Yap, jika biasanya suami yang menjadi pionir dalam urusan asuransi, maka kini saatnya kita yang menjadi tiang utama.
Khususnya soal asuransi kesehatan keluarga yang penting dimiliki di awal fase Kita menjadi single parent.
“Asuransi lebih kepada yang paling penting seperti BPJS kesehatan. Dari awal sudah dipikirkan dan di-planning. Kalau emang benar-benar enggak mampu, bisa diurus untuk dapat yang free. Intinya di awal harus sudah punya asuransi kesehatan, minimal BPJS kelas III,” jelas Teja.
Apa cukup dengan asuransi kesehatan, saja?
Tentu tidak.
Tapi, bukan berarti di awal kita menjadi single parent wajib mengambil semua jenis asuransi, ya.
Asuransi tambahan lain bisa perlahan dibeli setelah kondisi keuangan keluarga kita perlahan-lahan mulai terbangun dan stabil.
Nah, kuncinya ada di dana darurat.
Menurut Teja, setelah dana darurat sudah terkumpul minimal tiga kali dari biaya pengeluaran per bulan, baru kita bisa mengambil tambahan asuransi hingga mencoba investasi dari dana darurat yang sudah dipecah-pecah.
Contohnya, kalau pengeluaran per bulan Rp7 juta, berarti dana darurat harus terkumpul sampai Rp21 juta, baru kita bisa mengambil asuransi tambahan.
“Makanya, dikejar dulu dana daruratnya sampai tiga kali pengeluaran. Setelahnya, barulah kita mulai berpikir alokasi untuk beli asuransi jiwa agar anak-anak aman kalau kita kenapa-kenapa, terus dana pendidikan mereka, mau naik haji, investasi, dan lain sebagainya,” jelas Teja
Baca Juga: Single Parent Selama 11 Tahun, Yuni Shara: Jangan Pernah Malu Jadi Janda!
Tapi, kalau dana darurat belum terkumpul, belum ada atau belum cukup, baiknya kita fokus pada pemenuhan dana darurat hingga tiga kali biaya pengeluaran bulanan dan asuransi kesehatan itu saja.(*)