NOVA.id - Artis peran Widi Mulia sangat paham bahwa sebagai orangtua, ia sekaligus menjadi panutan untuk anak-anaknya.
Namun, Widy mengaku masih malu meski ketiga anaknya punya bakat luar biasa menurun dari dirinya dan suaminya, Dwi Sasono.
"Anak-anak tetap akan melihat panutannya adalah orangtua, karena aku juga masih jauh dari sempurna," ujar Widi saat ditemui di kawasan Kemang, Jakarta Selatan, belum lama ini.
Baca Juga: Derita Sakit, Kaki Meriam Bellina Diperban hingga Duduk di Kursi Roda, Begini Penanganannya!
Ia pun melanjutkan, "Sebagai penganut agama Islam, aku juga masih bukan seharusnya, aku belum berhijab."
Meski begitu, Widi ingin anak-anaknya tahu kalau ia dan Dwi Sasono pun telah berusaha untuk jadi orangtua yang lebih baik lagi tiap saatnya.
Toh, dalam mendidik anaknya, termasuk dalam urusan agama, Widi selalu menjadikan dirinya tolak ukur. Widi bilang, anak itu bagaimana orangtuanya.
Baca Juga: Hidup Sehat: Dari Cegah Kanker hingga Turunkan Berat Badan, Ini 5 Manfaat Apel Bagi Tubuh
Berhubung Dru, Widuri, dan Den Bagus masih kecil, perempuan 40 tahun ini tak mau membandingkan ajaran agama mereka dengan yang sudah dipahaminya.
“Baik buruknya, maju mundurnya, kita mempelajari agama kelihatan di diri kita sendiri. Aku enggak mau maksain anak yang bahkan belum remaja," ungkap Widi.
"Dan nanti akan ada lagi pengalamannya. Aku cuma mencontohkan semampu aku,” sambungnya.
Baca Juga: Dianggap Pelakor Setelah Menikahi Mantan Suami Diana Pungky, Gwen Priscilla Berikan Klarifikasi
Salah satunya dengan ibadah rutin dan wajib seperti salat lima waktu atau puasa saat Bulan Ramadan.
"Misal salat lima waktu jangan ditinggal, pas Ramadan ikut tarawih, itu kita tunjukkin ke mereka. Tapi mereka ikutin syukur, kalau enggak ya sabar aja," terang Widi.
Toh, kata Widi, "Aku cuma bisa mendorong motivasi.”
Baca Juga: Lama Tak Eksis, Ini Kabar Terbaru Diana Punky Pasca Mantan Suami Kembali Menikah
Toh, si sulung Dru dan Widuri telah berusaha menjalankan puasa penuh di Ramadan kemarin.
Malah, Widi mengaku keluarganya jadi rajin tarawih ke mesjid.
"Aku pas abis tarawih suka ngecek, si kakaknya tidur enggak. Tapi kemarin enggak tuh, dia bisa, terus aku apresiasilah," ujar Widi.
"Aku bilang, Hebat ya udah puasa, salat lima waktu plus tarawih lagi. Jadi mereka merasa kalau mereka bisa. Tapi ada sisi di mana mereka juga tahu kalau itu emang berat," lanjutnya.
Bagi Widi, salah satu yang penting ialah ketika mereka bisa saling memuji dan mengakui sesuatu itu ada yang sulit.
"Menurutku, penting ketika kita saling memuji, memberi apresiasi, dan mengakui bahwa itu susah dilalui, jadi ada gagalnya," pungkas Widi. (*)