NOVA.id - Saat suntuk selama di rumah, scrolling berbagai produk di platform e-commerce dan media sosial sering jadi pelarian yang menyenangkan.
Ya, melihat barang-barang indah dan unik dengan harga diskon gila-gilaan, benar-benar menghibur.
Sungguh memanjakan mata dan pikiran.
Baca Juga: Pintar Atur Uang, Ini 4 Produk Investasi yang Bisa Bikin Uang Berlipat Ganda, Kenali dari Sekarang!
Bahkan, kita bisa menghabiskan banyak waktu menatap layar gawai untuk sekadar cuci mata.
Biasanya kalau sudah begini, sih, dari niat awal cuma pengin lihat-lihat hilangin bosan, eh, lanjut masukin ke keranjang dan order barang.
Ya, biar harga barang hanya Rp50.000-an, kalau satu bulan bisa lebih dari 10 kali belanja, kan, bisa jadi boros juga.
Belum ditambah jasa kirimnya. Rekening bisa terancam, nih.
Baca Juga: Pintar Atur Uang ala Mikha Tambayong, Rajin Nabung Emas Sejak Muda untuk Investasi Sekaligus Fashion
Apalagi, kalau memang kondisi keuangan kita sedang pas-pasan—pemasukan berkurang atau bisnis sedang goyang.
Tapi, apa, iya, kita tak boleh belanja “hura-hura” sama sekali?
Boleh, kok.
Asal direncanakan dalam anggaran keuangan.
Ya, memang, sih, kita tahu bahwa belanja hura-hura ini (istilahnya belanja impulsif) cenderung bersifat dadakan.
Tapi kalau kita sudah mengenali diri sendiri, yang dadakan seperti ini sebenarnya bisa kita antisipasi.
Ingat, kita yang mengedalikan uang, bukan uang yang mengendalikan kita.
Baca Juga: Boros Belanja Skincare? 5 Cara Pintar Atur Uang Ini Bikin Lebih Hemat
“Merencanakan keuangan itu memberikan kebebasan kita untuk menempatkan pos-pos keuangan sesuai dengan keinginan kita. Karena kita juga punya kebutuhan. Jangan sampai juga kita melakukan perencanaan keuangan terus kita jadi pelit sama diri sendiri. Jadi tidak bisa beli ini dan itu, alhasil tidak bisa menikmati hidup,” ujar Rista Zwestika, S.Sos., AWP, CFP., financial planner Finansialku.com.
Terus bagaimana caranya agar hati senang dan dompet aman?
Hal pertama yang perlu Sahabat NOVA lakukan adalah menelaah kebiasaan belanja impulsif diri.
Mulai dari berapa banyak uang yang kitahabiskan dua hingga tiga bulan terakhir untuk belanja impulsif.
Dari sana kita bisa menganalisa dan mengambil kisaran untuk membuat perencanaan dana belanja ini sejak awal.
“Sejak awal sekali kita harus punya yang namanya daftar estimasi bujet atau anggaran keuangan. Kenapa? Karena ini merupakan salah satu alarm untuk kita tidak kalap belanja. Bedakan biaya wajib, butuh, dan ingin. Sisihkan sejak awal untuk penuhi kewajiban dan lengkapi kebutuhan, barulah kita boleh jajan-jajan membayar keinginan,” ujar Rista pada NOVA.
Berapa banyak yang dianggarkan?
Tak ada patokan pasti harus 30 atau 20 persen dalam anggaran.
Menurut Rista, pembagiannya sangat fleksibel tergantung pada pendapatan dan pola kebiasaan berbelanja kita.
Baca Juga: Cara Ajari Anak agar Bisa Pintar Atur Uang sejak Kecil, Simak Tahapannya!
Ada yang bisa menghabiskan ratusan ribu rupiah untuk belanja secara impulsif, tapi ada juga yang hingga jutaan rupiah.
Maka itu, penting untuk tahu terlebih dahulu kebiasaan belanja dan kondisi keuangan diri sendiri.
Sehingga, tetap bisa impulsif tapi aman karena sudah diantisipasi.
Tentunya, dengan catatan sudah mengutamakan prioritas kewajiban dan kebutuhan, ya.
Lebih baik lagi, menurut Rista, kita membuat rekening atau aplikasi uang digital khusus hanya untuk berbelanja atau “hurahura”.
Sehingga, anggaran masuk dan keluar tetap terkendali dan tak membebani pos dana yang lainnya.
Baca Juga: Wah, Ternyata Arisan Emas Bisa Mulai dari 1 Gram Saja, lo!
Selain itu, saat berbelanja online, jangan buru-buru checkout.
Triknya, masukkan keranjang belanja atau wish list terlebih dulu sambil mengecek rekening khusus kita tadi.
Nah, jika motivasinya hanya untuk menghilangkan rasa bosan, rasanya trik ini layak dicoba.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)