BMKG Sebut Iklim Indonesia Berpotensi Memperlambat Wabah Virus Corona, Tapi Warga Tak Boleh Abaikan 1 Hal Penting Ini

By Alsabrina, Minggu, 5 April 2020 | 12:21 WIB
BMKG ungkap Indonesia punya modal kuat untuk lawan virus corona (kolase instagram/infobmkg & istockphoto)

NOVA.id - Pandemi virus corona masih menjadi sorotan masyarakat dunia, termasuk Indonesia.

Masih ingat dengan ulasan beberapa pakar saat Indonesia masih 'streril' dari wabah corona yang sudah menyerang beberapa negara?

Saat itu, Indonesia disebut memiliki beberapa kekuatan yang sangat ampuh untuk menangkal corona masuk.

Baca Juga: Selama Ini Dianggap Tak Ideal Berkembang di Indonesia, Para Ahli Ungkap Faktor Penyebab Melonjaknya Kasus Corona di Tanah Air

Sayangnya, ulasan tersebut kemudian seolah 'menguap' setelah pemerintah mengumumkan adanya WNI yang terinfeksi virus corona pada awal Maret.

"Indonesia tidak kebal corona". Kira-kira seperti itulah yang terjadi.

Namun, sebuah hasil penelitian terbaru yang diungkapkan oleh Badan Meteorologi, Klimatologi dan Geofisika (BMKG) menemukan bahwa Indonesia sebenarnya memang memiliki kekuatan untuk melawan virus corona.

Baca Juga: Ramal Soal Virus Corona, Anak Indigo Ini Ungkap Indonesia akan Lepas dari Covid-19 di Bulan ke-7: Kita akan Menang

Kesimpulan tersebut diperoleh setelah BMKG melakukan analisis tentang pengaruh cuaca dan iklim dalam penyebaran penyakit Covid-19 di Indonesia.

Analisis dilakukan bersama 11 Doktor di Bidang Meteorologi, Klimatologi dan Matematika, didukung Guru Besar dan Doktor di Bidang Mikrobiologi dari Fakultas Kedokteran, Kesehatan Masyarakat dan Keperawatan Universitas Gadjah Mada (UGM).

Kajian dilakukan dengan analisis statistik, pemodelan matematis dan studi literatur.

Baca Juga: Warga Tolak Pemakaman Jenazah Covid-19 Hingga Lempar Batu ke Ambulans, Ustaz Abdul Somad Sebut agar Masyarakat Tak Main Simpulkan Kejadian: Serahkan ke Ahlinya

Kepala BMKG Dwikorita mengatakan, hasil kajian menunjukkan adanya indikasi pengaruh cuaca dan iklim dalam mendukung penyebaran wabah Covid-19, sebagaimana disampaikan dalam penelitian Araujo dan Naimi (2020), Chen et. al. (2020), Luo et. al. (2020), Poirier et. al (2020), Sajadi et.al (2020), Tyrrell et. al (2020), dan Wang et. al. (2020).

"Hasil analisis Sajadi et. al. (2020) serta Araujo dan Naimi (2020) juga menunjukkan sebaran kasus Covid-19 pada saat outbreak gelombang pertama, berada pada zona iklim yang sama, yaitu pada posisi lintang tinggi wilayah subtropis dan temparate," kata Dwikorita kepada Kompas.com, Sabtu (4/4/2020).

Baca Juga: Agar Terhindar dari Virus Corona, Hilangkan 5 Kebiasaan Buruk Ini Supaya Daya Tahan Tubuh Tetap Terjaga!

Kondisi ideal virus corona

Dari hasil penelitian tersebut, lanjut dia, dapat disimpulkan sementara bahwa negara-negara dengan lintang tinggi cenderung mempunyai kerentanan yang lebih tinggi dibandingkan dengan negara-negara tropis.

Dwikorita menambahkan, penelitian Chen et. al. (2020) dan Sajadi et. al. (2020) menyatakan bahwa kondisi udara ideal untuk virus corona adalah temperatur sekitar 8-10 derajat celcius dan kelembapan berkisar 60-90 persen.

Baca Juga: Warga Nekat Pulang Kampung Saat Wabah Virus Corona, MUI Sebut Mudik Hukumnya Haram

"Artinya dalam lingkungan terbuka yang memiliki suhu dan kelembapan yang tinggi merupakan kondisi lingkungan yang kurang ideal untuk penyebaran kasus Covid-19," ujar dia.

Para peneliti tersebut menyimpulkan, kombinasi dari temperatur, kelembapan relatif cukup memiliki pengaruh dalam penyebaran transmisi Covid-19.

Menurut Dwikorita, penelitian oleh Bannister-Tyrrell et. al. (2020) juga menemukan adanya korelasi negatif antara temperatur (di atas 1 derajat celcius) dengan jumlah dugaan kasus Covid-19 per hari.

Baca Juga: Harus Menyiapkan Hal Paling Buruk, Badan Intelijen Negara Telah Prediksi Puncak Covid-19 di Indonesia Hingga Minta Tolong Masyarakat untuk Bekerja Sama Lawan Virus Corona

"Mereka menunjukkan bahwa bahwa Covid-19 mempunyai penyebaran yang optimum pada suhu yang sangat rendah (1-9 derajat celcius)," tutur dia.

Hal ini berarti, semakin tinggi temperatur maka kemungkinan adanya kasus Covid-19 harian akan semakin rendah.

