NOVA.id – Sebagai upaya pencegahan penularan corona virus, pemerintah telah mengeluarkan kebijakan untuk work from home.
Sementara itu, pembelajaran secara digital juga dinilai penting untuk dilakukan di tengah merebaknya corona virus.
Data dari WHO dan data real time pada Maret 2020, kasus corona virus secara global mencapai angka 125.048 orang.
Baca Juga: Tips Edukasi Virus Corona ke Anak-Anak: Berikan Pemahaman dan Jangan Buat Cemas
Indonesia adalah salah satu negara yang terkena dampak penyebaran coronavirus.
Untuk itu terdapat skenario pembatasan interaksi, seperti aktivitas mengumpulkan massa yang dibatasi, isolasi daerah episenter, penutupan berbagai aktivitas publik, pembatasan jam buka restoran, dan yang terbaru mengenai penutupan sekolah dan kegiatan belajar mengajar selama 2 minggu.
Dalam konferensi persnya, Gubernur Jakarta, Anies Baswedan di Balai Kota, Jakarta, Sabtu (14/03) menyatakan, “Anak-anak, mereka tidak banyak terjangkit COVID-19 tetapi mereka adalah penular dari orang dewasa satu ke dewasa lainnya.”
Anies menghimbau, tidak hanya sekolah formal yang ditutup namun juga berlaku untuk tempat pendidikan informal dan lembaga kursus.
Ia meminta untuk mengurangi intensitas pertemuan, proses belajar mengajar dapat dilakukan dari rumah dengan cara online.
Menanggapi kondisi tersebut, Cakap, sebagai salah satu pemain ed-tech di Indonesia menyatakan kesiapannya untuk menyediakan online platform sebagai alternatif kegiatan belajar mengajar di Indonesia.
Dengan menggunakan metode interaksi dua-arah, yang didukung oleh teknologi, Cakap mengembangkan solusi layanan untuk pendidikan, atau biasa disebut Education As A Service (EAAS).
“Kesehatan tetap harus diutamakan ditengah merebaknya pandemi COVID-19 ini,” ujar Tomy Yunus selaku CEO Cakap.
Dengan teknologi di bidang pendidikan yang dikembangkan Cakap, diharapkan dapat membantu kegiatan belajar mengajar secara aman melalui pembelajaran jarak jauh.
Baca Juga: Bantu Edukasi soal Corona, Najwa Shihab dan Sang Adik Kampanye Kerja dari Rumah Lewat Sosial Media
“Kami siap membantu pemerintah, lembaga pendidikan dan juga masyarakat Indonesia untuk melawan COVID-19 dengan menyediakan teknologi dan akses belajar secara daring,” tambahnya.
Beberapa negara menerapkan sistem belajar secara daring untuk tetap menunjang aktivitas belajar mengajar.
Di Hong Kong, saat ini semua murid belum kembali ke sekolah sejak libur Imlek.
Pemerintah Hong Kong menyatakan sekolah akan tutup setidaknya sampai 20 April sehingga proses pembelajaran pun berpindah ke sistem e-learning.
Sementara di Timur Tengah, beberapa negara telah menutup sekolahnya, salah satunya Arab Saudi yang mulai menutup sekolah pada Senin, 9 Maret kemarin.
Untuk memastikan proses belajar tetap berlanjut, pemerintah Arab Saudi menerapkan pembelajaran secara daring.
Baca Juga: Work from Home, Ini Cara Agar Siap Kerja dari Rumah dan Terhindar Virus Corona
Amerika Serikat, turut meliburkan sekolah dan universitas akibat dampak penyebaran coronavirus. Sekolah di New York telah menerapkan sistem pembelajaran secara daring.
Para murid kini belajar via platform video conference.
Cara ini kemudian diikuti oleh sejumlah universitas di New York.
Italia sudah menutup sekolah sejak tanggal 5 Maret 2020.
Sejumlah sekolah telah menerapkan pembelajaran online dengan merekam seluruh pelajarannya melalui WhatsApp, sementara beberapa sekolah lainnya menggunakan web-learning untuk memastikan pelajaran tetap bisa berlanjut.
Dampak penyebaran coronavirus juga dialami oleh salah satu pengajar Bahasa Mandarin di Cakap yang tinggal di ChongQing, Tiongkok.
Baca Juga: Bertemu Menhub dalam Rapat Terbatas, Erick Thohir dan Sejumlah Menteri Lainnya Jalani Tes Corona
Dengan segala keterbatasan yang terjadi, berbagai cara dilakukan untuk tetap dapat beraktivitas.
Salah satunya dengan memanfaatkan teknologi.
“Teknologi dan internet membantu saya untuk tetap bisa mengajar dan bertatap muka dengan murid-murid saya, tanpa harus keluar rumah,” ujar Sarah Shen, lulusan Beijing Language Culture University.(*)