Jadi The New Normal, Ini Cara Adaptasi dengan Kondisi Setelah Pandemi

By Dionysia Mayang Rintani, Jumat, 15 Mei 2020 | 22:00 WIB
Jadi The New Normal, Ini Cara Adaptasi dengan Kondisi Setelah Pandemi (istock)

NOVA.id – Pandemi covid-19 yang disebabkan oleh virus corona baru ini masih berlangsung secara global.

Pemerintah Indonesia sendiri telah menerapkan pembatasan sosial berskala besar (PSBB) untuk mengendalikan wabah ini yang terus meluas.

PSBB ini tentu memiliki banyak dampak seperti menjadikan ruang gerak masyarakat terbatas, kegiatan sebagian kantor dan sekolah ditutup, bahkan tempat peribadatan pun ditutup.

Baca Juga: Yuk Coba Resep Camilan Ringan Kentang Goreng Isi Udang Mayo untuk Teman Bersantai

Selain itu, transportasi umum dibatasi, sampai adanya pelarangan mudik.

Kebijakan PSBB telah mengubah kehidupan sehari-hari masyarakat, karena semua kegiatan yang tadinya dilakukan di luar rumah menjadi di rumah saja.

Kita diharapkan dapat beradaptasi dengan situasi baru ini, meskipun secara psikologis tidak mudah.

Baca Juga: Di Masa Pandemi, Ayo Belajar Digital Marketing Agar Sukses Berwirausaha

Setiap orang akan berada dalam strata atau tahap psikologis yang berbeda-beda, bergantung pada ketahanan kita terhadap stres, latar belakang kesehatan mental, dampak disrupsi pandemi covid-19 terhadap sosial ekonomi dan support system yang tersedia.

Pada umumnya, kita mengalami tiga tahap/strata kondisi perilaku, yaitu tahap disrupsi, tahap kebingungan dan ketidakpastian, yang berujung pada tahap penerimaan.

Berikut penjelasan mengenai masing-masing tahap/strata kondisi perilaku terhadap pandemi COVID-19, seperti yang dijelaskan oleh dr. Leonardi Goenawan, Sp.KJ melalui keterangan tertulis.

Baca Juga: Rumah Tangganya Terbilang Harmonis, Ternyata Anang Hermansyah Pernah Kirim Pesan Manis pada Perempuan Lain hingga Ashanty Singgung Perpisahan: Begitu Ada Orang Lain, Aku Pasti Cerai

 dokter spesialis kedokteran jiwa yang berpraktik di RS Pondok Indah – Puri Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya.

Tahap disrupsi

Menurut dr. Leonardi, spesialis kedokteran jiwa yang berpraktik di RS Pondok Indah - Puri Indah dan RS Pondok Indah – Bintaro Jaya, kita akan mengalami perubahan pola hidup, perubahan rutinitas sehari-hari, hilangnya kebebasan.

Hal ini disebabkan karena harus hidup dalam karantina atau di rumah saja dan tidak bepergian.

Baca Juga: Kasus Remaja NF Bunuh Anak Kecil di Sawah Besar Kembali Temukan Fakta Baru, Polisi Sebut Soal Pelecehan Seksual

Berbagai informasi yang beredar membuat hidup semakin mencekam.

Tidak sedikit yang mengalami kecemasan tinggi karena khawatir tertular, sulit konsentrasi, yang kemudian diikuti oleh perubahan pola makan dan pola tidur.

Penyakit kronis yang sudah lama dialami mulai kembali tidak stabil, termasuk gangguan-gangguan psikis yang sebelumnya pernah dialami. 

Baca Juga: Paranormal Mbah Mijan Terawang Bencana Alam yang Masih akan Terjadi di Indonesia di Tahun 2020, Sudah Ada yang Kejadian?

Tahap kebingungan dan ketidakpastian

Pada tahap ini seseorang akan merasa kelelahan secara mental karena merasa tidak adanya kepastian, kehilangan kendali, dan terhentinya sumber penghasilan untuk memenuhi kebutuhan hidup sehari-hari.

Kualitas hidup dengan sendirinya menurun, berbagai hal yang biasa dengan mudah terpenuhi, saat ini menjadi mustahil.

Baca Juga: Tak Terima Anaknya Dibilang Kurang Gizi oleh Netizen, Begini Balasan Pedas Shandy Aulia untuk Warganet

Di samping daya beli yang menurun drastis, ketersediaan barang juga menjadi langka.

