NOVA.id – Vaksin Covid-19 sudah secara perlahan masuk ke Indonesia.
Dan, dengan segera, vaksin Covid-19 akan diproduksi dengan skala besar untuk kita.
Namun, untuk saat ini, pemerintah tengah mengupayakan vaksin Covid-19 untuk segera mungkin disuntikkan ke Tenaga Kesehatan seperti dokter dan perawat serta aparat Kepolisian dan Tentara Republik Indonesia (TNI) merupakan garda depan (front liners).
Baca Juga: Baru Tiba di Indonesia, Ini Perbandingan Harga Vaksin Sinovac dengan Vaksin Lainnya
Ketua Komite Penanganan COVID-19 dan Pemulihan Ekonomi Nasional (KPCPEN) sekaligus Menteri Perekonomian Republik Indonesia, Airlangga Hartarto, menjelaksan kalau front liners menjadi wajib didahulukan untuk vaksin Covid-19.
Menurut Airlangga, prioritas ini sesuai dengan instruksi dari Presiden Republik Indonesia, Joko Widodo sekaligus mengikuti standar World Health Organization (WHO).
“Kami memohon kesabaran seluruh warga Indonesia karena vaksin datang secara bertahap dan karenanya kami harus membuat prioritas. Penetapan prioritas ini telah mengikuti standar yang diberikan oleh WHO dan juga melalui ITAGI (Indonesian Technical Advisory Group on Immunization/ITAGI) serta mereka yang ahli di bidangnya,” jelas Airlangga.
Baca Juga: Selain Sinovac, Berikut 5 Vaksin Lain yang Akan Digunakan di Indonesia
Karena sifatnya bertahap dengan jangka waktu akhir 2020, di awal 2021 sampai dengan 2022, maka protokol kesehatan harus tetap dilakukan.
“Kami meminta masyarakat tetap menerapkan 3T, Testing, Tracing dan Treatment serta 3M, Mencuci tangan menggunakan sabun dan air mengalir, Memakai Masker serta Menjaga Jarak.” Tegas Airlangga.
Sahabat NOVA juga selalu #ingatpesanibu ya, untuk melakukan 3 M ,yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, serta menghindari kerumunan.
Baca Juga: Tahun Pandemi, Penjualan Produk Asuransi Berbasis Syariah Meningkat
Saat ini, Pemerintah telah menyiapkan untuk sekitar 65% dari total penduduk Indonesia, yaitu Vaksin Program sebanyak 32 juta dosis yang digratiskan melalui iuran BPJS serta Vaksin Mandiri sebanyak 75 juta dosis.
“Sebanyak 32 juta dosis disiapkan untuk yang menerima bantuan iuran BPJS yang tidak memiliki komorbit dan berusia antara 18-59 tahun. Rentan usia dan kondisi penerima ini disesuaikan dengan yang mengikuti uji klinis,” jelasnya.
Sedangkan untuk Vaksin Mandiri, Airlangga mengungkapkan bahwa hal tersebut dapat diakses melalui Sektor Industri Padat Karya dimana Perusahaan menyediakan vaksin untuk karyawannya dan bisa didapat salah satunya melalui BPKS KetenagaKerjaan.
Baca Juga: Studi Menunjukkan, Penyintas Covid-19 Tak Lantas Dapat Hidup Seperti Sebelum Sakit
“Tentunya nanti akan kita dorong lebih luas lagi bagi penerima vaksin. Hal ini harus dilakukan secara bertahap secara melihat efektivitasnya,” pungkasnya.
Pemerintah Indonesia telah menyiapkan pengadaan vaksin sejak Maret 2020 melalui pembicaraan dengan SINOVAC dan beberapa produsen vaksin lainnya.
Melalui intensitas pembicaraan dengan SINOVAK, Indonesia mendapatkan kesempatan untuk mengikuti uji klinis fase ketiga dan dimulai di Bandung.
Baca Juga: Perhatikan, Ini Perbedaan Proses Vaksinasi Anak dan Dewasa
Indonesia menjadi salah satu dari lima negara yang mendapatkan kesempatan untuk mengikuti uji klinis fase ketiga dan sekaligus juga mendapatkan kesempatan untuk akses yang pertama melakukan pembelian.
“Akses yang pertama itu pengirimannya sesuai dengan jadwal yang kemarin kita terima 1,2 juta di bulan Desember dan di tahun depan ada 1,8 juta dalam bentuk vaksin jadi (suntikan). Kemudian kita juga mendapatkan 15 juta di bulan Desember dalam bentuk bahan baku yang akan dipelajari Bio Farma dalam melakukan produksi vaksin,” Kata Airlangga.
Lebih lanjut, Airlangga menjelaskan dalam tahapan persetujuan BPOM dan dan mendapatkan fatwa MUI, kedua lembaga ini sudah mengirim tim ke Cina.
“Mereka sudah melihat cara pembuatan vaksin di pabriknya di Cina. Dengan begitu diharapkan tinggal menunggu konfirmasi, evaluasi dari fase uji klinis ketiga dan data yang diserahkan oleh SINOVAC ke BPOM,” ujarnya.
Dari evaluasi dari fase ketiga uji klinis tersebut, Airlangga mengatakan, bahwa BPOM juga perlu mendapatkan seluruh informasi yang diperoleh oleh SINOVAC di seluruh negara di luar Indonesia untuk dilakukan perbandingan.
Hal ini, menurutnya, untuk meyakinkan bahwa vaksin tersebut memiliki efektivitas serta melihat aspek keamanan, baku mutu dan prosentase keberhasilannya.
Baca Juga: Perhatikan, Ini Perbedaan Proses Vaksinasi Anak dan Dewasa
“Saat ini mereka menganalisis laporan dan menunggu hasil uji klinis dari di Bandung. Diharapkan ketiga uji klinis ini sudah didapat datanya pada awal desember dan membutuhkan waktu 1-2 minggu untuk membandingkan data-data dengan negara lain,” jelas Airlangga.
Pemerintah juga sudah melakukan pembicaraan dengan produser vaksin yang lain seperti COVAX, GAVI, Pfizer, AstraZeneca PLC serta Novavax.
Selain itu, Pemerintah juga telah mengembangkan Vaksin merah Putih.
Baca Juga: Panduan Aktivitas Fisik untuk Lansia agar Tetap Sehat dan Terhindar dari Covid-19
“kami menyiapkan multi source dari vaksin untuk memastikan ketersediaannya,” tambahnya.
Airlangga juga mengundang masyarakat yang ingin berpartisipasi dalam uji klinis.
Menurutnya, masyarakat dapat menghubungi Fakultas Kedokteran di universitas-universitas yang saat ini melakukan uji klinis.
Misalnya, Biofarma dengan Universitas Padjadajaran, UGM dengan Taiwan, UI dengan perusahaan Amerika. “Uji klinis ini dikoordinasi oleh Kementerian Kesehatan dan BPOM.” Jelas Airlangga.
Sahabat NOVA juga selalu #ingatpesanibu ya, untuk melakukan 3 M, yakni memakai masker, menjaga jarak, mencuci tangan dengan sabun, serta menghindari kerumunan.
Dapatkan pembahasan yang lebih lengkap dan mendalam di Tabloid NOVA.
Yuk, langsung langganan bebas repot di Grid Store.(*)