Sadarkan Saudara yang Enggan Terapkan Protokol Kesehatan dengan Cara Ini

By Nana Triana, Kamis, 24 Desember 2020 | 22:27 WIB
Ilustrasi anak batuk. (Dok. Shutterstock)

NOVA.id - Secara umum risiko gejala berat Covid-19 lebih banyak ditemukan pada orang berusia lanjut atau mereka yang telah memiliki penyakit penyerta, tetapi tidak menutup kemungkinan anak-anak dan bayi juga bisa terpapar virus corona.

Sebelum vaksin ditemukan, satu-satunya cara yang bisa dilakukan dengan disiplin menerapkan protokol kesehatan.

Protokol paling sederhana yang bisa dilakukan adalah  memakai masker, menjaga jarak, dan mencuci tangan dengan sabun (3M). Namun, tak semua orang disiplin menerapkannya.

Sahabat NOVA pun mungkin kerap bertemu orang-orang yang mengabaikan protokol kesehatan, termasuk anggota keluarga.  Misalnya, ada yang enggan mengenakan masker dengan alasan risih atau panas.

Baca Juga: Selain Sinovac, Berikut 5 Vaksin Lain yang Akan Digunakan di Indonesia

Padahal tindakan ini, tentu sangat berisiko. Tidak hanya bagi orang tersebut, tetapi juga bagi orang-orang di sekitarnya.

Jika hal tersebut terjadi dilingkungan orang terdekat atau keluarga. Sahabat Nova tidak bisa mengontrol perilaku orang lain. Namun, bukan berarti tidak bisa berupaya menyadarkannya meski disertai rasa sungkan.

Ada beberapa cara yang bisa dilakukan agar anggota keluarga mengerti betapa pentingnya menerapkan protokol kesehatan. Melansir dari Kompas.com (6/12/2020), beberapa cara menedukasi orang-orang terdekat agar mematuhi.

Mulai dari diri sendiri

Psikolog Zainab Delawalla menyebutkan, Sahabat Nova harus menerapkan protokol kesehatan agar bisa memberikan contoh perilaku taat prokol kesehatan melalui praktik kehidupan sehari-hari.

Baca Juga: Vaksin Sinovac Sudah Tiba, Presiden Jokowi Minta Masyarakat Tetap Patuh Protokol Kesehatan

Dengan cara itu, anggota keluarga yang sebelumnya abai mulai mengikuti dan menerapkannya. Jika kita sendiri tidak menerapkan apa yang kita harap orang lain akan menerapkannya, bagaimana mungkin orang lain akan melakukan apa yang kita sampaikan.

Berbagi cerita

Selain itu, kita juga bisa berbagi cerita kepada mereka, bahwa semua yang kita lakukan saat ini juga datang dari proses penyesuaian yang tidak mudah.

Pandemi membuat kita harus beradaptasi, menjadikan masker sebagai perlengkapan wajib ketika keluar rumah, mencuci tangan tidak harus menunggu tangan kotor karena bahan makanan, tanah, dan sebagainya.

Ceritakan juga betapa kita kecewa dengan keadaan ini, karena pandemi kita menunda banyak rencana besar, menggagalkan agenda-agenda pertemuan, tidak bisa leluasa berkumpul.

Baca Juga: Protokol Kesehatan Keluarga, Ini yang Anda Perlu Tahu

Jangan lupa sertakan pula pendapat mengapa kita mau melakukannya dan untuk apa kita melakukannya.

“Anda bisa menginspirasi mereka untuk mengikuti apa yang Anda lakukan. Jika pun mereka tidak mengubah perilakunya, Anda telah menawarkan perspektif lain yaitu pandangan orang tentang bagaimana rasanya melakukan semua penyesuaian ini, yang dapat meredakan kecemasan tentang bagaimana rasanya mengubah perilaku mereka sendiri,” kata Delawalla.

Konsisten

Selanjutnya, konsisten dengan apa yang sudah kita lakukan. Jika sejak awal kita meyakini menghindari pertemuan publik bisa menjadi cara mencegah terjadinya penularan, maka pertahankan sikap itu ketika kita ada di bawah tekanan, misalnya ada keluarga yang mengundang acara yang mereka gelar.

Jika konsistensi ini bisa dipertahankan, kita akan lebih mudah meminta orang lain melakukan atau tidak melakukan sesuatu di masa pandemi ini.

Baca Juga: Rayakan Hari Ibu di Tengah Pandemi Covid-19, Brisia Jodie Bikin Konser Tunggal Virtual Kisahku

Komunikasikan dengan baik

Dalam menyampaikan pendapat, Sahabat Nova harus dalam kondisi yang tepat. Artinya tidak dalam terbakar emosi. Sebab jika disampaikan dalam keadaan yang tidak tepat, bisa jadi salah persepsi dan menimbulkan masalah.

Apa yang kita sampaikan bisa tak diikuti, tetapi justru dimentahkan. Kemudian, awali dengan pendapat pribadimu, bukannya menyodorkan data statistik.

“Pada tahap ini, saya pikir banyak orang telah memutuskan apakah mereka percaya masker berfungsi atau tidak atau apakah penting membatasi pertemuan untuk menahan penyebaran virus. Jadi menurutku berbicara dengan statistik tidak akan berguna, seperti memimpin dengan emosi," ujar Delawalla.

Selanjutnya, gunakan pernyataan-pernyataan yang menggunakan kata "saya", bukan "kamu". Kalimat dengan diksi "kamu" bisa jadi ditangkap sebagai kalimat yang bernada menuduh, menyalahkan, menyudutkan, dan sebagainya yang justru kontraproduktif dengan apa yang Sahabat Nova harapkan.

Baca Juga: Berapa Hari Setelah Terinfeksi Pasien Covid-19 Bisa Menularkan Virus Pada Orang Lain?

Membatasi kontak fisik

Jika anggota keluarga tetap tidak mau menaati protokol kesehatan dan memilih mengabaikannya, jika memungkinkan, kamu bisa memutus kontak secara fisik dengan mereka.

Semua ini bertujuan untuk meminimalisasi risiko terpapar virus dan kemungkinan menyebarkannya kembali ke lingkup yang lebih luas, akibat dari ketidakdisiplinan yang keluarga kita lakukan.