Lebih lanjut, Wang et. al. (2020) menjelaskan bahwa serupa dengan virus influenza, virus corona baru ini cenderung lebih stabil dalam lingkungan suhu udara dingin dan kering.

Baca Juga: Tega! Bukan karena Covid-19, Dokter di Italia Ini Tewas Dicekik Sang Kekasih karena Disangka Tularkan Virus Corona, Sang Pelaku Sempat Coba Bunuh Diri

"Kondisi udara dingin dan kering tersebut dapat juga melemahkan "host immunity" seseorang, dan mengakibatkan orang tersebut lebih rentan terhadap virus sebagaimana yang dituliskan dalam studi Wang et al. (2020) tersebut," papar Dwikorita.

Ia menjelaskan, penelitian Araujo dan Naimi (2020) memprediksi dengan model matematis yang memasukkan kondisi demografi manusia dan mobilitasnya, menyimpulkan bahwa iklim tropis dapat membantu menghambat penyebaran virus tersebut.

"Mereka juga menjelaskan lebih lanjut bahwa terhambatnya penyebaran virus dikarenakan kondisi iklim tropis dapat membuat virus lebih cepat menjadi tidak stabil," kata dia.

Baca Juga: Lihat Langit Cerah di Jakarta, Cita Citata Tersadar: Banyak Hikmah yang Dari Serangan Virus Corona Ini

Sehingga, lanjut Dwikorita, penularan virus corona dari orang ke orang melalui lingkungan iklim tropis cenderung terhambat dan akhirnya kapasitas peningkatan kasus terinfeksi untuk menjadi pandemik juga akan terhambat.

Kajian tim gabungan ini menjelaskan, analisis statistik dan hasil pemodelan matematis di beberapa penelilitian di atas mengindikasikan bahwa cuaca dan iklim merupakan faktor pendukung untuk kasus wabah ini berkembang pada outbreak yang pertama di negara atau wilayah dengan lintang linggi.

Namun, bukan faktor penentu jumlah kasus, terutama setelah outbreak gelombang yang ke dua.

Baca Juga: Kena Dampak Virus Corona, Ussy Sulistiawaty Akui Penghasilannya Berkurang: Kami Bertahan Hidup dari Tabungan Aja

Peningkatan kasus dipengaruhi mobilitas manusia

Meningkatnya kasus pada gelombang kedua saat ini di Indonesia tampaknya lebih kuat dipengaruhi oleh pengaruh pergerakan atau mobilitas manusia dan interaksi sosial.

Kondisi cuaca atau iklim serta kondisi geografi kepulauan di Indonesia, sebenarnya relatif lebih rendah risikonya untuk berkembangnya wabah Covid-19.

Tetapi fakta menunjukkan terjadinya lonjakan kasus akibat virus SARS-CoV-2 di Indonesia sejak awal bulan Maret 2020.

Baca Juga: Habiskan Waktu di Rumah Saja Demi Mencegah Penularan Virus Corona, Dian Sastro Berikan Tips Antibosan yang Sering Ia Lakukan

 

"Indonesia yang juga terletak di sekitar garis khatulistiwa dengan suhu rata-rata berkisar antara 2-30 derajat celcius dan kelembapan udara berkisar antara 70 - 95 persen, dari kajian literatur sebenarnya merupakan lingkungan yang cenderung tidak ideal untuk outbreak Covid-19," kata Dwikorita.

Berdasarkan fakta dan kajian terhadap beberapa penelitian yang dilakukan sebelumnya, tim gabungan antara BMKG dan UGM ini merekomendasikan bahwa apabila mobilitas penduduk dan interaksi sosial benar-benar dapat dibatasi, disertai dengan intervensi kesehatan masyarakat (Luo et. al. 2020 dan Poirier et. al., 2020), maka faktor suhu dan kelembapan udara dapat menjadi faktor pendukung dalam mengurangi risiko penyebaran wabah yang terjadi.

Baca Juga: Jadi Sorotan karena Berfoto Bersama Bupati Karawang yang Positif Covid-19, Annisa Pohan Beberkan Kondisi Kesehatannya Saat Ini

Selain itu, perlu diwaspadai bahwa memasuki bulan April hingga Mei, sebagian besar wilayah Indonesia memasuki pergantian musim, yang sering ditandai dengan merebaknya wabah penyakit demam berdarah.

Sehingga, masyarakat diimbau terus menjaga kesehatan dan meningkatkan imunitas tubuh, dengan memanfaatkan kondisi cuaca untuk beraktivitas atau berolahraga pada jam yang tepat.

Tak hanya itu, masyarakat diminta lebih ketat menerapkan physical distancing dan pembatasan mobilitas dengan tinggal di rumah dan intervensi kesehatan masyarakat, sebagai upaya untuk mengurangi penyebaran wabah Covid-19 secara lebih efektif.

"Karena cuaca yang sebenarnya menguntungkan ini, tidak akan berarti optimal tanpa penerapan seluruh upaya tersebut dengan lebih maksimal dan efektif," pungkas Dwikorita.

Artikel ini telah tayang di fame.grid.id dengan judul BMKG Temukan Bahwa Indonesia Sebenarnya Miliki Modal Kuat untuk Melawan Virus Corona, Tapi Semua Sia-sia Karena Ini?

 

Sahabat NOVA, jangan sampai ketinggalan berita dan informasi terbaru dan menarik soal selebriti dan dunia perempuan di Tabloid NOVA, ya. Dapatkan edisi terbarunya dengan berlangganan, tinggal klik di sini.