NOVA.id - Semakin sering si kecil bermain gawai, semakin asyik ia, maka semakin malas juga ia untuk berinteraksi dan berkumpul dengan keluarga.
Dan masa, sih, kita mau selamanya bersaing dengan gawai?
Tentu tidak, bukan?
Baca Juga: Ulang Tahun ke-21, Ini Beda Perilaku Ashanty dan Krisdayanti pada Aurel
Ketika kecil dulu, orang tua kita barangkali sering mengomel lantaran kita jarang ada di rumah.
Bisa jadi, karena kita sibuk main boneka di rumah tetangga, atau bermain sepeda hingga larut bersama teman sebaya.
Sekarang?
Tentulah sedikit berbeda.
Baca Juga: Tabloid NOVA Terbaru: Amora, Anak Krisdayanti Isi Soundtrack Film lo!
Saat generasi kita sekarang telah menjadi orang tua sudah diwarnai kehadiran teknologi informasi yang semakin pesat pula, tantangannya tentu tak lagi sama dengan orang tua kita dulu.
Sekarang, musuh kita bukan lagi rumah tetangga yang terlihat lebih nyaman atau teman-teman sebaya anak yang hobi bersepeda.
Musuh kita sekarang sampai-sampai sulit berkumpul bersama anak adalah gawai.
Baca Juga: Tak Hanya Mental, MIss V Juga Bisa Alami Depresi dan Tertekan
Awalnya, gawai barangkali bisa menjadi teman bagi si anak, agar tak terlalu rewel atau kebanyakan main ke luar rumah.
Namun sudah sadarkah kita akan dampaknya?
Yup! Si gawai ini lambat laun akan membuat perhatian anak teralih karena segala aplikasi yang ada di dalamnya.
Baca Juga: Aming dan Evelin Gagal Lagi, Ini Alasan Balikan Sama Mantan Bawa Bencana
Bukan tidak mungkin mereka akan asyik bermain sendiri dengan gawainya, seakan tak ada hal menarik lain yang bisa dilakukan.
Selain itu, gawai seperti kita duga bisa membuat anak malas belajar, bergaul, bahkan yang paling bahaya, si kecil malas berinteraksi dan berkumpul bersama keluarga.
Jika sudah begini, masih mungkinkah kita memimpikan keluarga yang ideal dan harmonis?
Baca Juga: Plester Mulut Saat Tidur, Pilihan Andien Ini Ternyata Miliki Banyak Manfaat
Tentu menyedihkan bila si kecil malah asyik sendiri dengan gawainya saat sedang berkumpul keluarga.
Tak jarang malah, si kecil memilih menyendiri di kamar dan sibuk dengan gawai tersayangnya. Masalahnya, kita sebagai orang tua pun kadang tak sadar malah ikut-ikutan sibuk ber-gadget ria, seolah tak mau kalah.
Baca Juga: Jarang Terekspos, Inilah Sosok Ayah Kandung dan Adik Tiri Yuni Shara
Hasilnya bisa ditebak, alih-alih mendekatkan, kumpul keluarga malah semakin menjauhkan.
Pertanyaannya, mau sampai kapan?
Menurut Ajeng Raviando, M.Psi., psikolog anak dari Universitas Indonesia, rasa enggan berkumpul dan berinteraksi terlebih dengan keluarga bisa timbul ketika orang tua tidak memberikan aturan dan batasan yang jelas soal gawai.
Alhasil, anak terbiasa asyik sendiri.
Baca Juga: Tabloid NOVA Terbaru: Istri Omesh Suruh Anak Sekolah di Kampung, Apa Alasannya?
“Jadi kita lebih melihat dulu pada sikap orang tua. Orang tua kalau memberikan gadget, harus sudah memberikan aturan-aturan yang cukup baik. Misalkan, untuk anak balita aturannya maksimal satu jam per hari.
Jangan gampang memberikan gadget pada anak, sampai tidak memikirkan efek jangka panjang. Karena sebetulnya kalau dari awal tidak tegas dalam pemberian gadget, tentunya anak akan terbiasa juga memakai gadget tidak pakai aturan,” ujar Ajeng.
Efeknya?
Baca Juga: Batal Nikah dengan Aming, Ternyata Evelin Sempat Mau Serius dengan Pria Asal Malaysia
Ya itulah tadi.
Menjadi malas berinteraksi, sampai-sampai tak sadar sudah sibuk sendiri.
Soal batasan dan aturan ini sendiri, kita bisa mengatur, misalnya, mulai dari batasan durasi penggunaan hingga fitur yang boleh dimainkan.
Nah, mulai dibiasakan pada buah hati kita, yuk! (*)