan dari Pertamina.

Ke depannya ia berharap dapat belajar lebih banyak lagi tentang pemasaran secara online, karena selama ini ia lebih banyak mengandalkan rekomendasi dari para mulut pelanggannya yang puas dengan karya Batik Pratiwi Krajan.

Baca Juga : Cengkeram Bahu hingga Nagita Slavina Kesakitan, Rafathar Ngotot Punya Adik!

Belum cukup di situ, sosok Nunu pun rupanya lekat dengan siswa-siswi SD Negeri 3 Karangboyo.

Mengajar batik pun akhirnya menjadi rutinitas setiap Sabtu bagi Nunu.

“Saya senang mengajar kepada adik-adik karena batik merupakan warisan budaya Indonesia yang perlu dilestarikan. Selain mengajar di sekolah, Batik Pratiwi Krajan juga terbuka untuk menerima kunjungan, seperti Maret lalu TK Tunas Rimba 1 datang ke rumah produksi,” terangnya.

Baca Juga : Dicerai Usai Videonya bersama Ariel NOAH, Cut Tari Kepergok Mesra dengan Aktor Ini Sejak 5 Tahun Lalu!

Tidak hanya mengajar siswa-siswi, dengan 17 orang pembatik, kemampuan produksi Batik Pratiwi Krajan sekarang mencapai rata-rata 48 kain per minggunya.

Seiring meningkatnya permintaan konsumen, Nunu sudah berencana untuk menambah orang dan membangun rumah produksi yang lebih besar masih di lokasi yang sama.

Ia pun ingin melebarkan sayap usahanya ke bidang fashion dengan menghasilkan produk jadi berupa pakaian sebagai upaya untuk menambah kecepatan penjualan batik-batik miliknya.

Baca Juga : Blak-blakan! Lihat Sosok Gaib, Ruben Onsu Ajak Anak dan Istri Tidur di Mobil Sebulan Lebih

Harga yang ditawarkan untuk selembar kain batik karya Nunu dan kelompok batiknya beragam dan cukup terjangkau, mulai dari Rp150.000 hingga Rp700.000 tergantung jenis kain dan tingkat kesulitan motif dan pewarnaan.

Tak sekadar membuat batik, Batik Pratiwi Krajan juga menyajikan produk berkualitas tinggi, baik produksi batik tulis maupun batik cap (stamping).

Menjaga kualitas dan terus berinovasi menjadi kunci kesuksesan kelompok batik ini.

Afwan Daroni selaku Cepu Field Manager dari PT Pertamina EP berharap usaha batik ini terus berlanjut dan berkembang sehingga kesejahteraan dan perekonomian masyarakat dapat meningkat.

Tujuannya adalah menggerakkan ibu-ibu di desa dengan kegiatan ekonomi yang lebih variatif.

“Saya mengapresiasi keberhasilan kelompok Batik Pratiwi Krajan dalam memajukan batik khas Cepu, sekaligus Blora ini. Perusahaan akan mendukung terus agar batiknya dapat bersaing lebih luas dan memberikan manfaat yang besar untuk masyarakat,” tukasnya. (*)