NOVA.id - Situasi pandemi yang tak kunjung membaik membuat sebagian orang bertanya-tanya, mungkin kah mereka yang pernah terinfeksi kembali terinfeksi?
Jawabannya, ya dan kelihatannya demikian.
Tim peneliti dari University of Nevada memeriksa kasus seorang pasien yang terjangkit Covid-19 dua kali, yang akan menjadi infeksi ulang pertama yang teridentifikasi di Amerika Serikat.
Baca Juga: Rapid Test Negatif, Iis Sugianto Kini Dinyatakan Positif Covid-19 dan Dirawat 3 Minggu
Menurut The New York Times, berita ini muncul setelah kasus pertama yang didokumentasikan di seluruh dunia, yakni kasus seorang pasien di Hong Kong.
Penduduk Washoe County, Nevada dinyatakan positif SARS-CoV-2, virus yang menyebabkan infeksi Covid-19, pada bulan April.
Dia pulih dan kemudian 48 hari kemudian, pada bulan Juni, dia dites positif lagi. Analisis lebih lanjut mengungkapkan bahwa DNA virus berbeda di antara kedua infeksinya.
Ini menunjukkan bahwa dia terinfeksi kembali oleh jenis virus yang bermutasi.
Harapan bahwa infeksi Covid-19 akan memicu antibodi yang memberi perlindungan dalam jangka waktu yang lama sepertinya kecil kemungkinannya untuk terwujud.
Aspek rumit dari virus pernapasan seperti ini adalah virusnya cenderung berevolusi dengan cepat.
Baca Juga: Kemensos Berikan Santunan Senilai Rp15 Juta untuk Keluarga Korban yang Meninggal karena Covid-19
Kita menjadi rentan terhadap infeksi kedua jika kekebalan tubuh berkurang dalam beberapa bulan setelah infeksi, atau virusnya bermutasi sehingga sistem kekebalan tubuh kita tidak bisa mendeteksinya.
Menurut Wakil Direktur Medis di Westmed Medical Group di Purchase, New York, Sandra Kesh, MD, seseorang dengan gejala ringan, kemungkinan respons antibodi lebih lemah, membuat tubuh menjadi lebih rentan.
Di sisi lain, jika ada jenis lain dari virus corona baru yang beredar, virus dapat menghindari antibodi tersebut dan bisa sakit lagi.
Dr. Kesh mengatakan, seseorang yang terinfeksi kembali seringkali hanya menunjukkan gejala ringan.
Itu seperti kasus pria di Hong Kong, yang bahkan tidak menunjukkan gejala di infeksi kedua meskipun virusnya berbeda dari infeksi pertama.
Namun, ia mengatakan bahwa jika kita sakit dengan strain yang berbeda, kasusnya menjadi lain.
Baca Juga: Jadwal Lengkap Serta Ketentuan untuk Penumpang KRL Selama Masa PSBB
Para ilmuwan memastikan bahwa pria Nevada juga tertular strain yang berbeda, dan gejala Covid-19 yang kedua cenderung lebih parah.
"Jadi, apakah mutasi membuat virus lebih ganas, tidak ada yang tahu,” tambahnya.
Sejau ini infeksi ulang tampaknya jarang terjadi, namun menurut Dr. Kesh sebuah penelitian terhadap populasi besar diperlukan.
Kabar baiknya, sebuah penelitian baru di The New England Journal of Medicine terhadap hampir 1.800 pasien di Islandia, menemukan bahwa antibodi Covid-19 bertahan setidaknya empat bulan.
Para penulis mengatakan bahwa lebih banyak penelitian perlu dilakukan untuk menentukan apakah ini dapat melindungi kita dari infeksi ulang.
Vaksin dirancang untuk memicu tubuh membuat antibodi pelindung, jadi ketika seseorang bertemu dengan kuman yang sebenarnya, tubuh sudah siap dan siap untuk menghilangkannya sebelum sakit.
Baca Juga: Agar Tetap Aman, Ikuti Panduan Pergi ke Dokter saat PSBB Ini
Akankah vaksin Covid-19 tetap berhasil jika virus dapat menghindari antibodi?
Vaksin yang sedang diuji berharap dapat menargetkan bagian dari virus yang akan dikenali oleh sistem kekebalan tubuh, bahkan jika virus tersebut bermutasi.
"Jika SARS CoV-2 berperilaku seperti virus corona lain, kemungkinan relatif stabil, dan vaksin seharusnya tetap efektif setidaknya selama setahun,” kata Dr. Kesh.
Ada kemungkinan vaksin ini bisa seperti vaksin flu.
Baca Juga: Jangan Anggap Remeh, Kelelahan Bisa Jadi Gejala Anak Tertular Virus Corona
Para ilmuwan perlu mengotak-atiknya setiap tahun dan berusaha sebaik mungkin untuk mencocokkannya dengan strain yang diharapkan beredar tahun itu.
Pusat Pengendalian dan Pencegahan Penyakit (CDC) mengatakan, jika kita kembali menunjukkan gejala Covid-19 setelah mengalami kasus terkonfirmasi, segera lakukan isolasi mandiri dan pertimbangkan untuk tes ulang dengan dokter.
Risiko re-infeksi adalah pengingat yang kuat bahwa semua orang harus selalu mengenakan masker dan menerapkan praktik jaga jarak, bahkan jika kita pernah terinfeksi sebelumnya.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store. (*)
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul Terinfeksi Covid-19 Ulang, Apakah Gejalanya Lebih Parah?