AOT, Teknologi Canggih di Dunia Penerbangan untuk Hadapi Masalah Disorientasi Spasial

By Alsabrina, Kamis, 13 Desember 2018 | 12:02 WIB
AOT, Teknologi Canggih di Dunia Penerbangan untuk Hadapi Disorientasi Spasial (dok. Sabrina/NOVA.id)

NOVA.id – Dunia penerbangan Indonesia kini memiliki Advance Orientation Trainer (AOT), yakni sebuah alat yang berfungsi melatih seorang penerbang pesawat dalam mengantisipasi kondisi kejadian luar biasa saat terbang.

AOT keluaran Austria ini diklaim sebagai perlengkapan tercanggih di dunia penerbangan saat ini.

Alat canggih ini dibutuhkan agar para penerbang dapat lebih berhati-hati saat mengoperasikan pesawat. Ya, kecelakaan pesawat yang terjadi bukan hanya masalah teknis saja, tetapi juga bisa terjadi disorientasi spasial.

Baca Juga : Sang Adik Meninggal Dunia, Emil Dardak Tulis Pesan Menyentuh

Simulator kokpit pesawat yang dilengkapi AOT (dok. Sabrina/NOVA.id)

Baca Juga : Tingkah Menggemaskan Jan Ethes bersama Keluarga, Salah Sebut Ayah hingga Girang Lihat Fotonya

Disorientasi spasial yang dialami oleh pilot bisa menimbulkan ilusi dan yang akhirnya terjadi adalah pilot merasakan hal-hal yang bukan sebenarnya.

"Kan [terkadang saat sedang terbang] orang-orang tidak menyadari [merasakan] 'kalau saya itu miring atau gini', karena kenyataan di ketinggian itu 3 dimensi, enggak terasa.

Di atas baru menyadari kalau melihat instrumen, makanya kita menyebutnya percaya pada instrumen, supaya kita menyadari," jelas Sekretaris Lakespra Saryanto dr. Djunaidi, MS, SpKP. 

Hal senada juga diungkapkan oleh Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan Indonesia (Perdospi), dr Wawan Mulyawan, SpBS.

Ketua Umum Perhimpunan Dokter Spesialis Penerbangan Indonesia (Perdospi), dr Wawan Mulyawan, SpBS (dok. Sabrina/NOVA.id)

Baca Juga : Berita Terpopuler: Aurel Hermansyah Bergaya ala Gadis Bali hingga Barang Pemberian Mantan yang Masih Disimpan Luna Maya

“Ketinggian itu nggak ada jalan tol, nggak ada jalan mobil, jadi pesawat itu jalan tidak ada lintasan sehingga dia (pilot) melihat ke depan, ke bawah atau ke atas bisa salah.

Padahal kuping kita, sistem keseimbangan kita bisa mengecoh. Sehingga bisa saja perasaan kita sedang naik, ternyata kita sedang lurus sehingga akhirnya pesawat yang harusnya lurus, jadi menukik karena perasaan si pilot. Jadi ada disorientasi (spasial),” ujar dr Wawan ketika ditemui di Lembaga Kesehatan Penerbangan dan Ruang Angkasa (Lakespra) dr. Saryanto, Rabu, 12 Desember 2018.

Sehingga, menurut dr Wawan, pilot atau penerbang lainnya membutuhkan kepercayaan dengan instrumen.

Baca Juga : Inilah Alasan Kenapa Mainan Lebih Baik Daripada Smartphone untuk Anak!

“Kunci dari semua itu apa? Pilot harus percaya dengan instrumen. Karena instrumen-instrumen itu adalah alat yang sangat canggih bisa menuntun si pilot ke arah yang benar,” ujar dr Wawan.

Kapten Dhita Murtiadi, pilot pesawat kargo CardigAir yang datang mencoba simulasi AOT mengatakan bahwa alat ini sangat membantunya saat mengudara.

Kapten Dhita Murtiadi, pilot pesawat kargo CardigAir yang mencoba simulasi AOT (dok. Sabrina/NOVA.id)

Baca Juga : 4 Cara Efektif agar Tak Sedih Berpisah dengan Pasangan Selama Liburan

“Waktu awal kita diputar. Di dalam kita tidak berasa diputar. Kalau kita ngeliatnya lurus, itu berasanya diam. Tapi, ketika kita lihat ke atas baru berasa.

Pilot aja kita nggak tau karena gelap semuanya di dalam. Baru setelah dinyalain instrumennya baru kita tahu oh ini posisi (pesawat)nya begini,” ujar Kapten Dhita.

Kapten Dhita setelah mencoba AOT di Laboratorium Lakespra dr Saryanto (dok. Sabrina/Nova.id)

Baca Juga : Berita Terpopuler: Aurel Hermansyah Bergaya ala Gadis Bali hingga Barang Pemberian Mantan yang Masih Disimpan Luna Maya

“Jadi ya batas kemampuan manusia baru dilihat di sini. Bisa mereflek jadi feel untuk terbang kita menjadi lebih percaya diri setelah nyoba ini,” tutup Kapten Dhita.(*)