Valentine Jadi Hal Menakutkan Bagi Perempuan Jepang Karena Tradisi Giri Choco, Ini Penjelasannya

By Alsabrina, Rabu, 13 Februari 2019 | 14:00 WIB
Perayaan giri choco ditentang perempuan Jepang saat Valentine (kuppa_rock)

Sehingga, perempuan memikul beban moral di mana harus memberikan semua pria di tempat kerja atau sekolah untuk "menyelamatkan diri" dari kehidupan sosial.

Sebuah survey menemukan bahwa lebih dari 60% perempuan membeli cokelat untuk hadiah pribadi, 56% untuk anggota keluarga, 36% untuk kekasih atau seseorang yang disukai, dan hanya 35% yang berencana membagikan cokelat kepada pria di tempat kerja.

Baca Juga : Elegan, Ini Tas Seharga Rp1,5 Miliar Bunga Citra Lestari yang Dibawa Liburan ke Amerika!

"Sebelum mulai pelarangan, kita harus menetapkan batasan yang tepat dan pantas untuk cokelat yang dibelanjakan.

Di mana kita menarik garis batas siapa yang kita beri cokelat. Jadi, ada baiknya kita tidak lagi memiliki budaya memberi paksa ini," ujar salah satu pekerja kantor survey.

Beberapa perusahaan di Jepang kini telah melarang praktik giri choco tersebut.

Bahkan, Valentine tahun lalu, produk cokelat dari Belgia, Godiva membuat gebrakan yang cukup mencengangkan masyarakat Jepang.

Baca Juga : Pesan Mandala Shoji pada Anak Sebelum Dipenjara: Ayah Lagi Berjuang, Jangan Lupa Solat dan Ngaji

Godiva mengeluarkan iklan satu halaman penuh surat kabar yang mencoba meyakinkan Jepang untuk menghentikan praktik giri choco.

Pemberian cokelat sebagai hadiah Valentine dilakukan secara komersial di Jepang pada pertengahan 1950-an dan tumbuh sebagai pasar jutaan dolar.

Pada perayaan Valentine inilah Japan Airlines akan membagikan cokelat kepada semua penumpang untuk penerbangan domestik dan internasionalnya setiap 14 Februari.

Baca Juga : Ibu Mertuanya Kritis, Pedangdut Fitri Carlina Ungkap Kesedihannya dan Mohon Doa

Sementara itu, sebuah resor sumber air panas di dekat Tokyo telah meluncurkan pemandian yang diisi dengan air cokelat yang mengepul untuk berendam.(*)