NOVA.id - Apakah Sahabat NOVA termasuk salah satu orang yang rutin melakukan olahraga setiap hari? Jika iya pasti memiliki kesan tersendiri saat berolahraga di ruang terbuka.
Selain memberikan manfaat bagi kesehatan, saat berolahraga di ruang terbuka juga membuat pikiran jauh lebih segar dan positif karena memang jauh lebih menyenangkan.
Ada beberapa jenis olahraga yang bisa Sahabat NOVA lakukan di luar ruangan, mulai dari jogging, bersepeda, hingga aktivitas olahraga berkelompok, seperti senam kebugaran.
Namun, masalahnya, berolahraga di luar ruangan berarti harus siap berhadapan dengan polusi, terutama di kota-kota besar. Alih-alih sehat, aktivitas tersebut justru bisa memicu penyakit.
Baca Juga: 4 Cara agar Penderita Penyakit Jantung Bisa Berolahraga Selama Pandemi
Hal ini diriset langsung oleh perusahaan aplikasi kualitas udara lokal, merilis data risiko kesehatan saat olahraga outdoor pukul 04.00 - 09.00 WIB berdasarkan (PM 2,5) dunia.
Berdasarkan temuan, didapatkan adanya banyak lokasi di area Jabodetabek yang sering kali memiliki tingkat PM2.5 yang telah melebihi 100 ug/m3 (ambang batas aman).
Temuan juga mengungkapkan bahwa rekomendasi olahraga luar ruangan di beberapa area di Jabodetabek tidak boleh lebih dari 30 menit.
Olahraga yang dilakukan melebihi durasi tersebut dikhawatirkan malah akan menimbulkan sejumlah penyakit, khususnya penyakit pernapasan.
Baca Juga: Benarkah Olahraga Menggunakan Masker Tidak Aman? Ini Penjelasan Ahli
Berdasarkan studi dari University of Cambridge yang berjudul “Dapatkah polusi udara menghapus manfaat kesehatan dari bersepeda dan berjalan kaki?”
Semakin tinggi tingkat PM2.5 (melebihi 100), maka semakin singkat waktu olahraga yang disarankan. Tentu ini menyoroti pentingnya mengambil tindakan pencegahan yang diperlukan untuk olahraga yang aman.
Jangan sampai risiko kesehatan dari polusi udara ternyata melebihi manfaat berolahraga. Demikian diungkapkan Co-founder & Chief Growth Officer Nafas, Piotr Jakubowski dalam paparannya, Selasa (17/11/2020).
Berdasarkan lima wilayah yang dipantau selama 30 hari pada bulan Agustus 2020, yakni DKI Jakarta, Tangerang, Tangerang Selatan, Depok, Bekasi, kota dengan pembacaan PM2,5 rata-rata terendah adalah Bogor dan Jakarta Pusat.
Baca Juga: Protokol Pengasuhan Bayi dan Anak di Rumah Selama Pandemi Covid-19
Sementara dua daerah yang paling memprihatinkan adalah Tangerang Selatan dan Bekasi, dengan kualitas udara 5 hari tidak layak untuk berjalan di luar selama lebih dari 30 menit sampel diambil dari 46 sensor kualitas udara di wilayah Jabodetabek pada eksposur selama olahraga pagi, yakni pukul 05.00 - 09.00 WIB.
Dari pengamatan yang sama, Nafas juga melihat waktu terbaik untuk melakukan olahraga berdasarkan data per jamnya untuk setiap wilayah kota.
Rata-rata, kualitas udara terburuk adalah antara pukul 02.00 hingga 09.00, yang mana mulai membaik dan terus membaik sepanjang hari hingga sekitar pukul 17.00.
Temuan lainnya, rata-rata kualitas udara pada Jumat pagi di sebagian besar lokasi di Jabodetabek lebih baik dari hari-hari lainnya.
Baca Juga: Air Minum pH Tinggi, Solusi bagi Kita yang Punya Aktivitas Padat
Sedangkan hari dengan kualitas udara terburuk adalah Minggu, Selasa, dan Rabu, namun bergantung pada lokasinya. Di wilayah Tangerang, Tangerang Selatan, Jakarta Selatan, dan Bogor, Minggu menjadi hari dengan polusi tertinggi.
