Berkaca dari Musibah Chrissy Teigen dan John Legend yang Baru Kehilangan Anak, Berikut Kondisi Komplikasi Medis yang Bisa Terjadi pada Bayi Baru Lahir

By Widyastuti, Kamis, 1 Oktober 2020 | 16:29 WIB
Berkaca dari Musibah Chrissy Teigen dan John Legend yang Baru Kehilangan Anak, Berikut Kondisi Komplikasi Medis yang Bisa Terjadi pada Bayi Baru Lahir (Kolase @chrissyteigen )

Komplikasi medis

Apakah anak saya akan tumbuh dengan normal? Apakah ia akan sakit-sakitan? Dua pertanyaan ini paling sering ditanyakan oleh orangtua yang memiliki bayi prematur. Jujur saja, memang ada beberapa komplikasi medis yang umum dimiliki oleh bayi prematur, mulai dari komplikasi ringan sampai berat. Contohnya, bayi yang lahir di usia kandungan belum 32-34 minggu, cenderung memiliki masalah pencernaan. Kondisi-kondisi medis lain yang mungkin terjadi pada bayi prematur adalah:

1. Respiratory distress syndrome (RDS)

Disebut juga sindrom gangguan pernapasan. Gangguan ini terjadi karena paru-paru bayi belum matang sehingga tidak bisa menghasilkan zat surfaktan dalam jumlah memadai. Surfaktan memungkinkan permukaan paru-paru mengembang dengan baik ketika bayi keluar dari dalam rahim untuk menghirup udara secukup yang bayi butuhkan. Singkatnya, surfaktan diperlukan paru-paru agar bisa bernapas bebas.

Selama ini, pemberian surfaktan oleh dokter telah terbukti membantu bayi RDS bernapas dengan lebih mudah. Sejak pengobatan dengan surfaktan diperkenalkan pada 1990, kematian akibat RDS telah berkurang sekitar setengahnya.

Seorang dokter mungkin mencurigai bayi memiliki RDS jika bayi terlihat sulit bernapas, atau pernapasannya cepat dan pendek-pendek. Pemeriksaan sinar-X pada paru dan pemeriksaan darah sering mengonfirmasikan diagnosis. Seiring dengan pengobatan surfaktan, bayi dengan RDS mungkin membutuhkan oksigen tambahan dan bantuan pernapasan mekanik untuk menjaga paru-paru mereka tetap lega.

Mereka dapat menerima pengobatan yang disebut continuous positive airway pressure (CPAP), yaitu pemberian udara bertekanan ke paru-paru bayi. Udara dapat dimasukkan melalui selang kecil di hidung atau ke dalam batang tenggorokannya.

Baca Juga: Baru Menikah, Meggy Wulandari Curhat soal Rumah Tangganya hingga Singgung tentang Harta

2. Apnea

Bayi prematur kadang-kadang mengalami berhenti bernapas selama 20 detik atau lebih. Gangguan pada pernapasan seperti ini disebut apnea, dan mungkin disertai dengan denyut jantung yang lambat.

Bayi prematur seharusnya terus dimonitor untuk melihat apakah dia memiliki apnea. Jika bayi berhenti bernapas, perawat akan merangsang bayi untuk mulai bernapas dengan cara menepuk-nepuk atau menyentuh telapak kakinya.

3. Intraventricular hemorrhage (IVH)

Disebut juga perdarahan intraventrikular. Pendarahan di otak terjadi pada beberapa bayi prematur, terutama yang lahir sebelum usia kandungan 32 minggu. Pendarahan biasanya terjadi pada tiga hari pertama kehidupan dan umumnya didiagnosa dengan pemeriksaan USG.

Kebanyakan pendarahan otak ringan dan sembuh sendiri tanpa atau dengan sedikit efek samping lanjutan. Perdarahan yang lebih parah dapat menyebabkan struktur ventrikel otak berkembang pesat terisi cairan, menyebabkan otak tertekan dan dapat menyebabkan kerusakan otak seperti cerebral palsy, gangguan belajar dan masalah perilaku.

Dalam kasus tersebut, ahli bedah dapat memasukkan selang ke dalam otak untuk mengalirkan cairan dan mengurangi risiko kerusakan otak. Dalam kasus ringan, obat dapat mengurangi penumpukan cairan.

Baca Juga: 5 Rekomendasi Drama Korea Terbaru yang Tayang Bulan Oktober di Netflix