NOVA.id – Nunung Srimulat lagi bikin heboh karena kasus narkoba.
Namun, siapa yang mengira jika hidup Nunung dulunya penuh perjuangan.
Saat masih kecil, rupanya Nunung pernah jadi penunggu mayat, lo.
“Saat aku berumur kurang lebih 7 tahun, aku jadi penunggu mayat. Seram, ya? Oh, tidak kok,” seloroh Nunung tersenyum.
Baca Juga: Beli Gaun Henna Night yang Super Mewah, Tania Nadira Rela Terbang ke India
Kepada Rini Sulistyati dari NOVA tahun 2004 silam, perempuan bernama lengkap Tri Retno Prayudati ini bercerita tentang kejadian yang tak akan dilupakannya itu.
Jadi pada masa itu, setiap ada orang yang meninggal, kan selalu diumumkan keliling kampung atau kota.
Nah, saat itu Nunung selalu menyimak pengumuman itu baik-baik.
“Begitu tahu alamatnya, aku segera meluncur ke rumah orang yang tengah berduka itu,” kata Nunung.
Kala itu, Nunung tak peduli alamatnya jauh dari rumah neneknya.
Bahkan sampai perbatasan Boyolali dan Sukoharjo.
Bila rumah orang yang berduka di luar kota, biasanya Nunung berhutang sejumlah uang pada tetangga untuk ongkos naik bus.
Baca Juga: Bukan karena Kecanduan Narkoba, Ini Penyebab Nunung Sering Ngompol di Acara Televisi
Terus, apa yang dilakukan Nunung?
“Setiba di rumah duka, aku segera duduk bersimpuh di dekat mayat yang sudah dikafani,” kisah Nunung.
Kata Nunung, kebiasaan di Jawa, di dekat mayat selalu ada kemenyan yang dibakar di atas bara api yang ditempatkan di anglo.
“Tanpa dikomando, aku selalu mengambil alih tugas orang yang mengipasi kemenyan itu, sampai mayatnya dibawa ke pemakaman,” tambah Nunung.
Selanjutnya, Nunung akan membersihkan apa saja.
Mulai menyapu halaman, mencuci piring, panci, dan sebagainya.
“Aku tak peduli seberapa luas halaman atau banyaknya cucian alat-alat dapur,” ujar Nunung.
Melihat ulah Nunung itu, biasanya orang yang tak mengenal dirinya akan bertanya-tanya. Tapi Nunung tak memedulikan itu.
Baca Juga: Terungkap, Sejak Kecil Nunung Srimulat Sudah Jadi Kurir Buat Keluarga
Nunung bilang, “Aku juga tidak akan beranjak dari rumah itu sebelum diberi upah.”
Biasanya Nunung dapat seratus rupiah atau lebih. Begitu dapat upah, Nunung baru kembali ke rumah.
“Sebagian uang itu kubagikan untuk saudara-saudaraku. Mereka butuh uang untuk bayar sekolah atau sekadar uang saku,” kisah Nunung. (*)