Sebelum Prostitusi Online, Begini Potret Jejak Bisnis Prostitusi di Indonesia sejak Zaman Belanda

By Tentry Yudvi Dian Utami, Jumat, 18 Januari 2019 | 08:00 WIB
Sebelum Prostitusi Online, Begini Potret Jejak Bisnis Prostitusi di Indonesia sejak Zaman Belanda ()

NOVA.id - Menyoal kasus prostitusi di Indonesia memang tak akan pernah ada habisnya.

Sebelum ramai kasus prostitusi online yang kini jadi perbincangan hangat, rupanya, jejak bisnis prostitusi di Indonesia sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda dan Jepang di Indonesia.

Bedanya, kalau dulu pemakai jasa prostitusi harus menyambangi rumah bordil untuk bertemu dengan pelaku prostitusi, sekarang ini proses tersebut sudah berubah menjadi sangat instan karena kehadiran teknologi.

Baca Juga : Dijodohkan dengan Aaliyah Massaid, Dul Blak-blakan Ungkap Sifat Aaliyah yang Bikin Meleleh

Persoalan seks apalagi prostitusi memang selalu menjadi pembicaraan hangat dan siapa sangka, jejak bisnis prostitusi di Indonesia sudah ada sejak zaman dahulu kala.

Sedikit berbicara mengenai sejarah, tak ada salahnya kita kembali melihat kilas balik perjalanan prostitusi di Indonesia.

Bukan hanya merebak di prostitusi online saja, beginilah potret kilas balik jejak bisnis prostitusi di Indonesia.

Baca Juga : Ivan Gunawan Diperiksa dan Jalani Tes Urine Usai Asistennya Terciduk Kasus Narkoba

Rumah Dolly

Walau sudah ditutup oleh walikota Surabaya, gang Dolly ternyata sudah ada sejak zaman Belanda.

Di abad 17, saat Belanda menguasai Surabaya, seorang nona Belanda bernama Dolly Van de Mart mendirikan tempat prostitusi.

Nama Dolly itu diambil dari namanya.

Sejak didirikan, tempat ini tak pernah terlihat sepi, bahkan para tentara Belanda juga suka menghabiskan waktu mereka di sini.

Baca Juga : Berusia 49 Tahun, Ini Rahasia Awet Muda Ira Koesno Sang Moderator Debat Pilpres 2019

Macao Po

Sebelum adanya Kali Jodo, Jakarta ternyata sudah punya rumah bordil yang dinamakan Macao Po.

Tempat prostitusi ini pun sempat hits, karena setelah tentara Belanda memakai jasa pekerja seks, banyak yang meninggal karena penyakit sifilis.

Gubenur Jenderal Hindia Belanda yang saat itu memimpin pun langsung menutup tempat tersebut.

Diketahui, tak hanya orang Indonesia saja, melainkan orang asing juga bekerja di sana sebagai pekerja seks.

Baca Juga : Penghulu Pernikahan Kriss Hatta dan Hilda Meninggal, Mbah Mijan Ungkap Satu Fakta Ini

Gedung Papak

Gedung Papak ini berlokasi di Gorbongan, Jawa Tengah yang sudah berdiri sejak tahun 1919 dan didirkan oleh Belanda.

Kala itu, tempat ini menjadi saksi bisu penyiksaan tentara Belanda terhadap orang pribumi yang membangkang pemerintahan.

Tempat itu pun beralih fungsi saat Jepang masuk ke Indonesia.

Baca Juga : Tawarkan 1,1 Miliar Pertahun Bagi Pria Setia, Gadis Ini Blak-blakan Ungkap Alasan di Balik Keputusannya

Tak lagi jadi tempat penyiksaan, tempat ini menjadi tempat prosititusi yang banyak dimanfaatkan tentara Jepang.

Sedihnya, para pekerja seks itu ternyata merupakan korban kekerasan seksual dari para tentara.

Mereka dipaksa untuk memuaskan nafsu para tentara Jepang saat itu.

Baca Juga : Rumah Tangga Raffi Ahmad dan Nagita Slavina Diramal, Mbak You: Ada Sosok Perempuan Hadir di Antara Mereka

Saritem

Saritem yang berada di Bandung juga sudah ada sejak zaman Belanda.

Saritem pertama kali dibangun tahun 1838 oleh Nyi Saritem.

Mulanya, Nyi Saritem mempekerjakan perempuan Indonesia di rumahnya untuk menghibur para tentara Belanda.

Lambat laun, tempat ini malah berubah menjadi tempat bisnis prostitusi.

Baca Juga : Hiiiy, Kreatif atau Seram, nih? Desainer Ini Jadikan Rupa Para Model Bak Iblis dari Neraka!

Sarkem

Dari banyaknya tempat bisnis prostitusi, Pasar Kembang di Yogyakarta inilah yang paling terkenal di Indonesia bahkan mancanegara.

Tempat ini muncul saat kereta api penghubung Jawa baru didirikan pertama kali.

Sejak didirkan, sudah banyak yang singgah di sini.

Selain tentara belanda, ada juga wisatawan asing sengaja berkunjung untuk melihat pekerja seks.

Begitulah rupanya perjalanan prostitusi di negeri kita, bukan hanya lewat prostitusi online saja, rupanya kehidupan prostitusi telah menemani perjalanan bangsa kita sejak dahulu kala. (*)