Soroti Angka Stunting hingga Kematian Ibu dan Bayi, Jokowi: Tugas Besar Kita di Situ!

By Tiur Kartikawati Renata Sari, Senin, 15 Juli 2019 | 11:39 WIB
Soroti Angka Stunting hingga Kematian Ibu dan Bayi, Jokowi: Tugas Besar Kita di Situ! (Instagram/@jokowi)

NOVA.id - Joko Widodo kembali terpilih sebagai presiden terpilih usai Pilpres 2019 lalu.

Membawakan pidato pertamanya pada Minggu, (14/07), Jokowi menyebut ada 5 poin penting yang menjadi visi misi bersama Ma'ruf Amin selama 5 tahun mendatang.

Jokowi menyoroti permasalahan SDM yang dinilainya berasal dari angka stunting hingga kematian ibu dan bayi yang masih tinggi.

Baca Juga: Suka Antar Jemput Anak Sekolah Naik Motor? Lakukan Ini Agar Anak Aman dan Nyaman

Melansir dari Kompas.com, begini poin kedua yang disampaikan Jokowi terkait pembangunan SDM.

"KEDUA, kita akan menggeser yaitu pada pembangunan sumber daya manusia.

Kita akan memberikan prioritas pembangunan kita pada pembangunan sumber daya manusia.

Baca Juga: Gara-Gara Sebut Raul Lemos Duda, Yuni Shara Pernah Nyaris Dipolisikan Sechah Sagran

Pembangunan SDM menjadi kunci Indonesia ke depan.

Titik dimulainya pembangunan SDM adalah dengan menjamin kesehatan ibu hamil, kesehatan bayi, kesehatan balita, kesehatan anak usia sekolah.

Ini merupakan umur emas untuk mencetak manusia Indonesia yang unggul ke depan.

Baca Juga: Tewas Akibat Kecelakaan Maut, 5 Fakta Dodi Al Fayed Kekasih Sehidup Semati Putri Diana

Itu yang harus dijaga betul.

Jangan sampai ada stunting, kematian ibu, atau kematian bayi meningkat. Tugas besar kita di situ!" serunya.

"Kemudian, Kualitas pendidikannya juga akan terus kita tingkatkan.

Baca Juga: Lepas Putri Cantiknya ke Pondok Pesantren, Mantan Istri Ifan Seventeen Ungkap Pesan Pilu

Bisa dipastikan pentingnya vocational training, pentingnya vocational school.

Kita juga akan membangun lembaga Manajemen Talenta Indonesia.

Pemerintah akan mengidentifikasi, memfasilitasi, serta memberikan dukungan pendidikan dan pengembangan diri bagi talenta-talenta Indonesia.

Baca Juga: Farhat Abbas Mendadak Unggah Video Fairuz A Rafiq Memaafkan Rey Utami dan Pablo Benua, Tak Jadi Dibui?

Diaspora yang bertalenta tinggi harus kita berikan dukungan agar memberikan kontribusi besar bagi percepatan pembangunan Indonesia.

Kita akan menyiapkan lembaga khusus yang mengurus manajemen talenta ini.

Kita akan mengelola talenta-talenta hebat yang bisa membawa negara ini bersaing secara global," lanjutnya.

Baca Juga: Pernikahannya dengan Pejabat TNI Tak Dihadiri Orang Tua, Bella Saphira Beberkan Sifat Asli sang Ayah!

 

Baca Juga: Ulang Tahun ke 17 Kelabu, KD Tak Datangi Pesta Aurel Hermansyah: Semoga Om Raul Terketuk Pintu Hatinya

Masalah stunting dan gizi buruk anak di Indonesia memang masih menjadi pekerjaan rumah.

Menurut Data Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) 2018 menunjukkan 1 dari 5 anak mengalami berat badan kurang seperti diwartakan NOVA.id pada Selasa, 29 Januari 2019 lalu.

Kesadaran masyarakat untuk memantau berat badan dan tinggi badan anak secara rutin cukup rendah.

Baca Juga: Bongkar Sifat Buruk Raffi Ahmad dan Nagita Slavina, Asisten: Otaknya Duit Mulu, Utang Banyak!

Tercatat, selama tahun 2018 baru sekitar 54,6% anak balita yang dibawa ke fasilitas kesehatan.

"Selain mengupayakan pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk mengejar berat badan ideal yang sesuai dengan tinggi badannya, orang tua juga perlu untuk aktif melakukan pemantauan rutin pertumbuhan anak di layanan kesehatan," ungkap DR. dr. Conny Tanjung, Sp.A(K).

"Dengan rutin mengecek kurva pertumbuhan anak melalui website ini, semoga orang tua dapat lebih siap dan waspada bila terjadi gejala berat badan kurang sehingga segera mencari solusi dengan berkonsultasi kepada ahli kesehatan terdekat," sambungnya.

Baca Juga: Salmafina Sunan Peluk Istri Ajun Perwira di Klub Malam, Jennifer Jill: Kamu Tidak Sendirian, Sayang

Sedangkan kasus kematian ibu dan bayi di Indonesia menurut data mencapai 359ribu jiwa per 100.000 kelahiran.

Beberapa faktor yang membuat angka kematian ibu dan bayi sulit ditekan ternyata bukan hanya dari sisi kesehatan melainkan juga budaya, kepercayaan, hingga infrastruktur. (*)