Miris, Ribuan Perempuan di Daerah Ini Pilih Angkat Rahimnya Demi Pekerjaan

By Nuzulia Rega, Senin, 29 Juli 2019 | 19:45 WIB
Ilustrasi rahim (istock)

Tak hanya memotong tebu, mereka juga mesti mengangkat potongan-potongan bahan utama pembuatan gula tersebut.

Waktu sangat berharga, bahkan mereka tak bisa pergi ke toilet sekadar untuk buang air kecil.

Oleh karena itu, rasa sakit akibat haid yang dialami perempuan dianggap sebagai penghalang produktivitas kerja mereka.

Baca Juga: Ditegur KPI karena Cium Ruth Sahanaya, Jeffry Waworuntu Angkat Bicara

Pushpa, seorang pekerja ladang, mengalami hal ini.

Tiap menstruasi ia merasa sakit dan mengalami pendarahan deras, kerjanya pun terhambat karena kondisinya tersebut.

Lantas Pushpa yang saat itu baru berusia 26 tahun memilih untuk melakukan operasi pengangkatan rahim sebagai 'obat' permanen.

Baca Juga: Arsy dan Arsya Isyaratkan Ingin Punya Adik Lagi, Ashanty Justru Tak Mau Tambah Anak: Mau Pacaran Aja!