NOVA.id - Facebook memilih tiga komunitas Indonesia dalam program Community Accelerator, suatu acara yang berfokus untuk mengembangkan komunitas-komunitas yang memiliki dampak yang besar.
Tiga komunitas tersebut yaitu yaitu MotherHope Indonesia, Indonesian Babywearers, dan Social Connects.
Nantinya, ketiga komunitas tersebut akan mengikuti program selama enam bulan yang berfokus pada pembangunan komunitas, bimbingan langsung, dan pendanaan.
Total dana sebesar 3 juta dolar Amerika Serikat (AS) atau lebih dari Rp44,8 miliar akan diberikan kepada peserta program.
Baca Juga: Tak Main-Main, Ini Pentingnya Asupan Gizi Sesuai Kebutuhan Atlet
“Kami di Facebook berinvestasi melalui program dan fitur baru untuk mendukung para pemimpin komunitas."
"Mereka mampu memberikan kontribusi yang signifikan terhadap tantangan sosial saat ini dengan berbagi pengetahuan dan informasi, membantu orang untuk terhubung dengan oranglain yang mempunyai minat yang sama untuk menciptakan dampak yang positif," ujar Grace Clapham, Kepala Kemitraan Komunitas untuk Asia Pasifik di Facebook. .
Berikut ini profil singkat tiga komunitas dari Indonesia yang terpilih dalam program Community Accelerator.
Baca Juga: Komunitas Momsfluencer, Ajak Ibu-Ibu Aktif Sebarkan Edukasi Positif Lewat Media Sosial
1. MotherHope Indonesia - Nur Yana Yirah
MotherHope Indonesia (MHI) merupakan komunitas yang dibentuk untuk memberikan dukungan psikologis kepada ibu dan keluarganya yang mengalami baby blues syndrome, depresi pascamelahirkan, dan gangguan mood lainnya.
Didirikan pada tahun 2015, latar belakang Nur Yana Yirah mendirikan komunitas ini adalah karena pengalaman pribadi yang pernah mengalami baby blues syndrome.
"Waktu itu saya mengalami depresi dan nggak bisa keluar rumah. Akhirnya satu-satunya cara supaya saya bisa sharing pengalaman yaitu melalui Facebook."
Baca Juga: 4 Peran Suami Ini Sangat Dibutuhkan ketika Istri Sedang Hamil, Calon Ayah Wajib Paham!
"Setelah saya pulih dari depresi pascamelahirkan,saya melakukan kampanye di Facebook. Saya cuma membawa karton yang bertuliskan halo saya penyintas depresi pascamelahirkan, dan dari situ ada sekitar 5.000 ibu masuk ke komunitas MotherHope Indonesia," jelas Nur Yana dalam acara daring, Kamis (10/09) pagi.
Sejak itu, komunitas MotherHope Indonesia terus berkembang. Saat ini, terdapat sekitar 34 ribu anggita komunitas. Selain itu, MHI juga sudah bisa bekerja sama dengan tenaga medis (psikolog, psikiater), dan ratusan relawan.
Melalui grup ini, anggota saling berbagi tentang cara meningkatkan kekuatan mental keluarga, mengatasi konflik antar anggota keluarga, dan cara menghadapi depresi dan kecemasan.
Komunitas juga memberikan edukasi tentang cara merawat kesehatan jiwa melalui asupan makanan yang sehat, olahraga dan meditasi, hingga konsultasi dengan psikiater/psikolog jika dibutuhkan.
Baca Juga: Kenali Lebih Jauh Soal Gangguan Mental, Ini 4 Tanda Depresi yang Biasa Terjadi
2. Indonesian Babywearers - Yohana Habsari
Komunitas Indonesian Babywearers merupakan komunitas yang memperkenalkan cara menggendong anak yang aman, nyaman, dan benar.
Pendiri Indonesian Babywearers, Yohana Habsari mengatakan bahwa dirinya sempat mengalami stres saat memiliki anak.
Hal itulah yang akhirnya memicu dirinya untuk membentuk komunitas ini.
"Waktu itu (saat memiliki anak) saya juga mengalami (stres). Saya melakukan googling saya mencari solusi untuk mengatasi stres saya ini saya menemukan bahwa ketika saya menggendong anak saya, itu ternyata bisa menimbulkan rasa berdaya, karena anak saya jadi berkurang menangis, lebih dekat dengan saya, dan itu memberikan perasaan bahagia," ujar Yohana.
Baca Juga: Rekomendasi Alat Masak Tepat untuk Membuat MPASI yang Sehat dan Lezat
Dalam komunitas ini, selain berbagi ilmu dan teknik cara menggendong anak yang benar sesuai kebutuhan dan usianya, anggota juga berbagi banyak pengetahuan seputar manajemenrumah tangga dan topik seputar tumbuh kembang anak.
Saat ini ada sekitar 108.000 anggota di Facebook Group Indonesian Babywearers yang tersebar di beberapa kota di Indonesia, seperti Jakarta, Surabaya, Sidoarjo, Cimahi, dan Batam.
Di setiap kota juga terdapat komunitas lokal yang lebih kecil dan secara rutin mengadakan pertemuan bulanan (sebelum pandemi), dalam bentuk seminar ataupun workshop.
Baca Juga: Yuk, Ciptakan Kebiasaan Sarapan Pagi guna Jaga Asupan Gizi Si Kecil
3. Social Connect - Sepri Andi
Sebelum mendirikan komunitas Social Connect pada tahun 2018, sang pendiri, Sepri Andi ternyata pernah mengalami perundungan (bully) selama lebih dari 12 tahun.
Selain itu, Andi juga mengalami beberapa masalah kesehatan mental seperti quarter life crisis dan sebagainya.
Hingga suatu ketika Andi pun bertemu dengan teman-teman dan membangun komunitas.
Baca Juga: Wow, Ternyata Kecerdasan Seseorang Bisa Diprediksi dari Golongan Darah, Cek Punya Kamu!
Social Connect adalah komunitas yang menjadi ruang yang nyaman bagi anggotanya untuk saling berbagi cerita mengenai pengalaman dan isu kesehatan mental.
Selain saling berbagi dan berdiskusi sesama anggota, komunitas ini juga membentuk support group, teman cerita, dan menggalakkan beberapa kampanye publik dengan topik-topik seputar kesehatan mental dan jiwa.
Social Connect kini memiliki 10.000 anggota dan 100 relawan tetap.
Komunitas ini juga memiliki beberapa anggota dengan latar belakang psikolog. Dari segi demografi, lebih dari 60% anggota berusia 18-24 tahun dan didominasi oleh perempuan (70%).
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)