Dampak Corona Semakin Jadi Mimpi Buruk, Utang Indonesia Tiba-tiba Melonjak hingga 2 Kali Lipat, Begini Rinciannya

By Nadia Fairuz Ikbar, Kamis, 21 Mei 2020 | 13:28 WIB
Dampak Corona Semakin Jadi Mimpi Buruk, Hutang Indonesia Tiba-tiba Melonjak hingga 2 Kali Lipat, Begini Rinciannya
Dampak Corona Semakin Jadi Mimpi Buruk, Hutang Indonesia Tiba-tiba Melonjak hingga 2 Kali Lipat, Begini Rinciannya ()

NOVA.id - Virus corona atau yang juga dikenal sebagai Covid-19 saat ini menjadi momok yang mengerikan bagi dunia.

Virus yang digadang-gadang berawal dari pasar hewan liar di Kota Wuhan, China ini tercatat telah menginfeksi lebih dari 200 negara di berbagai belahan dunia.

Termasuk tanah air kita, Indonesia yang semakin hari terus mengalami jumlah peningkatan kasus.

Baca Juga: Habis Terawang Virus Corona yang Segera Mereda di Pertengahan Tahun 2020, Mbah Mijan Justru Menangis Hingga Buat Bingung Netizen

Selain itu, virus corona juga seakan melumpuhkan Indonesia di berbagai sektor, khususnya sektor ekonomi.

Banyak pekerja yang di rumahkan, dan buruh pabrik yang di PHK, dan masih banyak lagi orang yang kehilangan pekerjaannya.

Tak sampai di situ, kabar yang lebih buruk datang dari Pemerintahan Pusat.

Baca Juga: Begini Cara Menolak Secara Sopan Tamu yang Berkunjung ke Rumah saat Lebaran di Tengah Pandemi Virus Corona

Mengutip dari Sripoku.com, Kementerian Keuangan (Kemenkeu) mencatat, posisi utang pemerintah sampai Maret 2020 sebesar Rp 5.192,56 triliun.

Dengan begitu, rasio utang pemerintah terhadap produk domestik Bruto (PDB) menjadi 32,12%.

Jumlah ini meningkat Rp 244,38 triliun atau 4,7% dari posisi utang pemerintah di bulan sebelumnya sebesar Rp 4.948,18 triliun.

Baca Juga: WHO Temukan Gejala Baru Virus Corona, dari Halusinasi hingga Sulit Berbicara

Meskipun meningkat, tetapi rasio utang pemerintah masih berada di bawah batas aman 60%.

Mengutip keterangan di dalam buku Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) edisi April 2020 yang dirilis pada Jumat (17/04).

Peningkatan jumlah utang pemerintah ini terutama disebabkan oleh adanya tekanan dan ketidakpastian global, termasuk merebaknya virus Corona (Covid-19).

Baca Juga: Tabloid NOVA Terbaru: Cerita Ashanty yang Harus Tinggalkan Tradisi Mudik Tahun Ini karena Pandemi Corona hingga Keseruan Irish Bella yang Kini Jadi Hobi Masak untuk Suami Selama di Rumah Aja

"Dampak yang ditimbulkan oleh pandemi Covid-19 begitu kompleks, mulai dari kesehatan sampai dengan gangguan ekonomi."

"Ini mendorong pemerintah untuk memberikan intervensi dan stimulus, baik di sektor kesehatan maupun ekonomi,"

"Sehingga memerlukan relaksasi defisit anggaran di atas 3% terhadap PDB," papar Kemenkeu.

Baca Juga: Presiden Jokowi Singgung Soal Berdamai dengan Corona, Ahli Berikan Penjelasan Mengenai Spekulasi Herd Immunity untuk Tangani Covid-19

Penyebab Hutang Melonjak

Secara rinci, utang pemerintah ini terdiri atas penerbitan Surat Berharga Negara (SBN) dengan kontribusi sebesar 82,67% dari total utang pemerintah.

Serta pinjaman dengan kontribusi sebesar 17,33%.

Adapun penerbitan SBN sampai dengan akhir Maret 2020 lalu tercatat sebesar Rp4.292,73 triliun.

Baca Juga: Presiden Jokowi Singgung Soal Berdamai dengan Corona, Ahli Berikan Penjelasan Mengenai Spekulasi Herd Immunity untuk Tangani Covid-19

Penerbitan SBN ini terbagi menjadi penerbitan SBN domestik dan valuta asing (valas).

