Presiden Jokowi Singgung Soal Berdamai dengan Corona, Ahli Berikan Penjelasan Mengenai Spekulasi Herd Immunity untuk Tangani Covid-19

By Ratih, Rabu, 20 Mei 2020 | 10:00 WIB
Presiden Jokowi Singgung Soal Berdamai dengan Corona, Ahli Berikan Penjelasan Mengenai Spekulasi Herd Immunity dalam Penanganan Wabah Covid-19 (Tribunnews)

NOVA.id - Herd immunity adalah kondisi ketika sebagian besar kelompok atau populasi manusia kebal terhadap suatu penyakit karena sudah pernah terpapar dan sembuh dari penyakit tersebut.

Istilah ini mulai dikenal oleh publik setelah pandemi virus corona penyebab covid-19 mewabah di Indonesia.

Meski dinilai bisa menghambat penyebaran virus, namun strategi ini dapat memakan korban dalam jumlah besar.

Baca Juga: Berita Terpopuler: Rizal Bocah Penjual Jalangkote Minta Video Bully Dirinya Dihapus hingga Ruben Onsu Pilih Bisnis Ketimbang Dunia Hiburan

Untuk mencapai herd immunity, setidaknya 70 persen dari populasi harus terinfeksi terlebih dahulu.

Apabila penduduk Indonesia dianggap sebanyak 270 juta, maka sedikitnya 189 juta harus terinfeksi untuk mendapatkan herd immunity.

Kemudian, dari angka tersebut kemungkinan orang yang meninggal bisa mencapai satu juta orang.

Baca Juga: Umumkan Kabar Baik Menjelang Lebaran, Presiden Jokowi Minta Masyarakat Indonesia Siap-Siap untuk Menjalani Hidup Era Normal Baru, Ini Penjelasannya

Meski risiko penerapan herd immunity sangat tinggi, namun sebagian masyarakat meyakini bahwa strategi ini akan dipakai oleh pemerintah Indonesia dalam menghadapi pandemi covid-19.

Pemerintah sendiri telah menyatakan bahwa mereka tidak memakai strategi herd immunity dalam penanganan Covid-19, hal tersebut disampaikan oleh juru bicara pemerintah untuk penanganan covid-19, Achmad Yurianto.

"Pertanyaannya apakah kita pakai itu? Jawabannya tidak," ujar Yuri seperti diberitakan Kompas.com, Rabu (13/05).

Baca Juga: Berita Terpopuler: Dokter Tirta Tiba-Tiba Viralkan Tagar Indonesia Terserah dan Suka-Suka Kalian Saja hingga Terungkap Sifat Asli Anak Gadis Hotman Paris yang Tak Jauh Beda dengan Sang Ayah

Kebijakan Pemerintah mengundang spekulasi kemunculan spekulasi terkait herd immunity tentunya tidak muncul begitu saja.

Pemerintah justru mewacanakan pelonggaran PSBB ketika kasus angka kasus positif covid-19 di Indonesia masih terus bertambah setiap harinya.

Pengurangan kadar PSBB dimulai dari sektor transportasi lantaran pemerintah menilai perkembangan kasus covid-19 di Indonesia menurut dia mulai melandai.

Baca Juga: Di Masa Pandemi, Ayo Belajar Digital Marketing Agar Sukses Berwirausaha

"Pengurangan pembatasan di bidang perjalanan, salah satu aspek yang diujicobakan. Ini jadi taruhan apakah nanti kita akan lakukan untuk di sektor-sektor yang lain," kata Menteri Koordinator Bidang Pembangunan Manusia dan Kebudayaan (Menko PMK) Muhadjir Effendy seperti diberitakan Kompas.com (17/05).

"Tidak diimplementasi dengan baik, tidak ada indikator monitoring dan evaluasinya," kata Pandu Riono, epidemiolog FKM UI mengomentari kebijakan PSBB dari pemerintah saat dihubungi Kompas.com (18/05)

Wacana pelonggaran PSBB bukanlah pemicu awal dari kemunculan spekulasi tentang penggunaan strategi herd immunity.