Hal ini tentunya akan berbahaya sebab, udara berpolusi tinggi terbukti dapat menurunkan fungsi paru dan menyebabkan masalah pernapasan, seperti Asma hingga kanker paru. Belum lagi radikal bebas yang masuk akan menyerang sel-sel tubuh.
Sekretaris Perhimpunan Dokter Paru Indonesia (PDPI), dr. Erlang Samoedro, Sp.P menjelaskan, partikel PM2.5 memiliki ukuran yang sangat kecil dan mengibaratkannya lebih kecil dari potongan helai rambut.
Karena ukurannya sangat kecil, penetrasi PM2.5 ke dalam saluran napas bisa terjadi hingga ke alveola atau ujung paru-paru.
Baca Juga: Yuk Lakukan 5 Kebiasaan Sehat Ini agar Tidak Mudah Terserang Flu
Meskipun tubuh memiliki mekanisme untuk mengeluarkan partikel debu tersebut, namun jika terlalu banyak jumlahnya menjadi tidak akan sebanding dengan udara masuk.
Kondisi ini dapat menyebabkan penumpukan dan peradangan lokal di paru-paru. Orang-orang yang memiliki penyakit pernapasan pun bisa mengalami kekambuhan.
"Karena sangat kecil, setelah masuk ke paru-paru bisa berdifusi masuk ke pembuluh darah dan dapat beredar ke seluruh tubuh lalu menimbulkan serangan-serangan yang berkaitan dengan pembuluh darah, seperti serangan jantung dan stroke," ungkapnya.
Tak hanya itu, paparan PM2.5 berlebih juga bisa berdampak buruk pada ibu hamil. Sebab, penetrasi partikelnya ke dalam pembuluh darah juga bisa mengenai janin.
"Lalu jangka panjang bisa menyebabkan kanker paru-paru karena peradangan di paru," tambahnya.
Baca Juga: Demi Rekaman di Abbey Road, D'Masiv Rogoh Kocek Hingga Rp1 Miliar
Lalu, mengapa berolahraga di luar ruangan bisa membuat kita lebih terdampak?
Erlang menjelaskan, seseorang yang berolahraga menghirup udara jauh lebih banyak dari orang yang beraktivitas biasa.
Kondisi itu menyebabkan debu dengan PM2.5 yang terpapar ke paru-paru cenderung lebih banyak.
Untuk orang-orang yang beraktivitas di area dengan polusi udara tinggi, disarankan menggunaan masker jenis apapun untuk mengurangi paparan debu masuk ke paru-paru.
Sayangnya, hal ini sulit diberlakukan bagi orang-orang yang berolahraga karena dapat menurunkan performa olahraga.
"Pasti akan menurunkan performance karena oksigen yang masuk akan lebih kecil," kata dia. Bagi daerah-daerah lainnya yang sudah memiliki udara bersih, berolahraga di luar ruangan tentu akan memberi banyak manfaat.
Kondisi ini juga sebaiknya tidak dijadikan alasan untuk tidak berolahraga. Bagu warga Jabodetabek, bukan berarti olahraga di luar ruangan sama sekali tidak bisa dilakukan.
Piotr menyebutkan, setidaknya ada tiga tindakan pencegahan yang dapat diterapkan, yakni memeriksa kualitas udara di tempat tujuan olahraga, salah satunya menggunakan aplikasi Nafas.
Kemudian, perhatikan pengukuran PM2.5 di atas 100 pada area-area tujuan olahraga, dan Revisi kembali rencana olahragamu. Misalnya, dengan memperpendek durasi olahraga jika lokasinya sangat berpolusi, pindah lokasi olahraga atau memilih olahraga dalam ruangan.
Mengingat saat ini pandemi Covid-19 belum berakhir, ada baiknya Sahabat NOVA yang memutuskan berolahraga di luar rumah untuk memilih tempat yang sepi. Lakukan protokol mengenakan masker, mencuci tangan, dan menjaga jarak (3M) saat berangkat atau pulang dari tempet olahraga.
Artikel ini telah tayang di Kompas.com dengan judul : Olahraga di Luar Ruangan Picu Sejumlah Penyakit, Kok Bisa?