NOVA.id – Gunung Agung yang terletak di wilayah Karangasem, Bali, meletus pada Kamis (10/01/19) lalu. Hasil rekaman Pos Pemantauan Gunung Api Agung yang terletak di Desa Rendang menunjukkan bahwa seismograf mencatat amplitude hingga 22 mm dengan durasi sekitar 4 menit.
Masyarakat pun diimbau untuk tidak berada dalam radius 4 Kilometer.
Mungkin, masyarakat Indonesia, terutama masyarakat Bali tengah was-was karena kejadian alam yang satu ini. Namun, berbeda dengan para peneliti NASA.
Baca Juga : Tak Hanya Tiara Dewi, 4 Artis Ini Juga Tampil Beda dengan Kenakan Cadar
Para peneliti NASA menyebutkan bahwa erupsi Gunung Agung berpotensi bisa menyelamatkan dunia dalam permasalahan perubahan iklim.
Gunung Agung disinyalir memiliki keunikan yang membuat para peneliti tertarik untuk meneliti lebih lanjut.
Seperti yang NOVA.id lansir dari National Geographic Indonesia, bagi para peneliti, Gunung Agung bisa menjadi kesempatan mereka untuk mengetahui bagaimana gunung berapi mampu memengaruhi iklim seperti Gunung Tambora.
Baca Juga : Selalu Tampak Harmonis, Armand Maulana Bongkar Pernah Diduakan Dewi Gita!
Penelitian terhadap Gunung Agung sebenarnya bermula pada tahun 1991. Saat itu para peneliti tengah meneliti Gunung Pinatubo, di Filipina yang sedang meletus. Letusan ini disebut-sebut sebagai letusan terbesar di abad ke-20.