Anak Alami Obesitas? Jangan Buru-Buru Panik, Ini yang Harus Orangtua Lakukan

By Widyastuti, Senin, 24 Agustus 2020 | 16:03 WIB
Ilustrasi - Anak Alami Obesitas? Jangan Buru-Buru Panik, Ini yang Harus Orangtua Lakukan (LisaValder)

NOVA.id – Tak sedikit orangtua yang mengalami masalah pada anaknya, yakni kelebihan berat badan atau obesitas.

Salah satu faktor yang memengaruhi berat badan hingga dapat memicu obesitas adalah gaya hidup yang kurang sehat.

Misalnya, seperti senang makan makanan cepat saji atau sedikitnya aktivitas fisik yang dilakukan si anak.

Jika tidak ditindak dengan segera, bukan tidak mungkin anak akan mengalami obesitas atau kelebihan berat badan.

Baca Juga: Berkat Ketemu dengan Lesty Kejora, Rizky Billar Akui Kariernya Makin Melonjak hingga Pendapatannya Naik 4 Kali Lipat

Sebelum hal tersebut terjadi, memantau tumbuh kembang si kecil menjadi hal mutlak untuk kesehatannya kelak seperti yang disampaikan DR. dr. Conny Tanjung SP.A(K)

"Jadi pantaulah setiap bulan berat badan atau tinggi badan, lingkar kepala, dilihat juga Indeks Massa Tubuh (IMT) anak. Jadi kalau sudah lihat beratnya mulai lebih nih, sudah overweight itu sudah mesti diingetin.

Yang ada kan di masyarakat gemuk itu lucu, tapi gemuk itu nggak sehat. Jadi memang ada dua sisi nih, kurang gizi atau gizi berlebih,” ujar dr. Conny.

Lalu, bagaimana jika anak telah mengalami obesitas? Apakah diet untuk anak disarankan?

Baca Juga: Viral Jual Rumah Dapat Istri, Mamah Muda Ini Tolak Tudingan Cari Sensasi dan Ungkap Motif Sebenarnya

Menurut dr. Conny, diet anak lebih kepada peningkatan aktivitas fisik dan bukan diberikan suplemen atau obat untuk menurunkan berat badan si anak.

“Yang ada adalah kalori yang masuk ke tubuh anak diatur. Pemberian obat atau apapun itu nggak ada. Jadi kita atur gizinya.

Anak bisa gemuk atau bisa kurus karena masalah kalori, protein, atur itu. Kalau untuk anak gemuk, kalori yang biasa masuk dikurangi, lalu ditambah dengan aktivitas fisik.

Baca Juga: Pemasukan Tetap Aman Selama Pandemi, Tipsnya Ada di Acara Ini!

Tak hanya soal aktivitas fisik saja, makanan yang diberikan pun juga diperbolehkan bervariasi.

“Misalnya, makannya cuma nasi dan 3 macam sayur. Loh, proteinnya mana? Ya kan. Ini yang harus diperhatikan juga. Karena terbukti protein ini meningkatkan hormon dan merangsang pertumbuhan,” jelas dr. Conny.

Setidaknya, ada 6 komponen yang harus ada dalam makanan si kecil, yakni:

  1. karbohidrat.
  2. protein hewani dan ikan.
  3. makanan yang mengandung susu.
  4. kacang-kacangan.
  5. buah dan sayur.
  6. lemak.

Baca Juga: Viral Jual Rumah Dapat Istri, Mamah Muda Ini Tolak Tudingan Cari Sensasi dan Ungkap Motif Sebenarnya

 

Bahkan, penggunaan garam untuk mendapatkan rasa asin dan penyedap rasa untuk berikan rasa umami juga diperbolehkan.

"Asin atau penyedap rasa bukannya tidak boleh ya. Asin asal tidak terlalu asin, penyedap rasa juga kalau tidak terlalu banyak juga nggak apa-apa karena itu kan untuk penambah rasa. Jadi boleh-boleh saja,” ujar dr. Conny.

Tak hanya itu, dr. Conny juga menekankan pentingnya konsultasi ke layanan kesehatan untuk memantau pertumbuhan anak.

“Selain mengupayakan pemenuhan nutrisi yang dibutuhkan untuk mengejar berat badan ideal (sesuai tinggi badannya), orang tua juga perlu untuk aktif melakukan pemantauan rutin pertumbuhan anak di layanan kesehatan yang paling mudah dijangkau.

Baca Juga: Sempat Bakal Jadi Rekan Duet Anang Hermansyah, Impian Nikita Mirzani Terpaksa Pupus Lantaran Kehadiran Syahrini, Nyai: Semua Buyar!

Ini dimaksudkan untuk memantau status gizi dan mendeteksi dini terjadinya gangguan pertumbuhan.

Jika berat badan anak sudah terdeteksi berada di bawah kurva pertumbuhan, maka orang tua perlu segera mencari bantuan penanganan yang tepat dari tenaga kesehatan untuk memperbaiki status gizi anak,” tutup dr. Conny.

Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.

Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)