Tantangannya adalah bagaimana anggota APLI bisa memberikan solusi terhadap kebutuhan tersebut.
“Hingga kini belum ada cetak biru sektor penjualan langsung (direct marketing) yang bisa menjadi referensi pasca pandemi,” papar Kany.
Para anggota APLI pun masih dihadapkan pada dilema antara mempertahankan pola yang sama dengan masa pra-pandemi, atau mencoba saluran dan strategi baru sebagai respon terhadap perubahan di lingkungan kita.
“Jujur saja, kami juga belum bisa memprediksi apa yang akan terjadi esok, yang jelas APLI berkomitmen menyediakan panduan yang berempati dan transparan bagi masyarakat untuk mengembalikan kekuatan ekonominya, serta menggerakan kembali roda perekonomian dan pertumbuhan yang sempat mandek terdampak krisis COVID-19 ini,” lanjut Kany.
Untuk menjalankan komitmen ini, Kany mengimbau para perusahaan penjualan langsung kembali pada motivasi masyarakat bergabung menjadi anggota penjualan langsung.
Yakni, 81% untuk membeli produk dengan rabat, serta 72% untuk mengembangkan kepribadian.