Buku Cerita Hingga Tenun Toraja, Simak Deretan Kisah Perempuan Inspiratif dari Permata Bank United for Education Sustainability Forum 2018

By Tentry Yudvi Dian Utami, Sabtu, 8 Desember 2018 | 20:41 WIB
Pecahkan Masalah Pendidikan Lewat Perempuan Inspiratif (Yannis Pratasik/ Dok. NOVA)

NOVA.id - Kabar gembira datang untuk menjawab masalah dunia pendidikan kita melalui sebuah program yang diusung Corporate Social Responsibility (CSR) Permata Bank, Permata Hati.

Pasalnya rangkaian acara bertajuk United for Education (UFE) Sustainability Forum: Championing Change yang merupakan program tahunan Permata Hati akhirnya sukses digelar Sabtu (8/12) silam.

Merupakan hasil kolaborasi dengan NOVA, acara yang dihelat di Ballroom Kuningan City, Jakarta ini terlihat sukses mengaitkan isu-isu perempuan yang terkait dengan permasalahan pendidikan dan kemajuan ekonomi masyarakat Indonesia.

Baca Juga : Selain dengan Puput Calorina, Ini Sederet Kasus yang Pernah Menjerat Nikita Mirzani

Pecahkan Masalah Pendidikan Lewat Perempuan Inspiratif (Yannis Pratasik/ Dok. NOVA)

Sebagai informasi, UFE sendiri merupakan program tahunan Permata Hati yang sudah berjalan hingga tahun kedelapan.

UFE ditujukan untuk menjadi wadah bagi komunitas untuk mengembangkan ekosistem pendidikan berkelanjutan.

Kolaborasi ini tentunya menjadi wadah terbaik untuk mengatasi persoalan pendidikan di Indonesia yang terbilang masih rendah.

Baca Juga : Gelar Resepsi Besok, Intip 5 Potret Mesra Lindswell Kwok dan Achmad Hulaefi saat Pemotretan!

Mulai dari sharing pegiat bisnis di dunia teknologi informatika hingga penggerak penenun di Toraja, kisah dan perjuangan para perempuan yang hadir mengisi acara UFE 2018 sukses memberikan begitu banyak inspirasi.

Berikut ulasannya.

Woman Behind Everything

Kita tentu percaya, perempuan zaman sekarang sudah jauh lebih kreatif dan bisa menciptakan beragam hal yang bermanfaat.

Setidaknya, hal ini bisa kita lihat dari sosok Mayumi Haryoto, Co-Founder Pibo dan Dheta Aisyah sebagai Chief Business Development Binar Academy.

Dipandu Indira Dhian Saraswaty, Editor in Chief NOVA sebagai moderator dalam sesi Women Enterpreuners: There's  A Woman Behind Everything, semangat dan cerita yang dibagikan Mayumi dan Dheta tampak berhasil menghipnotis penonton.

Baca Juga : Puput Carolina Laporkan Nikita Mirzani ke Polda Metro Jaya! Ada Apa?

Women Enterpreuners: There's A Woman Behind Everything di Permata Bank UFE 2018 (Yannis Pratasik/ Dok. NOVA)

Semua berawal dari kisah Dheta Aisyah yang mencetuskan ide terkait sekolah teknologi gratis bernama Binar Academy untuk menghasilkan sosok-sosok inspiratif di bidang teknologi informatika.

Sekolah buatannya ini terbuka bagi siapa saja yang ingin mengenyam pendidikan singkat mengenai teknologi dan informasi yang sungguh berguna dalam menciptakan kedewasaan menghadapi gejolak era digital di masa depan.

Apalagi, Dheta juga menangkap fakta bahwa masyarakat Indonesia sebetulnya punya kreativitas yang tinggi dalam berkarya di dunia digital.

Baca Juga : Ini Alasan Nadya Hutagalung Ungkap Kisah Hidupnya di Penghujung Tahun

Made Mardiani Kardha, Managing Editor NOVA (Yannis Pratasik/ Dok. NOVA)

Menariknya, Dheta juga menggaet kelompok disabilitas untuk turut bergabung.

“Tidak ada persyaratan khusus, yang penting mereka bisa memahami matematika. Dan, mereka datang sendiri untuk belajar,” ujarnya.

Sekolah besutannya ini juga dirancang untuk menjadi wadah bagi perusahaan digital di Indonesia dalam mencari engineer terbaik.

Baca Juga : Anak Tirinya Berulah, Kartika Putri Terbahak-bahak Lihat Hal Ini!

Sementara Dheta berjuang di ranah teknologi, Mayumi aktif menggeluti bidang buku cerita anak-anak.

Berangkat dari kepedulian terhadap fakta rendahnya literasi pada anak, Mayumi pun tergerak untuk membuat Pibo.

Baginya, kemampuan membaca dan memahami informasi yang beredar akan sangat bermanfaat dalam visi mencerdaskan bangsa nantinya.

Baca Juga : Ajarkan Decision Making, Yuk Libatkan si Kecil untuk Rencanakan Liburan!

"Setelah masuk ke publishing untuk membuat buku cerita. Kami jadi tahu, bahwa literasi anak (bisa) rendah itu karena beberapa hal. Satu, karena psikologis anak jarang diperhatikan. Sering kali, misalnya buku anak untuk 5 tahun, tapi teksnya berparagraf,” jelasnya.

