30 Tahun Iklan Susu Kental Manis Beredar Membuat Banyak Anak Mengalami Gizi Buruk

By Tentry Yudvi Dian Utami, Kamis, 11 April 2019 | 21:00 WIB
30 Tahun Iklan Susu Kental Manis Beredar Membuat Banyak Anak Mengalami Gizi Buruk (monkeybusinessimages)

NOVA.id – Perbaikan gizi adalah salah satu upaya nyata untuk mengakhiri kemiskinan di Indonesia.

Sebab, dengan perbaikan gizi akan menciptakan generasi masa mendatang yang mumpuni untuk membangun negeri.

Ya, perbaikan gizi menjadi solusi terbaik untuk menyongsong masa depan Indonesia yang cerah.

Baca Juga : Sindir Artis yang Jenguk Audrey, Nikita Mirzani Banjir Dukungan dari Warganet!

"Solusinya adalah jangka panjang pembangunan nasional. Maka yang harus dipersiapkan saat ini adalah meningkatkan gizi dan mengakhiri kelaparan," jelas Dr. Dida A. Gurnida. Dr.Sp.A(K). M.Kes, IDAI Jawa Barat.

Menurut  Dida, tantangan di bidang nutrisi yang dihadapi begitu banyak. Salah satunya adalah lingkungan dan tingkat pengetahuan masyarakat.

"Misalnya keadaan stunting di Bandung dan di Papua itu berbeda. Di Papua banyak stunting karena airnya banyak mengandung kapur.”

Baca Juga : Tak Ingin Buah Hatinya Salah Pergaulan, Mona Ratuliu: Penting Banget Buat Aku untuk Tahu Siapa Teman-Teman Anakku

“Sementara di Bandung karena mungkin ibu bapaknya tidak memperhatikan anaknya atau karena tidak ada uang," ujar Dida. Karenanya, penanganan stunting di setiap daerah di Indonesia jelas berbeda.

Meski demikian, Ketua Umum YAICI Arif Hidayat menegaskan yang harus diprioritaskan adalah peningkatan pengetahuan ibu tentang gizi anak.

"Sebagian besar informasi yang sampai kepada orang tua dari televisi. Kita tahu, isi tayangan televisi terutama iklan adalah jualan dan promosi produk," jelas Arif.

Baca Juga : Tips Sehat: Selalu Dibuang, Ternyata Pisang yang Terlalu Matang Punya Segudang Manfaat!

Salah satu contohnya adalah polemik susu kental manis.

Selama puluhan tahun susu kental manis diiklankan sebagai susu bergizi.

Akibatnya masyarakat beranggapan bahwa susu kental manis juga dapat dikonsumsi sebagai susu oleh anak-anak.

 Baca Juga : Diduga Dibully 12 Siswa SMA, Kapolresta Pontianak Kuak Hasil Visum Audrey: Tak Ada Luka di Organ Intim

"Jadi wajar kalau ibu dalam ingatannya SKM adalah susu karena selama ini selalu menampilkan anak-anak dalam iklannya, padahal kandungannya adalah gula."

"Sekitar 50% malah lebih kandungan gulanya," jelas Arif.

Senada dengan Arif, Ketua Majelis Kesehatan PP Aisyiyah, Dra. Chairunnisa, M.Kes mengatakan edukasi sejak dini yang diperlukan untuk menghindari kekeliruan konsumen memanfaatkan suatu produk.

Baca Juga : Diduga Dibully 12 Siswa SMA, Kapolresta Pontianak Kuak Hasil Visum Audrey: Tak Ada Luka di Organ Intim

Setuju ya, Sahabat NOVA!