Melainkan, anak dan suami akan makan apa yang bergizi saat puasa. Terlebih makannya hanya sahur dan berbuka, tapi gizinya harus tetap terpenuhi.
Bulan suci nanti kali ini memang terasa berbeda dari sebelum-sebelumnya. Tidak ada aktivitas di luar rumah, keuangan ikut kena imbas, dan alhasil stok bahan makanan pun terbatas.
“Kita juga lagi beribadah, enggak makan dan minum, jadi (tantangannya) akan lebih berasa karena kita fokus terhadap ibadah kita.
Tantangan yang berhubungan dengan emosi pasti akan jadi lebih besar di bulan puasa,” ungkap Reynitta Poerwito.
Psikolog Klinis dan Keluarga di Rumah Sakit Eka Hospital BSD ini bilang di masa proses adaptasi awal puasa, mungkin saja para ibu jadi lebih cepat emosi.
Namun, jika sejak awal sudah menjadikan bulan Ramadan sebagai beban, maka akan lebih berat saat menjalankan.
“Menurutku, fokuslah terhadap perbaikan diri. Bulan Ramadan salah satu tujuannya kan untuk memperbaiki diri.
Kalau tadinya masih emosian, enggak sabaran, gampang marah sama anak, lihatlah ini bukan bulan yang menyulitkan.