Hal ini, menurut Mayumi, bisa membuat anak merasa terintimidasi, sehingga enggan membaca.

Masalah kedua adalah perkara distribusi buku yang menjadi kendala, terutama ketika buku harus didistribusikan ke luar Pulau Jawa, sehingga membuat harganya menjadi mahal.

Baca Juga : Rias Ibu Negara, MUA Kondang Bennu Sorumba: Tangan Aku Sampai Basah!

Mayumi pun mengatasi persoalan itu dengan mencoba mengemas buku cerita anak melalui format digital dan membentuk sebuah perpustakaan digital.

Betapa penting peran mereka berdua dalam memajukan pendidikan bangsa, bukan, Sahabat NOVA?

Harapan dan Kehidupan

Tak hanya kisah milik Dheta dan Mayumi saja yang tentunya menarik dan menginspirasi bagi dunia pendidikan kita.

Founder Circa Handmade, Ukke Kosasih dan CEO serta Founder Torajamelo, Dinny Jusuf juga punya kisah seru lainnya.

Dalam sesi bertajuk Empowering Women: Weaving Hope and Giving Life yang dipandu Made Mardiani Kardha, Managing Editor NOVA sebagai moderator, kisah perjuangan Ukke dan Dinny mengalir indah ke hadapan peserta.

Baca Juga : Ini Alasan Nadya Hutagalung Ungkap Kisah Hidupnya di Penghujung Tahun

Sesi ini diawali dengan cerita perjuangan Ukke dalam menguatkan dan membangun rasa percaya diri perempuan desa di Cihanjuang untuk berani maju.

"Mereka banyak merasa tidak percaya diri bisa menjadi seseorang, karena merasa terlahir miskin," jelasnya.

Padahal, mereka memiliki potensi besar untuk menjadi seseorang bahkan pengusaha. Sehingga lewat Circa Handmade, Ukke mencoba merangkul perempuan sekitar desa untuk membuat boneka, sehingga keterampilan tersebut bisa perlahan memupuk rasa percaya diri mereka.

Baca Juga : Tak Terekspos, Wajah Cantik Cucu ke-2 Jokowi Akhirnya Tertangkap Kamera!

Ukke juga mengajarkan mereka untuk berani speak up, agar kelompok yang konon sering dikucilkan ini tak lagi dipandang sebelah mata dan rendah.

"Kita sering dibilang voice of voiceless. Saya selalu bilang ke teman-teman Circa untuk ayo kita berani untuk bicara, karena mereka tidak pernah tahu jika kita tak bicara atau mengungkapkan pendapat," jelasnya.

Setelah menjalani usaha boneka sekitar 10 tahun, Ukke pun berhasil melahirkan para perempuan percaya diri yang beberapa di antaranya, memilih untuk membuka usaha sendiri.

"Yang terpenting punya percaya diri dulu untuk mau maju," tambahnya.

Baca Juga : Belum Punya Rencana Liburan? Yuk Ajak Keluarga ke Tempat Wisata Ini, Seru!

Di sisi lain, Dinny Jusuf punya perjuangannya sendiri dalam memberdayakan perempuan muda di Toraja. Melalui tenun, Dinny memulai upayanya menghidupi desa tersebut. Tak bisa dimungkiri, kendalanya terletak pada kesan “tua” pada tenun, sehingga generasi penerus biasa enggan meneruskan wasiat tenun.

Padahal, tenun begitu lekat dengan budaya yang membuat desa mereka pun bisa dikenal dunia.

"Awalnya untuk mengerahkan mereka untuk berpenghasilan itu bermula dari banyaknya bayi di sana. Dari situ, saya mengajak mereka untuk mulai mencari mata pencaharian lewat menenun," jelasnya.

Hal inipun tidak mudah, karena perempuan di sana masih menganggap tenun tidak bisa menghidupi keluarga mereka. Sekalipun destinasi Toraja menjadi salah satu destinasi favorit para turis!

Baca Juga : Tinggalkan Gempi, Koneng Akhirnya Ungkap Alasannya Mengundurkan Diri

Akhirnya, Dinny pun mencoba menemukan cara terbaik untuk mengajak perempuan di desa Toraja maju, yakni dengan menghadiahi babi atau kerbau.

"Saya bertanya apa impian mereka. Jawabannya luar biasa dan sempat tidak terpikirkan. Mereka hanya ingin bawa babi dan kerbau ke acara adat," jelasnya.

Dari sanalah, Dinny mewujudkan impian mereka dengan menenun dan menghasilkan kreasi tenun ciamik. Tak hanya dapat babi atau kerbau, perempuan di sana juga sudah bisa membiayai keluarganya.

Baca Juga : Temani Raffi Ahmad Kerja, Nagita Slavina Malah Menangis! Kenapa?

Hal ini jugalah yang semakin membuat Dinny bersemangat menghidupi desa-desa sekitar Toraja lainnya.

Sebagai sebuah inovasi, ia pun menawarkan konsep nomadic travel untuk mengajak para traveler merasakan sensasi menginap di desa dan melihat proses penenunan, langsung di Toraja.

Selain empat sosok ini, tentu ada banyak perempuan inspiratif di luar sana yang ikut memajukan dunia pendidikan dan perekonomian bangsa.

Pertanyaannya, kapan giliran kita untuk ikut berkontribusi, Sahabat NOVA? (*)