Gelar Ajang Generation STEM, JIS Tampilkan 4 Perempuan Inspiratif yang Mengeluti Bidang STEM

By Nova.id, Senin, 17 Februari 2020 | 21:00 WIB
Gelar Ajang Generation STEM, JIS Tampilkan 4 Perempuan Inspiratif yang Mengeluti Bidang STEM ()

 

 

NOVA.id- Kontribusi perempuan dalam bidang STEM (sains, technology, engineering, and mathematics) di Indonesia yang cenderung masih rendah, tak menyurutkan semangat para perempuan untuk terus mengoreskan prestasi di bidang STEM.

Partisipasi perempuan dalam bidang STEM menunjukkan adanya kesetaraan gender, hal tersebut sejalan dengan tujuan Sustainable Development Goals (SDGs) nomor 5, yakni “Mencapai kesetaraan gender dan memberdayakan semua perempuan dan anak perempuan”.

Baca Juga: BCA Expoversary 2020 Hadirkan Beragam Promo Menarik dengan Atmosfer Berkeliling Kota

Menyemarakkan Hari Perempuan dan Anak Perempuan di bidang Sains Sedunia International Day of Women and Girls in Science, Jakarta Intercultural School menggelar ajang Generation STEM.

Acara ini berupa diskusi dan workshop yang menghadirkan para perempuan inspiratif di antaranya Tengku Alia Sandra (Ketua Railway Engineering MRT), Captain Esther Gayatri Saleh (pilot uji perempuan satu-satunya di Indonesia), Vania Radmila (Mobile Engineer Go-Jek), dan Tania Soerianto (Product Manager di Traveloka).

Meski peran perempuan dalam bidang STEM seringkali dianggap sebelah mata, sehingga tak jarang membuat perempuan enggan untuk menggeluti dunia STEM, para perempuan inspiratif ini membuktikan bahwa dengan kerja keras dan keahlian mereka juga memiliki kesempatan yang sama untuk meraih impian bahkan mengukir prestasi.

Baca Juga: Menikmati Sensasi Melayang di Udara dengan Alat Ini, Berniat Coba?

“Stigma soal gender terkadang memang menganggu. Namun itu bukanlah batasan bagi wanita untuk mencapai apa yang diinginkan. Nyatanya banyak perempuanyang berhasil dengan pekerjaannya. Dengan ditampilkannya para perempuan hebat ini, maka diharapkan banyak perempuan yang terinspirasi untuk terus maju. Kami ingin wanita bisa melakukan apapun yang dia mau. Termasuk di bidang STEM yang biasanya disebut dunia laki-laki," ujar Carolene Adeline.

Tengku Alia Sadra, misalnya. Ia baru memulai kariernya di perusahaan transportasi publik sejak tahun 2017 dan kariernya terus menanjak. Sebelum berkarier di MRT, Alia sempat bekerja di beberapa perusahaan telekomunikasi di Australia. Ia sempat menjadi designer hingga signaling engineer.

Baca Juga: Peringati Hari Aman Berinternet Sedunia, Google Indonesia Luncurkan Program Tangkas Berinternet

Alia Sandra mengatakan, "Saat itu terdapat 15 orang dalam tim dan saya satu-satunya perempuan, tapi itu tidak masalah. Memang perlu adaptasi, namun ketika laki-laki bekerja sebanyak satu kali, kita perlu 2 kali lebih banyak".

Tak kalah menarik, Product Manager Traveloka, Tania Soerianto, juga menceritakan bagaimana dirinya bisa berada di titik ini. Meski berkarier baru 2,5 tahun di start up unicorn tersebut, saat ini ia menjadi pimpinan bahkan membawahi belasan laki-laki.

"Kita sama-sama memiliki waktu 24 jam. Namun selama itu adalah passion, maka bisa dikombinasikan. Meskipun sebenarnya kita punya beberapa dunia sekaligus dan bisa dibilang sulit. Namun, itu tetap bisa dilakukan," tutur Tania.

Baca Juga: Every-Wear Style Bersama Shopee, Merupakan Salah Satu Kemeriahan yang Hadir di 3.3 Shopee Fashion Sale

Capaian karier gemilang juga diraih Captain Esther Gayatri yang merupakan satu-satunya pilot uji wanita di Indonesia. Namun, beragam rintangan sudah dihadapi bahkan sebelum memulai karier.

Pasalnya, latar belakangnya saat itu yang bukan dari tingkat sarjana, membuatnya dipandang sebelah mata. Ditambah, pilot perempuan merupakan hal yang sangat tabu kala itu.

"Dulu penerbang wanita tidak disukai. Saya ajukan ke banyak airline, mereka bilang sorry ini hanya untuk pria. Tapi oke tidak apa-apa. Saat itu, hanya Pak Habibie dengan PT Dirgantara Indonesia yang menerima saya," kenang Esther.

Baca Juga: Hadirkan Variasi Baru, Mitsubishi Optimis Targetkan Penjualan 46.900 Unit di Tahun 2020

Namun, setelah diterima pun ternyata kariernya tidak bisa dibilang mulus. Bahkan dia sempat terpikir untuk berhenti setelah 8 tahun mengabdi.

"Saya hampir keluar saat itu, karena orang meragukan kemampuan saya, Ini perempuan bisa kerja ngga sih? Apalagi saya tidak punya bachelor degree. Namun saya jalan terus. Ternyata empat tahun kemudian, saya dipromosikan menjadi kapten," sebutnya.

Mobile engineer Go-Jek, Vania Radmilla, turut mengungkapkan bahwa kemampuan beradaptasi adalah salah satu kunci suksesnya.

Baca Juga: Hadir di Rakernas ICA 2020, Bungasari Gaungkan Back to Kitchen

 

"Selama kita bisa menunjukkan bahwa kita paham pekerjaan dan kita percaya diri, orang akan respect. Tidak peduli gender. Stigma itu sudah ada sejak beribu tahun lamanya. Selama kita bisa menunjukkan kapasitas, jalan terus," pungkas Milla.

Selain talkshow para perempuan inspiratif, ajang ini juga menggelar 8 workshop STEM yang melibatkan para professional di bidangnya.

Seluruh keutungan dari acara ini akan disumbangkan kepada Yayasan Helping Hands Indonesia, organisasi non-profit yang berjuang untuk kesetaran hak bagi komunitas penyandang disabilitas dengan misi memberdayakan anak muda difabel agar menumbuhkan kepercayaan diri, kemandirian dan ketangguhan melalui program-program inklusif dan kolaboratif. (*)

Azizah Angraini Ramadini