“Strategi yang dilakukan Rusia berhasil menurunkan kematian akibat neoplasma ganas yang disebabkan oleh merokok,” ujar Zaridze.
Selain Rusia, Sho’im memaparkan bahwa Inggris, Prancis, Polandia, dan sejumlah negara Eropa lainnya juga tengah mendorong pendekatan pengurangan risiko tembakau melalui penggunaan produk tembakau alternatif.
Sebagai contoh, kata dia, Inggris sudah mengatur penggunaan produk tembakau alternatif sejak 2015 lalu sebagai bentuk dukungan terhadap kesehatan masyarakat.
Aturan produk tembakau alternatif di Inggris tersebut diadaptasi dari The Tobacco Products Directive Uni Eropa atau EU TPD yang membedakan pengaturannya dengan rokok, salah satunya melalui pencantuman peringatan kesehatan yang juga berbeda dari rokok.
“Intinya ada semangat untuk menurunkan risiko terhadap kesehatan yang diakibatkan oleh rokok melalui inovasi-inovasi dari produk yang memiliki risiko lebih rendah daripada rokok,” tegas Sho’im.
Karena itu, Sho’im menyarankan Pemerintah Indonesia untuk mendukung penggunaan produk tembakau alternatif lantaran masih tingginya angka perokok di Indonesia yang mencapai 65 juta jiwa.
“Saya berharap perokok dewasa yang kesulitan berhenti merokok dapat beralih ke produk tembakau alternatif karena produk tersebut memiliki kadar zat kimia berbahaya dan berpotensi yang lebih rendah daripada rokok, sehingga risikonya juga menurun,” kata Sho’im. (*)