Semua rencana yang sebelumnya terasa sangat mudah dan bisa digapai dalam waktu yang terukur, kini hanya menjadi angan-angan belaka.

Kehidupan berjalan lambat, penuh kejenuhan, dan kekhawatiran.

Situasi kecemasan ini dapat meningkatkan konsumsi rokok, alkohol, dan penyalahgunaan obat yang mungkin pada awalnya dimaksudkan untuk meringankan beban pikiran.

Baca Juga: Unggahan Al Ghazali yang Dukung Sang Ayah Hadapi Jerinx SID Kini Dihapus, Ahmad Dhani Curigai Maia Estianty sebagai Dalangnya: Ajaran yang Salah

Tahap penerimaan (dengan standar normal yang baru)

Pada saat seseorang telah berhasil melampaui tahap sebelumnya, maka akhirnya timbul sikap penerimaan tanpa syarat terhadap kondisi yang ada, dengan diikuti oleh berbagai perubahan dalam pola hidup dan kebiasaan.

Kemampuan adaptasi seseorang membuatnya mampu untuk mengembangkan kebiasaan-kebiasaan baru dan memandang kehidupan dengan cara yang lebih realistis terhadap situasi yang sebelumnya dianggap sebagai disrupsi pada semua aspek kehidupannya.

Ada beeberapa perubahan yang mulai dilakukan pada mereka yang telah mencapai tahap ini.

Baca Juga: Demi Honor Bernyanyi Rp100 Ribu, Inul Daratista Pernah Sampai Disekap 40 Hari: Aku Penasararan Pengin Lihat Gimana Uang Segitu

Pertama, mulai terbentuk gaya hidup stay at home (menurunnya mobilitas, belanja online, orang lebih selektif dalam belanja (kebutuhan vs keinginan), pemilihan makanan yang lebih praktis, dan lain-lain.

Kedua, back to basic (lebih banyak aktivitas yang dilakukan di rumah, munculnya kembali bahan-bahan tradisional untuk menjaga kesehatan, dan lain-lain).

Ketiga, optimalisasi virtual (work-from-home, kelahiran generasi Zoom, telemedicine, dan lain-lain)

Baca Juga: Yuk Cobain Resep Es Doger Merah biar Buka Puasa Makin Segar

Keempat, timbulnya kebersamaan dan rasa senasib sepenanggungan

Namun, tidak semua orang memiliki ketangguhan yang sama untuk mencapai tahap penerimaan, jelas dr. Leonardi.

Seseorang yang biasanya mudah tertekan, akan merasakan dampak pandemi ini lebih berat.

Baca Juga: Punya Tubuh Langsing Bak Belum Punya Anak, Ternyata Ini Rahasia Diet ala Sandra Dewi: Salah Satunya Konsumsi Daging

Untuk menyiasati situasi tertekan dan tidak mengalami stres yang berlarut-larut, kita dapat menerapkan beberapa langkah ini.

Pertama, istirahatkan diri dari menonton, membaca, atau mendengarkan berita, termasuk media sosial.

Mendengar info pandemi berulang kali bisa membuat hanyut dalam kekhawatiran yang berlebihan.

Baca Juga: Genap Berusia 23 Tahun, Puput Nastiti Devi Dapat Ucapan Romantis dari Ahok di Hari Kelahirannya: Saya Bersyukur Memiliki Kamu

Kedua, pelihara baik-baik kesehatan tubuh dan berolahraga ringan secara teratur, seperti latihan napas, stretching, yoga, atau meditasi.

Makan makanan yang sehat dan berimbang dan berolahraga secara teratur juga tidur dengan waktu yang cukup.

Hindari penggunaan alkohol, rokok, dan obat-obatan yang tidak perlu.

Baca Juga: Bukan Hanya Jadi Bulan-bulanan Netizen, Youtuber Indira Kalistha Juga Terima Sindiran Pedas dari Awkarin dan Andhika Pratama Gara-Gara Anggap Enteng Virus Corona

Ketiga, berikan diri waktu untuk bersantai.

Lakukan beberapa aktivitas lain yang kita sukai.

Berbagai penelitian memperlihatkan hubungan resiprokal (terbalik) antara stres dan aktivitas fisik.

