NOVA.id - Selama ini keluarga Sri Sultan Hamengku Buwono X terbilang tertutup di media sosial.
Kita pun hanya bisa mendengar berita keluarga Keraton Yogyakarta itu lewat pemberitaan di media massa.
Tapi baru-baru ini, kelima putri Sri Sultan Hamengku Buwono X, yakni Gusti Kanjeng Ratu (GKR) Mangkubumi, GKR Condrokirono, GKR Maduretno, GKR Hayu, dan GKR Bendara meluncurkan podcast yang dinamakan Putri Kedhaton.
Baca Juga: Omnibus Law Sah Jadi Undang-Undang, AHY Minta Maaf kepada Masyarakat
Tujuannya, ya untuk mendekatkan diri ke masyarakat.
“Jadi baru bulan Agustus itu, mbak Mangku bilang bikin podcast yuk. Makin ke sini, kami merasa ilmu pengetahuan yang kita punya butuh satu tempat tanpa filter lain-lain. Soalnya isu di luar macem-macem, dan kebetulan kita baru sekarang punya waktunya,” jelas GKR Hayu kepada NOVA beberapa hari lalu.
Nah, dengan podcast itu, kelima putri Keraton Yogyakarta nantinya akan membahas beragam isu terkait pekerjaan mereka sehari-hari mengurusi keraton, kebudayaan, pekerjaan, berbinis, hingga kegiatan ibu rumah tangga biasanya.
Tak hanya itu, kehadiran mereka di media sosial diharapkan bisa meluruskan isu yang salah tentang keluarga keraton.
Baca Juga: Berbakti pada Bangsa Lewat Aksi Sosial, Andy F Noya Terima Anugerah Satyalancana Wira Karya
Menjaga Gelar
Selain isu keseharian yang melekat di kelima putri keraton, mereka juga pengin menjaga gelar keturunan keraton.
Pasalnya, GKR Hayu mengungkapkan kalau di luar sana banyak orang yang pengin memanfaatkan nama mereka untuk mempermudah urusan bisnis di pemerintahan.
Kata Hayu, “Kami sedari dulu sudah diwanti-wanti sama Bapak, jangan pernah menyalahgunakan gelar kami. Jadi ya, memang dari dulu kami enggak pernah bawa-bawa nama keraton untuk urusan di luar keraton. Tapi, banyak juga yang pengin nawarin proyek ini itu ke kami, untuk mempermudah mereka.”
Baca Juga: Mengenal Diniyah Nurmala Ayu tentang Perjuangan di Balik Keahliannya Merias Wajah
Makanya podcast ini diharapkan bisa mempertegas identitas putri keraton sebenarnya, agar informasi tentang mereka tidak disalahgunakan.
Tak heran kalau akhirnya mereka sendiri yang mengurusi media sosial dan podcast-nya.
Baca Juga: Andalkan Resep Sendiri, Shmily Cupcakes Raih Omzet Puluhan Juta Rupiah
Bukan Cinderella
Selain mempertegas jati diri, kelima putri keraton mau buka-bukaan soal sosok mereka.
Tak bisa dimungkiri, selama ini gambaran putri raja identik dengan kemewahan, pesta glamor, dan pengawalan. Tapi itu tidak berlaku bagi putri keraton yang sehari-hari bekerja juga untuk mengais rejeki.
“Bukan cerita-cerita bak Cinderella yang pakai mahkota. Enggak kayak begitu. Kita juga harus bekerja menafkahi diri sendiri, mengurusi rumah tangga, dan mengurusi keraton. Nanti di podcast, stigma tentang puteri keraton ini mau diluruskan,” ujar GKR Mangkubumi.
Baca Juga: Mengenal Diniyah Nurmala Ayu tentang Perjuangan di Balik Keahliannya Merias Wajah
Memang, putri Keraton Yogyakarta ya seperti kita juga. Namun mereka begitu peduli dengan bidang sosial. GKR Mangkubumi aktif di bidang Pramuka D.I.Y dan budaya keraton, juga aktif di komunitas Sahabat Cempluk, yang berfokus pada empowering Odapus (Orang dengan Lupus) Anak dan Remaja.
“Kalau saya itu di Lembaga Kawedanan Ageng, di mana itu mengurusi tentang berbagai hal kayak administrasi, keuangan, kelembagaan, dan keturunan juga. Di luar keraton, saya menangani korban kekerasan pada perempuan,” jelas GKR Condrokirono.
Sementara GKR Hayu aktif di Dewan Pertimbangan Universitas Negeri Yogyakarta, serta aktif mengembangkan sarana informasi digital keraton.
Baca Juga: Andalkan Resep Sendiri, Shmily Cupcakes Raih Omzet Puluhan Juta Rupiah
“Tapi di luar itu semua, kami tetap perempuan biasa, mengurusi anak, dan rumah tangga. Sehari-hari ya begini, kami berkumpul di keraton, ngobrol beragam isu dan pekerjaan masing-masing ya,” ungkap GKR Bendar
Mereka juga tak menampik kalau kesibukan mereka mengurusi sosial dan keraton, jadi memperkecil ruang kebersamaan mereka dengan keluarga masing-masing.
Tapi, untungnya, sejak wabah Covid-19 melanda, mereka jadi punya waktu luang untuk keluarga.
“Saya kan baru melahirkan, jadi saya bisa dekat dengan anak. Bendara juga gitu, aktif mendampingi anak SFH. Ya hikmahnya, pandemi ini kita bisa lebih dekat dengan keluarga lagi,” jelas GKR Hayu.
Baca Juga: Omnibus Law Sah Jadi Undang-Undang, AHY Minta Maaf kepada Masyarakat
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)