Kasus Corona Cetak Rekor 2.657, Epidemiolog Universitas Indonesia Tegaskan Pandemi Tak akan Selesai Tahun Ini: Jangan Mimpi!

By Ratih, Jumat, 10 Juli 2020 | 12:17 WIB
Ilustrasi Virus Corona di Indonesia (Kompas.com/Shutterstock)

NOVA.id - Kamis (09/07), Juru Bicara Pemerintah untuk Penanganan Covid-19, Achmad Yurianto, menyampaikan catatan rekor kasus virus corona dalam sehari bertambah 2.657 kasus.

Dengan informasi tersebut, total kasus corona di Indonesia kini telah melampaui 70 ribu kasus.

Seorang ahli epidemiologi dari Universitas Indonesia (UI) Pandu Riono, menunjukkan sikap pesimis seputar kapan corona selesai.

Baca Juga: Berkali-kali Sepelekan Bahaya Covid-19, Kini Presiden Brasil Malah Positif Terjangkit Virus Corona, Begini Kata-Kata Jair Bolsonaro

"Pandemi ini masih panjang, (bisa) dua, tiga, empat tahun, atau mungkin sampai lima tahun. Jadi jangan mimpi bahwa pandemi akan selesai tahun ini karena masalahnya susah sekali," ujar Pandu dalam webinar 'Urgensi Penanganan Permukiman Padat Penduduk Menghadapi Pandemi Covid-19', Kamis (09/07).

Pandu menilai, pemerintah tidak serius menangani pandemi Covid-19.

Banyak pemerintah daerah yang tidak melakukan pemeriksaan Covid-19 dengan metode polymerase chain reaction (PCR) karena tidak ingin daerahnya berstatus zona merah.

Baca Juga: Buktikan Bisa Hidup Mandiri Tanpa Sosok Sirajuddin Mahmud, Imel Putri Cahyati Tawari Putrinya Liburan Keliling Dunia

"Jadi jangan mimpi untuk bisa mengakhiri pandemi ini selesai dengan cepat karena memang kita tidak serius sama sekali menangani pandemi," kata dia.

Jika ingin mempercepat penanganan Covid-19, Pandu berujar, pemerintah harus benar-benar aktif melacak kasus (tracing), melakukan tes PCR, dan mengisolasi pasien positif Covid-19.

Tempat isolasi pasien pun harus berlokasi agak jauh dari permukiman agar tidak berpotensi menularkan virus kepada orang lain.

Baca Juga: Seorang Sosialita dan Istri CEO Ini Positif Corona Usai Nekat Gelar Pesta di Rumahnya, Ungkap Gejala Badan Meriang Seperti Ditabrak Truk

Langkah lainnya, pemerintah juga harus memastikan masyarakat disiplin melaksanakan 3M, yakni memakai masker, mencuci tangan dengan sabun, dan menjaga jarak.

"Kalau ada perbaikan (penanganan Covid-19), melakukan 3M, isolasi yang benar, lacak yang benar, tes yang benar, bukan dengan rapid test, tapi dengan tes PCR, maka kita akan cepat melandaikan," ucap Pandu.

Sementara itu, Deputi Bidang Pengendalian Penduduk dan Kawasan Permukiman DKI Jakarta Suharti menyatakan, Pemprov DKI sudah banyak melakukan tes PCR melalui kegiatan active case finding.

Baca Juga: Tagih Jurnal Ilmiah pada Kementerian Pertanian, Sherina Munaf Sebut Kalung Antivirus Corona sebagai Takhayul: Semoga Nyawa Tidak Melayang

Tes PCR itu utamanya dilakukan di wilayah-wilayah rawan penularan Covid-19.

Pasien-pasien positif Covid-19 yang ditemukan melalui active case finding kemudian langsung diisolasi.

"(Active case finding) ini yang menyebabkan angka (Covid-19) Jakarta tinggi. Bukan berarti buruk sekali, justru kami menemukan mereka (pasien positif Covid-19) yang ada di luar. Kalau tidak ditemukan, mereka akan lebih banyak lagi risikonya menularkan kepada yang lainnya," tutur Suharti dalam webinar tersebut.

Selain menemukan banyak kasus baru, kata Suharti, Pemprov DKI juga bisa menemukan wilayah-wilayah yang harus dikendalikan dengan ketat melalui active case finding tersebut.

Baca Juga: Telah Lama Dinanti-nanti, Ini Perkiraan Harga Vaksin Covid-19 di Indonesia yang Dipercaya Bisa Ampuh Basmi Wabah Corona

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)

Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Epidemiolog: Jangan Mimpi Pandemi Covid-19 Akan Selesai Tahun Ini