NOVA.id - Memberikan pendidikan seks pada anak penting untuk dilakukan terutama saat anak sudah mulai beranjak remaja.
Kita sebagai orang tua pun harus bisa menyadari akan perkembangan seksualitas anak tersebut agar anak mendapatkan pendidikan seks yang tepat.
Namun, memberikan pendidikan seks pada anak bukan sekadar hal yang boleh dan tidak boleh dilakukan saja.
Baca Juga: Selalu Terlihat Romantis, Pernikahan Shandy Aulia Sempat Digosipkan Terganjal Restu Keluarga
Tetapi, lebih dari itu.
Informasi tersebut harus dilakukan bertahap dan berkesinambungan.
Ingat, pemahaman yang benar bisa tangkal berbagai risiko.
Kemampuan orang tua dalam membicarakan seks dengan anak menandai kualitas kedekatannya dengan anak.
Baca Juga: Jarang Terekspos, Begini Pesona Cantik Istri Sah Rhoma Irama yang Setia Meski Berkali-kali Dimadu
“Orang tua yang sudah bisa nyaman membicarakan seks dengan anak, biasanya tidak lagi kesulitan menjalin komunikasi yang jujur, terbuka, dan akrab dengan anak,” kata Hana Yasmira, MSi., Parental Communication Specialis, Prevention Child Sex Abuse Counselor yang telah tayang di laman Tabloid NOVA edisi 1510.
Begitu juga dengan anak.
Mereka yang tidak takut bertanya tentang seks kepada orang tuanya, diyakini juga bisa bersikap jujur dan terbuka dalam semua hal lain.
Baca Juga: Diskon Spesial Hari Anak Nasional, Yuk Manjakan si Kecil dengan 8 Promo Menarik Ini
Keterbukaan ini merupakan indikator sudah terbangunnya relasi yang harmonis, jujur, dan terbuka antara anak dan orang tua.
Namun sepertinya masih banyak orang tua yang belum mampu memberikan pendidikan seks secara optimal pada anaknya.
“Kebanyakan masih terjebak pada pembicaraan sebatas do’s & don’ts saja. Padahal pembicaraan itu tidak efektif, “ ujar Hana.
Baca Juga: BTP Kali Pertama Gandeng Istri Baru ke Publik, Perut Buncit Puput Nastiti Devi Jadi Sorotan!
Butuh lebih dari sekadar mengatakan apa yang boleh dan tidak boleh dilakukan anak terkait seks.
Selain itu, lanjutnya, butuh waktu yang tidak sebentar untuk bisa optimal menanamkan pemahaman seks yang sehat, benar, dan lurus pada anak.
“Pendidikan seks tidak bisa diberikan hanya lewat satu kali pelatihan atau pembicaraan saja. Melainkan harus dilakukan secara bertahap dan berkesinambungan agar bisa tertanam dengan baik ke dalam diri anak,” lanjutnya.
Namun, kelemahan orang tua sekarang cenderung gampang mengalihkan tanggung jawab besar ini kepada pihak lain.
“Mungkin karena mereka kurang percaya diri melakukannya sendiri. Padahal orang tua seharusnya menjadi pihak yang paling bertanggung jawab, bukan orang lain,” ujarnya.
Karena itu, tegas Hana, jika orang tua belum merasa mampu melakukannya, belajarlah.
Tingkatkan kemampuan diri, jangan menyerah begitu saja, dan buru-buru mengalihkan tanggung jawab ini pada pihak lain.
Baca Juga: Kehidupan Modern Membuat Perempuan Ogah Bercinta? Ini Penjelasannya
Kalaupun ingin melibatkan pihak lain, harus sebatas bantuan tambahan saja.
Pembekalan inti tetap harus didapat anak dari orang tuanya, bukan pihak lain.
“Pendidikan seks harus menjadi bagian dari proses transfer dan penanaman nilai-nilai yang dianut dan diyakini itu. Itulah alasan orang tua harus memosisikan dirinya sebagai pengajar utama dan pertama pada anak,” jelasnya.(*)
Noverita K. Waldan