Alami Krisis Percintaan hingga Mulai Sering Bertengkar, Sudahkah Coba Lakukan Satu Hal Ini?

By Tentry Yudvi Dian Utami, Sabtu, 19 Januari 2019 | 06:00 WIB
Krisis Rumah Tangga Bisa Dihadapi dengan Komitmen Ulang Loh (19/01) (Istock)

NOVA.id - Menghadapi quarter life crisis yang muncul karena merasa galau dalam hubungan percintaan hingga pernikahan, tentunya sangat membuat kita jadi serba tak aman dan nyaman!

Di satu sisi, kita ingin mempertahankan hubungan kita namun di sisi lain, kita mulai merasa tak nyaman dengan kondisi yang ada, mempertanyakan lagi mengapa kita memilih dia, mempertanyakan lagi hubungan kita—apalagi bila sudah mulai sering bertengkar.

Nah! Bila sudah begitu kisahnya, yuk sekarang kita cari solusinya. 

Baca Juga : Ternyata, Water-Based Skincare Lebih Sehat untuk Kulit Kita, lho!

Menurut seorang psikolog dan hipnoterapis Alexandra Gabriella A., M.Psi, Psi., C.Ht, salah satu cara dalam mengatasi quarter life crisis yang diakibatkan perkawinan yang kurang harmonis adalah komitmen ulang.

Menurut Alexandra, proses komitmen ulang sebenarnya sudah cukup umum dilakukan di Indonesia.

Apalagi, beberapa ajaran agama menyarankan pasangan suami-istri untuk melakukan peneguhan kembali janji pernikahan mereka.

Baca Juga : Sebelum Prostitusi Online, Begini Potret Jejak Bisnis Prostitusi di Indonesia sejak Zaman Belanda

Sudahkah kita coba melakukannya?

Kalau belum, coba kita kenali lebih dalam apa maksud dari komitmen ulang ini, yuk!

"Komitmen ulang enggak perlu dilakukan formal. Dengan berkomunikasi secara terbuka dan jujur, berdiskusi, dan menyepakati rencana bersama yang baru pun sudah cukup membantu seseorang mempertahankan komitmennya dalam menghadapi quarter life crisis,” kata Alex.

Komitmen ulang ini tentu bukan hanya mencakup hal-hal normatif—misal akan "selalu saling setia"—tapi yang semula dianggap enteng atau terlupakan.

"Jika aku lagi sibuk di kantor, mau kan kamu sementara yang mengurus anak-anak?" pinta kita pada suami, misalnya.

Baca Juga : Quarter Life Crisis dan Finansial: Solusi Jitu Atasi Pertanyaan

“Salah satu caraku mengatasi stres di kantor adalah seminggu sekali nongkrong dengan teman-teman SMA. Mau kan kamu tak usah curiga aku bakal macem-macem?” balas sang suami.

Dan, masih banyak lagi hal yang semula kita anggap “remeh-temeh” dalam hidup berumah tangga yang bisa kita rancang ulang dengan suami.

Bahkan sampai, “Jangan lagi ya, Mas kalau menekan odol dari bagian atasnya!”

Baca Juga : Sarapan Enak dan Mudah Dibuat: Roti Goreng Kornet Keju yang Praktis untuk Santap Pagi

Lantas, apakah komitmen ulang cukup jitu mengatasi masalah QLC dengan pasangan?

Yang jelas, semua masalah harus dikomunikasikan dengan teman hidup kita.

Bila kita terus memendamnya, bagaimana kita dan pasangan bisa lebih saling mengenal dan bersama membangun hubungan yang hangat dan intim?

Bagaimana pula kita bisa menghadapi fase quarter life crisis dan krisis percintaan yang sedang kita alami?

Baca Juga : Sebelum Prostitusi Online, Begini Potret Jejak Bisnis Prostitusi di Indonesia sejak Zaman Belanda

"Ingat, pasti kita punya alasan dan pertimbangan tersendiri ketika akhirnya memilih si dia sebagai pasangan kita,” ingat Alexandra. Meski begitu, menurut Alexandra, ada hal lain yang bisa dilakukan saat quarter life crisis, selain berkomitmen ulang dengan pasangan.

Misalnya, melakukan refleksi diri.

Karena jangan-jangan, diri kita sendiri yang menjadi pangkal penyebab!

Baca Juga : 3 Posisi Bercinta yang Bikin Penetrasi Terasa Dalam hingga Orgasme

"Terus, mulai belajar memahami persepsi orang lain, bahwa pasangan mungkin punya persepsi berbeda dari kita dalam memahami suatu kondisi.

Tunjukkan pada pasangan bahwa kita menghargainya, begitu pun sebaliknya,” tambah Alexandra.

Nah, sudah begini, percaya, dong, kalau quarter life crisis itu jadi seperti hujan lebat—yang setelahnya bisa melukis pelangi?

Namun semoga hubungan kita bisa menjadi pelangi yang abadi dan tak hilang dalam sekejap, ya, Sahabat NOVA! (*)

Berita selengkapnya mengenai isu spesial "Quarter Life Crisis" bisa Sahabat NOVA lihat di Tabloid NOVA edisi 1612.

Muhamad Yunus