Baca Juga: Bukan Reino Barack, Ternyata Pria Ini yang Jadi Mantan Terindah Luna Maya: Saya Bukannya Tidak Move On

Semakin rutin kita beraktivitas fisik maka semakin rendah tingkat stres yang dimiliki.

Selain itu, aktivitas fisik dan olahraga terbukti penting dalam manajemen stres yang efektif karena dapat menurunkan kadar hormon-hormon stres seperti adrenalin dan kortisol dalam tubuh.

Pada saat yang sama aktivitas fisik menstimulasi produksi endorfin, yaitu bahan kimia yang diproduksi oleh otak dan berfungsi sebagai pereda rasa sakit.

Baca Juga: Dikenal Ceria dan Nggak Pernah Bete, Ternyata Sifat Asli Nagita Slavina Berbeda dari Perkiraan, Mbak Lala Bongkar Perlakuan Sang Majikan Selama Ini

Endorfin juga dapat menghasilkan perasaan relaks dan optimisme ketika kita berolahraga rutin

Keempat, senantiasa terhubung dengan orang lain.

Berbicaralah dengan orang yang kita percayai tentang perasaan dan kekhawatiran kita.

Baca Juga: Kabar Buruk, WHO Sebut Virus Corona Tidak akan Musnah dari Bumi: Tetap Waspada!

“Dengan bercerita pada orang lain akan meringankan separuh dari beban Anda,” tutur dr. Leonardi.

Kelima, memahami fakta yang akurat dan benar tentang COVID-19.

Hal ini akan membuat kita terhindar dari stres berlebihan.

Baca Juga: Ditinggal Nikah, Vicky Prasetyo Ngaku Susah Lupakan Zaskia Gotik hingga Nyanyikan Lagu Sedih Ini untuk Kenang sang Mantan: Itu yang Gue Suka dari Dia

 

 

Keadaan normal baru (the new normal)

Setelah melewati tahap penerimaan dalam menghadapi pandemi, maka kita mulai terbiasa dengan kondisi the new normal.

Pada tahap ini diharapkan kita sepenuhnya tidak lagi merasa terganggu, bahkan sudah mulai nyaman dengan semua perubahan yang berhubungan dengan adanya pandemi.

Kehidupan sudah mulai kembali produktif dan menyenangkan untuk dijalani.

Baca Juga: Begini Caranya Menjaga Kulit Sehat dan Lembap Selama Pandemi Covid-19

Oleh karena itu, berikut ini beberapa hal utama agar dapat tenang menerima keadaan sebagai the new normal.

1. Menjaga kesehatan fisik dan mental seoptimal mungkin 

2. Sikap menerima tanpa syarat dan realistis

3. Memelihara optimisme dan menyadari sepenuhnya bahwa hidup itu dinamis

Baca Juga: Berita Terpopuler: Meggy Wulandari Bongkar Aib Pernikahannya dan Memutuskan Bercerai dari Kiwil hingga Potret Cantik Dita Karang, Anggota Girlband Secret Number Asal Indonesia

4. Jangan pernah berhenti untuk belajar sesuatu yang baru 

5. Melihat ke belakang hanya sebagai referensi dan belajar dari kesalahan di masa lalu

6. Fokus pada progress bukan pada kesempurnaan 

7. Langkah kecil selalu lebih baik dari tidak melangkah

Baca Juga: Tak Perlu Keju Edam untuk Buat Kue Kastengel, Bisa Olah Keju Cheddar Hanya dengan Langkah Ini!

Sahabat NOVA, kesehatan jiwa pada masa pandemi covid-19 perlu diperhatikan.

Apabila tidak, dapat berdampak pada memburuknya relasi dengan sesama dan kesehatan fisik kita.

Jika memerlukan pertolongan dari tenaga profesional untuk menjalani masa pandemi ini, jangan ragu untuk berkonsultasi dengan dokter spesialis kedokteran jiwa atau psikolog. (*)

Di masa pandemi ini, Sahabat NOVA mau tambah penghasilan dengan wirausaha? Atau punya usaha dan mau tambah ilmu agar jualan tetap lancar?

Di program WeLearn dari UN Women, ada kelas online “Digital Marketing" GRATIS! Tinggal daftar kelas di sini, pilih waktu dan metode yang diinginkan, lalu ikuti instruksi untuk terima materi pelajarannya. Tambah ilmu, tambah cuan!