Penerbitan SBN Domestik tercatat sebesar Rp3.036,96 triliun yang terbagi menjadi Surat Utang Negara (SUN) senilai Rp2.520 triliun.

Serta Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) sebesar Rp516,96 triliun.

Baca Juga: Dianggap Aneh Sampai Buat Peneliti Dunia Keheranan, Gejala Baru Virus Corona Muncul di Indonesia, Kok Bisa?

Untuk SBN Valas, sampai dengan Maret 2020 tercatat sebesar Rp1.255,77 triliun dengan rincian SUN senilai Rp1.006,99 triliun dan SBSN sebesar Rp248,78 triliun.

Sementara itu, utang pinjaman pemerintah sampai dengan Maret 2020 tercatat sebesar Rp899,83 triliun.

Di mana, pinjaman ini terdiri atas pinjaman dalam negeri sebesar Rp10,23 triliun, serta pinjaman luar negeri sebesar Rp889,60 triliun.

Baca Juga: Umumkan Kabar Baik Menjelang Lebaran, Presiden Jokowi Minta Masyarakat Indonesia Siap-Siap untuk Menjalani Hidup Era Normal Baru, Ini Penjelasannya

Lebih rinci, pinjaman luar negeri ini berasal dari pinjaman bilateral senilai Rp352,74 triliun.

Pinjaman multilateral senilai Rp490,67 triliun, serta pinjaman bank komersial sebesar Rp46,19.

Kemenkeu menjelaskan, peningkatan posisi utang pemerintah pada akhir Maret ini juga disebabkan oleh pelemahan nilai tukar rupiah sebesar Rp2.133 terhadap US Dolar.

Baca Juga: Tips Pintar Atur Uang Belanja untuk Lebaran di Tengah Pandemi Virus Corona, Jangan Boros Selama Puasa

Pelemahan ini, kemudian mengakibatkan peningkatan posisi utang pemerintah meningkat senilai Rp284,61 triliun akibat adanya selisih kurs.

"Di tengah berbagai tekanan domestik dan global ini, pemerintah tetap berupaya mengelola utang dengan pruden dan akuntabel dalam mendukung APBN yang semakin kredibel," tutur Kemenkeu.

Bantuan untuk Indonesia

Sebelumnya, Menteri Keuangan sempat menyebut ada bantuan berupa tawaran hutang dari negra tetangga untuk Indonesia.

Baca Juga: Dianggap Efektif Obati Covid-19, Ini Efek Samping Terapi Plasma!

"Kita kemudian ada pinjeman yang berasal dari bilateral, Australia kemarin telepon 'Kamu perlu nggak saya pinjemin tambahan', Jepang, Perancis."

"Mereka semuanya dalam posisi untuk kemudian kita menggunakan dari lembaga multilateral," imbuhnya.

Pandemi yang telah melanda hampir seluruh negara di dunia ini, membuat semua pihak untuk berusaha saling membantu agar wabah Covdi-19 ini bisa segera selesai.

Baca Juga: Tegaskan PNS Dilarang Mudik di Tengah Pandemi Corona, Pemerintah akan Copot Jabatan Bagi ASN yang Melanggar

"Semuanya mereka ingin membantu, dalam situasi seperti ini lembaga-lembaga ini mandatnya adalah ingin membantu negara anggota," kata Sri Mulyani.

"Indonesia termasuk negara anggota di situ, jadi mereka akan menambahkan,"

"jadi kita sudah menambahkan sekarang jumlah yang bisa kita tarik dari lembaga-lembaga tersebut," tandasnya.

Baca Juga: Nekat Buka Plastik hingga Mandikan Jenazah Positif Corona, 15 Belas Warga di Sidoarjo Positif Covid-19

Sri Mulyani bahas kondisi keuangan Indonesia

Diberitakan sebelumnya, Indonesia mencari utangan baru, sedikitnya dibutuhkan Rp 104,4 triliun untuk menutupi defisit APBN 2020.

Dalam waktu dekat pinjaman dari Asian Development Bank Rp 22,3 triliun akan segara cair.

Utang ini dibutuhkan karena dampak wabah covid-19 berimbas pada defisitnya APBN. (*)

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.