NOVA.id - Setiap pernikahan yang dibangun bersama pasangan, pastinya selalu memiliki celah untuk retak dan bisa berujung pada perceraian.
Namun, kita masih bisa memilih agar rumah tangga kita langgeng dan setiap konflik yang ada bisa diatasi dengan baik.
Menurut, Dessy Ilsanty, psikolog dari Yayasan Praktik Psikologi Indonesia yang ditemui NOVA.id dalam acara perempuan yang bertajuk Ngobrol Asik bersama BaBe di kawasan Jakarta Selatan, Rabu (18/12/19), ketika ingin memiliki individu (dalam hal ini anak) yang baik, maka lihat dulu keluarganya.
"Keluarga itu ibaratnya adalah pabriknya manusia. Seperti apa manusianya itu? Lihat aja pabriknya.
"Kalau mau produknya baik, lihat pabriknya. Jika ada kerusakan, benahi dulu pabriknya," ucap Dessy.
Sehingga, keharmonisan dalam rumah tangga harus terjaga dengan baik.
Menurut Dessy setidaknya ada 3 poin yang bisa membuat keharmonisan rumah tangga utuh terjaga.
"Ada 3 poin, yakni harmonis suami istri, komitmen, dan komunikasi," ujar Dessy.
Lalu, seperti apa?
Baca Juga: Harmonis 20 Tahun Menikah, Anjasmara dan Dian Nitami Diam-Diam Sempat Mendua, Ngaku Terlanjur Benci!
1. Keharmonisan rumah tangga adalah harmonisnya suami istri
Menurut Dessy, memang sudah menjadi naluri perempuan, terlebih seorang ibu, yang lebih memikirkan anaknya ketimbang pasangannya.
"Hal tersebut wajar, tapi jangan terlalu. Suami juga butuh kasih sayang.
"Nih, kalau di pesawat kan jika terjadi sesuatu pasti kita disuruh selamatkan diri dulu baru anak kita atau orang lain. Itu artinya selamatkan diri kita sendiri dulu.
"Kita ini sebagai perempuan juga penting lo. Jadi saling memberi," ujar Dessy.
Baca Juga: Joanna Alexandra Bagikan Tips Rumah Tangga Harmonis Setelah 12 Tahun Menikah
2. Komitmen
Dessy mengungkapkan jika komitmen harus selalu "dipertanyakan" dalam hubungan rumah tangga. Bukan tanpa alasan, ini justru menjadi pengingat jika sedang terjadi konflik.
"Kita ketemu pasangan, lalu komitmen untuk menikah. Kalau ada pasangan yang sedang curhat, saya makanya selalu nanya dulu kenapa mau menerima dia dan mau membangun rumah tangga sama dia? Itu komitmen.
"Ya jalankan itu. Sebisa mungkin jika ada gejolak atau badai yang datang sekalipun itu coba dihadapi," tambah Dessy.
3. Komunikasi
Bagi Dessy, komunikasi adalah alat untuk menjalankan komitmen yang telah dibuat.
"Komunikasi itu ada tulisan dan lisan. Yang paling gampang itu lisan, verbal. Jadi, kalau nggak suka, ya bilang nggak suka.
"Jangan suruh pasangan buat menebak atau buat bingung karena bisa terjadi miscommunication. Miskom ini yang biasa menjadi konflik dalam rumah tangga.
"Konflik terus menumpuk dan akhirnya bisa meledak sehingga bisa memutuskan untuk bercerai."
Walau begitu, perceraian menurut Dessy bisa menjadi pilihan yang sehat.
"Mempertahankan rumah tangga demi anak-anak kan biasanya terjadi tuh, tapi ketika kesejahteraan suami istri tidak sehat, apakah baik untuk anak?
Melihat orang tuanya bertengkar terus atau justru malah diem-dieman, apakah anak tidak terkena imbasnya? Ada kalanya perceraian itu malah sehat untuk orangtua maupun untuk anak," tandas Dessy. (*)