Mengenal Upacara Yadnya Kasada di Bromo, Tradisi Suku Tengger Berebut Sedekah, Bikin Merinding!

By Tentry Yudvi Dian Utami, Senin, 22 Juli 2019 | 08:00 WIB
Mengenal Upacara Yadnya Kasada di Bromo, Tradisi Suku Tengger Berebut Sedekah (Kemenpar)

NOVA.id  - Gunung Bromo merupakan salah satu destinasi favorit yang sering dikunjungi oleh wisatawan Nusantara dan Asing.

Walaupun beberapa waktu lalu, Gunung Bromo sempat mengalami erupsi, namun wisatawan tak berhenti untuk menyambangi kawasan ini.

Terlebih, pada bulan ini, suku tengger yang merupakan suku asli Gunung Bromo juga turut melaksanakan upacara Yadnya Kasada.

Baca Juga: Orang Tua Wajib Tahu, Cakupan Nutrisi Penting untuk Dukung Tumbuh Kembang Anak

Mengenal Upacara Yadnya Kasada di Bromo, Tradisi Suku Tengger Berebut Sedekah (Kemenpar)

Upacara Yadnya Kasada yang merupakan wujud persembahan suku Tengger terhadap Sang Hyang Widhi menjadi salah satu atraksi dan daya tarik wisata yang kuat untuk menarik wisatawan ke Bromo.

Selama ini kawasan Gunung Bromo di Probolinggo, Jawa Timur, membawa berkah tersendiri bagi warga Suku Tengger hingga warga sekitar kawasan sebagai salah satu dari 10 destinasi wisata prioritas yakni Bromo Tengger Semeru (BTS).

Salah satu daya tarik wisata yang paling diminati yakni gelaran upacara Yadnya Kasada Bromo.

Baca Juga: Pretty Asmara Meninggal Akibat Gangguan Gangguan Pencernaan Sering Diabaikan, Waspada Pretty Asmara Meninggal karena Ini

()

Tujuannya untuk memperoleh berkah, tolak bala atau malapetaka, dan sebagai wujud syukur atas karunia yang diberikan Tuhan kepada masyarakat Tengger.

Saat upacara Yadnya Kasada Bromo berlangsung, masyarakat suku tengger berkumpul dengan membawa hasil bumi, ternak peliharaan seperti ayam sebagai sesaji yang disimpan dalam tempat yang bernama ongkek.

Setiba di bibir kawah bromo semua hasil bumi dan ternak di buang ke dalam kawah Bromo sebagai sesajian.

Baca Juga: Banyak Tuai Kontroversi Hingga Disebut Pernah Ikut Aliran Sesat, Ini Kabar Terbaru Puteri Indonesia 2009

Ketua Tim Pelaksana Calendar of Event 2019 Kementerian Pariwisata Esthy Reko Astuty di Jakarta, mengatakan, kegiatan melabuh hasil bumi ke kawah Bromo sudah menjadi tradisi turun-temurun warga Tengger yang terus dilestarikan hingga sekarang.

Seiring berjalannya waktu, kegiatan sakral ini terbuka untuk umum, bahkan menjadi daya tarik bagi wisatawan.

"Ini salah satu tradisi masyarakat Tengger yang saat ini menjadi agenda pariwisata yang cukup potensial mendatangkan wisatawan. Bahkan kalau kita perhatikan, banyak sekali turis asing yang ikut berkunjung ke Bromo,” kata Esthy.

Baca Juga: Pahami, Ternyata Ini Latar Belakang Perempuan Terjerat Narkoba Seperti Nunung Srimulat!

Mul, salah satu warga dari Desa Ngadirejo sengaja datang untuk berburu sesembahan yang umumnya dilempar warga Tengger pada puncak perayaan Yadnya Kasada, Kamis (18/07). 

Ia membawa serta sang istri, yang juga ikut menangkap lemparan sedekah menggunakan alat tangkap yang dinamakan pemarit.

"Dari rumah kami berangkat sekitar pukul 03.00 pagi dan langsung menuju puncak Bromo. Kami menunggu di lokasi hingga siang hari, karena yang melabuh sedekah tidak datang bersamaan. Ada yang pagi, ada juga yang siang baru datang," ujarnya.

Baca Juga: Saldo Berubah Drastis dan Belum Bisa Diakses hingga Kini, Pihak Bank Mandiri Sebut Rekening Nasabah Tetap Aman

Melihat cara mereka berebut sedekah, membuat sebagian pengunjung justru khawatir.

Mengenai hal itu, Mul memastikan tidak akan terjadi apa-apa terlebih, dirinya dan rekan-rekannya sudah berpengalaman dan telah melakukan ini sejak beberapa tahun terakhir.

Setiap kali perayaan Yadnya Kasada, Mul mengaku bisa mengumpulkan lebih dari 70 kg kentang belum termasuk kol, uang, dan lain-lain. Karena sesajian yang dilabuh warga Tengger, jenisnya memang beragam.

Baca Juga: Ditangkap dengan Suami, Nunung Ternyata Sempat Dikabarkan Jadi Pelakor dalam Rumah Tangga Iyan Sambiran

"Barang-barang ini nantinya kita jual ke pasar. Jadi hasilnya tergantung harga komoditas tersebut. Jika harga kentang sedang mahal, uang yang kita dapat pun lumayan. Sebagian kecil saja yang kita konsumsi sendiri," jelasnya.(*)