Mengenal Mom Shaming, Baby Blues, dan Post Partum Depression: Tantangan Besar Para Ibu setelah Berjuang Melahirkan

By Jeanett Verica, Minggu, 3 Maret 2019 | 21:30 WIB
Mengenal Mom Shaming, Baby Blues, dan Post Partum Depression: Tantangan Besar Para Ibu setelah Berjuang Melahirkan (iStock)

NOVA.id - Fenomena mom shaming belakangan ini tengah marak menjadi perbincangan.

Mengutip Kompas.com, mom shaming sendiri merupakan sebuah perilaku yang mempermalukan ibu lain dengan cara menampilkan diri sebagai ibu yang lebih baik, lebih hebat, dan paling sempurna.

Entah itu dengan mencibir proses melahirkan seseorang yang dianggap kurang hebat, atau bagaimana seorang ibu lain mendidik anak mereka.

Baca Juga : 5 Pesona Kakak Ipar Luna Maya, Ibu Dua Anak yang Cantik dan Modis!

Kesalahan-kesalahan sebagai seorang ibu baru juga sering kali disoroti, dan menganggap mereka tidak becus sebagai seorang ibu.

Padahal sebagai seorang ibu, hal seperti mom shaming ini tentu membuat diri kita menjadi tidak percaya diri, merasa bersalah, bahkan tak jarang, bisa saja mengakibatkan sindrom baby blues.

Baby blues, apa lagi itu?

Baca Juga : Niat Umroh Ajak Keluarga Batal, Okie Agustina Laporkan Jasa Travel ke Polisi Karena Rugi Puluhan Juta

Menurut Vera Itabiliana Hadiwidjojo, S. Psi, psikolog dari Lembaga Psikologi Terapan Universitas Indonesia, baby blues merupakan suatu gangguan emosi ringan yang kerap kali dialami oleh ibu yang baru melahirkan.

Gejalanya, seorang ibu akan mengalami gejala mood swing berlebih seperti cepat marah dan suka menangis tanpa alasan.

Sindrom ini sendiri disebabkan oleh banyak faktor, seperti perubahan hormon, fisik, psikologis, bahkan sosial.

Baca Juga : Jarang Terekspos, Luna Maya Ternyata Punya Dua Kakak Laki-Laki! Intip Potretnya

Dan faktanya, hal tidak menyenangkan ini bisa disebabkan pula oleh munculnya mom shaming yang dialami seorang ibu dari orang-orang di sekitarnya tadi.

Dan meskipun baby blues disebut sebagai gangguan ringan, menurut Vera, kita perlu teramat waspada.

Karena selain baby blues, ada kemungkinan lain yakni terjadinya post-partum depression atau depresi setelah melahirkan.

Baca Juga : Usai Bercerai dari Gading Marten, Gisel Tetap Lakukan Hal Ini untuk Roy Marten

Bila sampai mengalami depresi, seorang ibu tentu akan sulit menjalankan peran atau tugas sebagai seorang ibu secara optimal.

Padahal, peran ini sangat dibutuhkan oleh bayi kita.

Jangan salah, seramnya lagi, kondisi post-partum depression ini—bila dibiarkan—bahkan bisa menimbulkan keinginan untuk bunuh diri atau membunuh bayinya sendiri!

Baca Juga : Penipuan Mengatasnamakan Situs Belanja Online Kian Marak, Ini Cara Menghindarinya!

Post-partum depression memiliki gejala awal menyerupai baby blues, akan tetapi intensitas keluhannya lebih tinggi.

Lebih bahaya lagi, kondisi ini bisa menimbulkan disabilitas pada kehidupan sehari-hari.

Perempuan yang mengalami sindrom post-partum akan kehilangan kemampuan untuk mengurus bayi yang baru lahir, mengabaikan keluarga, bahkan mengabaikan diri sendiri.

Baca Juga : Kantong Plastik Resmi Berbayar Mulai 1 Maret 2019, Berapa Harganya?

 

 

Oleh karena beratnya gangguan yang diderita penderita post-partum depression, perempuan yang mengalami sindrom ini harus melakukan perawatan lebih lanjut bersama ahlinya.

Yah, tampaknya bila kita merasa perjuangan seorang ibu hanya sebatas melahirkan dan mendidik anaknya, ternyata, ada tantangan lain yang harus seorang ibu waspadai.

Entah itu perilaku mom shaming, sindrom baby blues, bahkan lebih parah lagi, post partum depression.

Baca Juga : Oprah Winfrey Kehilangan Uang Rp800 Miliar, Apa Penyebabnya?

Bisakah kita mencegah hal ini terjadi?

Tentu! Mulai dari diri sendiri, kita bisa, lho, menahan diri untuk tidak mengomentari ibu-ibu baru di luar sana, dan sebaliknya, kita bisa memberi dukungan.

Kalaupun kita yang mengalaminya, jangan ragu untuk segera mencari pertolongan ya, Sahabat NOVA! (*)