Baca Juga: Presiden Joko Widodo Sudah Isyaratkan Ada Lampu Hijau untuk Sektor Usaha dan Aktivitas Warga Lainnya Mulai Berangsur Normal: Akan Ada Tatanan Kehidupan Baru!

Pandu Riono juga menjelaskan bahwa herd immunity dan istilah new normal yang digulirkan oleh pemerintah adalah dua hal yang berbeda.

"Kalau new normal kan kalau nanti sudah dikurangi pembatasannya, maka kita akan mengadopsi perilaku hidup yang berbeda agar menekan risiko penularan virus, seperti selalu pakai masker, dan lain-lain. Itu pun akan dilakukan bertahap setelah pesyaratan pelonggaran terpenuhi," kata Pandu.

Pandu Riono mengaku sangsi bila pemerintah akan menempuh opsi herd immunity.

Baca Juga: Kasus Corona Meroket, Presiden Jokowi Targetkan Kasus Infeksi Pada Status Ringan di Bulan Juli Mendatang

"Kalau memang ada pembiaran secara sistematik agar banyak masyarakat terinfeksi, ya bisa dianggap seperti itu. Tetapi, itu tidak mungkin karena herd immunity hanya terjadi bila lebih dari 70-80 persen penduduk indonesia terinfeksi dan punya imunitas yang berhasil hidup," kata Pandu Riono.

Menurut dia, spekulasi terkait herd immunity muncul karena tidak ada edukasi pada masyarakat, sehingga masyarakat lebih mudah dihasut dengan isu yang belum tentu benar.

Spekulasi yang beredar juga hanya menambah ketakutan di masyarakat.

Pernyataan Presiden Jokowi terkait berdamai dengan Covid-19 merupakan awal mula dari munculnya spekulasi tersebut.

Baca Juga: Bikin Rakyat Indonesia Kalang Kabut, Terungkap Alasan Jokowi Resmikan Kenaikan Iuran BPJS di Tengah Pandemi Corona

Selama wabah masih terus ada, Jokowi meminta seluruh masyarakat untuk tetap disiplin mematuhi protokol kesehatan.

"Artinya, sampai ditemukannya vaksin yang efektif, kita harus hidup berdamai dengan Covid-19 untuk beberapa waktu ke depan," katanya di Istana Merdeka, Jakarta, dalam video yang diunggah Biro Pers, Media, dan Informasi Sekretariat Presiden pada Kamis (7/5/2020) dikutip dari Kompas.com.

Meskipun, pernyataan tersebut "dikoreksi" oleh istana pada esok harinya, berdamai dengan Covid-19 dibilang artinya kita berada dalam keadaan “new normal”.

Baca Juga: Kabar Buruk Kembali Hantam Indonesia di Tengah Pandemi Corona, Presiden Jokowi Umumkan Kenaikan BPJS dan Ini Besar Iuran Terbaru!

Menurut Ketua Tim Pakar Gugus Tugas Percepatan Penanganan Covid-19 Wiku Adisasmita, new normal adalah perubahan perilaku untuk tetap menjalankan aktivitas normal namun ditambah menerapkan protokol kesehatan guna mencegah terjadinya penularan Covid-19.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Apakah New Normal Sama dengan Herd Immunity? Ini Penjelasan Ahli

Di masa pandemi ini, Sahabat NOVA mau tambah penghasilan dengan wirausaha? Atau punya usaha dan mau tambah ilmu agar jualan tetap lancar?

Di program WeLearn dari UN Women, ada kelas online “Digital Marketing" GRATIS! Tinggal daftar kelas di sini, pilih waktu dan metode yang diinginkan, lalu ikuti instruksi untuk terima materi pelajarannya. Tambah ilmu, tambah cuan!