Dalam istilah medis, delirium adalah gangguan neurokognitif.
Gangguan neurokognitif ini termasuk dalam gangguan fungsi mental.
Gangguan serius pada kemampuan mental ini bisa menyebabkan kebingungan dan kurangnya kesadaran akan lingkungan sekitar.
Baca Juga: 5 Mitos tentang Covid-19 Ini Ternyata Keliru, Jangan Dipercaya Lagi!
“Delirium adalah perubahan kognisi, dan perubahan kognisi adalah perubahan yang berkaitan dengan perilaku. Tanda-tandanya berkaitan dengan adanya defisit memori, mudah lupa, disorientasi tempat atau disorientasi waktu, gangguan berbahasa, dan gangguan cara berpikir pada pasien Covid-19. Tapi bedakan dengan demensia. Karena delirium ini sifatnya mendadak dan fluktuatif, kalau demensia progress yang menahun,” ujar dr. Adib Khumaidi, SpOT., Ketua Terpilih Pengurus Besar Ikatan Dokter Indonesia (IDI) dan Ketua Tim Mitigasi Pengurus Besar IDI.
Lantas, bagaimana Covid-19 bisa memicu delirium?
Delirium bisa secara langsung terjadi karena ada kerusakan, atau secara fisiologi disebabkan oleh adanya hipoksia.
Baca Juga: Seringkali Tidak Tunjukkan Gejala saat Terinfeksi, Anak-anak Berpotensi Jadi Carrier Virus Corona